Bab 30 : Hantu yang Menggantung di Langit-langit Kelas

1.2K 168 5
                                    

Hari berlalu. Masa liburan sekolah sudah usai. Hari ini murid-murid masuk kembali di awal semester baru. Seperti biasa, Ari dan Nara sampai duluan di sekolah. Berdua mereka sudah bertemu di taman. Lalu mereka melihat Toha datang dengan sepedanya. Tapi kali ini Toha tidak sendiri. Ada murid perempuan yang membawa sepeda juga. Toha dan anak perempuan yang rambutnya dikucir kuda itu terlihat sedang bicara sambil menuntun sepedanya ke parkir sepeda.

"Cie... dapet gebetan nih ye," goda Nara saat Toha sampai di taman.

"Itu namanya Astri," kata Toha cengar-cengir tanpa malu-malu. "Sering ketemu di parkiran tapi baru sempet ngobrol sekarang. Dia anak kelas 10.1. Temen sekelas Tata."

"Anak pinter dong dia," sahut Ari.

Tak berapa lama terlihat Wira sedang menuju taman dari parkiran motor. Tapi Wira terlihat tergesa setengan berlari.

"Gaes, udah denger belom?" kata Wira sembari mengatur nafasnya. "Di kelas ada langit-langit yang keluar belatungnya!"

"Kelas kita?" tanya Ari.

"Katanya kelas kita nggak ada, Tapi banyak di kelas lain."

Mereka berempat pun berlari masuk ke halaman sekolah. Dan benar juga, banyak murid berkerumun di depan kelas mereka sambil menutup hidung. Di salah satu kelas terlihat Pak Min sedang mengeluarkan potongat langit-langit yang menghitam dan membusuk. Di atas potongan itu belatung berkelugetan saling tumpang tindih. Pak Min langsung membakarnya di luar kelas. Ada empat kelas yang langit-langitnya berbelatung. Dan Ari sempat menengarai, kelas-kelas yang langitnya berbelatung itu dekat dengan pohon besar. Sebelum pelajaran pun guru-guru memerintahkan untuk menyemprotkan pengharum ruangan karena sisa bau bangkai masih tercium.

"Semua kelas itu ada pohon besar di depannya," kata Ari pada Toha, Wira dan Nara di kantin saat jam istirahat, "Kelas kita kan nggak ada."

"Tapi kita nggak ngelihat apa-apa, nggak denger apa-apa," kata Nara.

"Ya itu yang aneh," sahut Wira.

"Ha, bisa tanyain nggak ke bokap?" tanya Ari ke Toha.

"Iya ntar kutanyain," jawab Toha sambil malas-malasan.

Keesokan harinya Ari, Toha, Wira dan Nara sudah berkumpul di taman. Toha yang paling ditunggu yang lain.

"Gimana Ha? Udah nanya bokap?" tanya Ari tidak sabar.

"Iya, emang bener, kata bokap ada hantu yang keluar dari lorong yang di aula." Jawab Toha. "Bokap kan bilangnya itu jin. Nah jinnya itu ada dua."

"Ada dua?" tanya Wira.

"Iya, kata bokap mereka itu dari kerajaan jin," Toha menjelaskan. "Nah yang masuk ke sekolah kita itu sepertinya masih bagian kerajaan itu. Seperti si kaki kuda waktu itu. Biasanya jin yang kaya gitu susah dilihat dan bisa berubah wujud."

"Terus?" tanya Nara.

"Ya pokoknya yang kayak gitu nggak sembarangan orang bisa lihat," jawab Toha.

"Terus? Gitu doang?" tanya Nara lagi.

"Iya begitu kata bokap," jawab Toha.

"Lo niat nggak sih nanya sama bokap lo?" Nara agak kesal.

"Ya, emang begitu kata bokap," jawab Toha. Kali ini dia pasrah.

"Kalau nggak, kapan-kapan kita nanya aja langsung ke bokapnya Toha," Wira mengusulkan.

"Ya silahkan kalau mau nanya ke bokap langsung," kata Toha dengan wajah bersungut.

Dan bel masuk pun berbunyi. Mereka berempat bergegas menuju ke kelas. Saat istirahat, mereka mendengar kabar, hari ini banyak murid yang tidak masuk. Dan kebetulan murid-murid yang tidak masuk itu adalah murid-murid yang di kelas, duduknya tepat di bawah langit-langit yang berbelatung kemarin. Kebanyakan dari mereka ijin karena sakit. Dan itu sudah menjadi pembicaraan murid satu sekolah saat ini. Saat Ari, Toha, Wira dan Nara menuju kantin, tiba-tiba ada kerumunan murid lewat. Ada satu murid pingsan dibawa ramai-ramai teman-temannya ke UKS. Beberapa murid lain mengikuti ingin tahu apa yang terjadi. Ari sempat bertanya pada kerumunan murid di situ, anak yang pingsan tadi ternyata dari kelas 10-6. Ari juga bertanya posisi duduk anak itu. Katanya dia duduk paling belakang sebelah kanan. Ari, Toha, Wira dan Nara langsung berlari menuju kelas 10-6. Ari sempat memperhatikan, pohon di depan kelas 10-6 memang pohon yang paling besar yang ada di dalam sekolah. Di depan kelas itu masih banyak kerumunan murid yang masih membicarakan kejadian barusan di situ. Ari, Toha, Wira dan Nara meringsek berusaha masuk ke kelas. Tapi Ari lihat Nara sudah memakai tudung jaketnya. Sepertinya Nara mulai kedinginan. Saat di dalam kelas, hanya ada beberapa murid duduk di bangku bagian depan. Ari mulai menelusurkan pandangannya ke sudut-sudut kelas. Dia tidak menemukan sesuatu. Tapi saat Ari memandang ke atas, dia melihat sesuatu di langit-langit di pojok kanan ruangan. Ari sempat mundur satu langkah.

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang