Bab 31 : Hantu yang Tidak Mau Dijodohkan

1.2K 167 5
                                    


Pagi ini Toha sampai di sekolah dengan wajah ceria. Dia sudah keluar dari parkir sepeda dan berjalan menuju taman. Barusan tadi dia ngobrol banyak dengan Astri, seorang murid perempuan dari kelas 10-1 yang naik sepeda juga. Ari dan Nara sudah menunggu di taman.

"Wah yang udah punya gebetan, ceria banget nih," goda Nara saat Toha sampai di taman.

"Iya, ntar kita janjian mau pulang bareng naik sepeda," kata Toha tanpa malu-malu.

"Emang si Astri rumahnya dimana?" tanya Ari.

"Jauh sih. Yah... ntar gue anter dulu lah dia sampai rumahnya," kata Toha.

"Muter-muter dong lo pulangnya?" tanya Ari lagi.

"Nggak apa-apa," jawab Toha. "Eh, bener kata lo Ri. Dia tuh pinter anaknya. Dia kan ikut KIR ekstrakurikulernya. Tahu nggak, dia itu satu kelompok berdua sama Tata bikin projek KIR-nya. Nah projeknya ini baru diajuin ke Lomba Karya Ilmiah Remaja Nasional lho. Katanya hadiahnya beasiswa kuliah."

"O, gitu," kata Ari datar. Ari pikir Tata tidak akan memerlukan beasiswanya.

"Eh Ri, tadi Astri bilang... Kata Astri nih, sebelum liburan kemarin si Tata tuh sering ngelamun," cetus Toha. Kali ini nadanya serius."Terus katanya, dia pernah lihat Tata bicara sendiri gitu."

"Beneran lo Ha," Ari jadi serius.

Tapi belum lama Ari dengan rasa penasarannya, Wira sudah datang menghampiri mereka. Dan Ari seperti kaget melihat Wira. Tapi Wira terlihat tenang-tenang saja.

"Hai Gaes," kata Wira menyapa ketiga temannya yang datang duluan,"Ada berita baru di sekolah?"

"Wir, lo diikutin ya?" kata Ari menyela.

"Maksud lo?" Wira tanya balik.

"Tadi ada bayangan item gede di belakang lo," kata Ari.

"Sekarang?" tanya Wira.

"Sekarang nggak ada," jawab Ari.

Lalu Wira dengan santai menunjukkan cincin yang ada di jarinya. Sebuah cincin yang di tengahnya ada batu akik berwarna merah.

"Cincin lo ada isinya?" tanya Toha.

"Jadi gini..." Wira mencoba menjelaskan."Waktu liburan kemaren, gue ikut acara ziarah ke makam leluhur di Gunung Lawu. Gue sempet cerita sama eyang gue di sana tentang sekolah kita. Terus gue dikasih cincin ini. Buat perlindungan katanya. Tapi dipakai kalau perlu aja."

"Bokap juga punya banyak," kata Toha."Kebanyakan keris sih."

"Lo, nggak minta perlindungan sama bokap lo," tanya Ari ke Toha tanpa basa-basi.

"Nggak ah! Males!" jawab Toha spontan.

"Iya, norak ah pakai gitu-gituan," cetus Nara.

"Tapi ini buat perlindungan," Wira membela diri.

"Iya tetep aja itu namanya norak," Nara masih bersikukuh dengan pendapatnya.

"Iya, iya, gue nggak pakai lagi nih," kata Wira mengalah sembari melepas cincinnya dan memasukkannya ke saku. Dia tak ingin suasana jadi panas gara-gara masalah cincin. Apalagi ini Nara yang bicara.

Saat jam pelajaran, ada petugas datang ke sekolah untuk menyemprotkan bahan desinfektan ke kelas-kelas. Keputusan ini diambil sekolah karena banyak anak yang sakit setelah ditemukan beberapa langit-langit kelas yang membusuk. Penyemprotan dilakukan di semua sudut ruangan kelas, terutama di langit-langit. Tiap kelas digilir bergantian untuk disemprot bahan desinfektan. Sementara murid-muridnya disuruh keluar kelas selama sekitar 15 menit. Saat giliran kelas Ari, semua murid keluar kelas. Kebanyakan murid-murid penasaran melihat kelas mereka disemprot desinfektan.

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang