Bab 71 : Daun Kelor untuk Hantu Bayangan

710 118 6
                                    

Sudah tiga kali, Ari, Toha, Wira dan Nara, bolak-balik keluar masuk ke dalam sekolah. Tapi semakin siang, makin bertambah saja murid yang kesurupan. Sementara banyak murid yang ketakutan ingin cepat-cepat pulang. Tapi pengumuman resmi dari kepala sekolah, tidak boleh ada yang keluar dari sekolah sebelum jam sekolah berakhir seperti biasanya. Akhirnya, Ari dan teman-temannya memutuskan untuk menunggu di mobil Nara saja. Mereka merasa hantu bayangan sudah membuat semua ini terjadi. Banyak murid-murid yang jadi bulan-bulanan hantu-hantu yang sekarang sedang bersliweran di dalam sekolah. Hantu bayangan sepertinya sudah menguasai sekolah mereka. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan Pak Suman, kecuali Ari dan teman-temannya. Tapi Ari lega, teman-teman sekelas mereka sudah keluar dari sekolah. Untung mereka punya ketua kelas seperti Kocik yang berani mengajak teman-teman sekelasnya nekat keluar sekolah.

Dan akhirnya, tepat jam satu, murid-murid diperbolehkan pulang. Mereka pun berlarian menuju gerbang. Banyak murid menelpon orang tua mereka minta dijemput. Beberapa murid masih ada di dalam sekolah karena harus dirawat akibat kesurupan. Di halaman, terlihat Jodi dijemput kedua orang tuanya. Jodi dibantu berjalan oleh kedua orang tuanya menuju mobil mereka. Wajah Jodi tampak pucat. Beberapa kali dia muntah-muntah. Banyak orang tua murid yang datang menjemput anaknya melayangkan protes pada guru-guru karena situasi sekolah yang membuat anak-anak mereka ketakutan. Bukan tak mungkin anak-anak mereka akan trauma untuk belajar lagi di sekolah ini.

Ari dan teman-temannya merasa harus cepat-cepat menyusun rencana. Karena hanya mereka berempat yang tahu situasinya.

"Coba call Lisa lagi Ri,"cetus Wira.

Ari langsung menghubungi nomor Lisa. Dan tak lama Lisa mengangkatnya.

"Halo Kak Ari," Lisa langsung menjawab di ponsel Ari.

"Halo Lisa," jawab Ari," ganggu nggak?"

"Nggak kok," jawab Lisa dengan suara ceria.

"Kamu lagi di mana?"

"Ini udah di rumah," jawab Lisa," Baru pulang sekolah."

"Aku mau tanya-tanya dong Lisa..."

"Tanya apa Kak Ari...? Hantu yang bayangan itu ya?"

"Iya Lisa... Di sekolah situasinya lagi genting."

"Eh, Kak Ari... Ini kebetulan lagi ada Bi Tumi... Dia tahu banyak tentang hantu yang dimaksud Kak Ari. Kak Ari mau bicara sama dia?"

"Mmm, boleh deh Lisa."

Lalu beberapa saat terdengar pembicaraan Lisa dan Bi Tumi. Dan Bi Tumi kini yang memegang ponsel Lisa.

"Halo... Ini Mas Ari ya?" suara Bi Tumi terdengar masih kaku di ponsel Ari.

"Iya Bi Tumi... Maaf ganggu... Mau tanya hantu yang katanya dulu nangkepnya pakai daun kelor..."

"Iya tuh Mas Ari, dulu hantu itu susah banget ditangkepnya sama neneknya Mbak Lisa. Dia bisa nyaru jadi siapa aja. Tapi kalau orang yang punya kesaktian, meskipun lagi nyaru, tapi bisa dilihat kakinya nggak ada. Itu hantu pinter banget... Maksud saya culas banget... Dia bisa ngajak hantu-hantu yang lain untuk ngikutin dia. Kata neneknya Mbak Lisa, itu hantu kalau pengikutnya makin banyak, dia makin kuat, badannya bisa jadi tinggi banget. Kalau dikasih daun kelor, dia nggak bisa nyaru lagi, nggak bisa ngapa-ngapain lagi, gampang diambil sama neneknya Mbak Lisa."

"Terus cara pakai daun kelornya gimana Bi Tumi?"

"Ya neneknya Mbak Lisa dulu tinggal disabetin aja ke hantunya..."

"Lha terus, nyarinya hantunya gimana Bi Tumi?"

"Nggak usah dicari Mas Ari... Dia akan nyari daun kelor itu sendiri... Makanya, maaf, sebelumnya daunnya musti dikasih pipis dulu sama perempuan yang masih perawan... Dulu yang disuruh pipis Mbak Lisa, waktu Mbak Lisa masih kecil."

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang