Bab 43 : Anak Perempuan Bernama Lisa

1.1K 148 2
                                    

Keesokan harinya di taman sekolah, Ari, Toha, Wira dan Nara tidak banyak bicara. Setelah kemarin Ari mengungkapkan dugaannya tentang murid kelas 12 atau kelas 10 yang membawa hantu, mereka jadi sering diam memandangi setiap murid kelas 12 atau kelas 10 yang mulai berdatangan di sekolah. Lalu tak berapa lama, terlihat ada keributan di dekat gerbang sekolah. Seorang murid kelas 10 sedang dikerubuti murid kelas 11 yang sepertinya mereka para pengurus OSIS. Beberapa murid yang baru datang jadi menuju ke sana ingin tahu apa yang terjadi, termasuk Ari, Toha, Wira dan Nara. Ternyata murid kelas 10 itu anak yang sama yang pernah terlibat keributan dengan pengurus OSIS saat ada kegitan orientasi sekolah. Dia memakai sepatu merah. Dan itu membuat pengurus OSIS gerah. Suasana sempat panas. Seorang pengurus OSIS yang tidak sabar sudah mendorong-dorong anak itu. Beberapa murid lain mulai melerai karena murid kelas 10 itu mulai melawan. Situasi jadi reda setelah ada guru yang datang. Anak kelas 10 itu dan beberapa pengurus OSIS disuruh menghadap ke ruang guru. Dari pembicaraan murid-murid yang berkerumun, Ari, Toha, Wira dan Nara tahu murid kelas 10 itu namanya Fatar.

"Fatar bukannya yang katanya dia cucunya orang Padepokan?" guman Ari kepada tiga temannya.

"Iya, kata Bang Yudha, cucunya Mbah Soma yang sekolah di sini namanya Fatar,"kata Toha membenarkan.

"Cucunya Mbah Soma?" Nara masih kurang mengerti.

"Iya, waktu malam-malam acara Persami, kita ketemu Bang Yudha orang pedepokan, dia yang cerita si Fatar ini,"Wira menjelaskan ke Nara,"Katanya dia murid kelas 10."

"Coba ntar gue minta tolong mama gue buat cek di arsip sekolah,"kata Ari.

Saat istirahat jam pertama, Ari dan Toha datang ke ruang Tata Usaha. Di sana Ari minta tolong ibunya untuk pinjam Buku Induk Sekolah. Ari bilang dia harus cek data-data murid kelas 10 yang ikut ekstrakurikuler melukis. Ibu Ari memberikan buku itu, asal cuma sebentar karena tidak enak dengan staf lain. Ari dan Toha pun cepat-cepat mencari data anak bernama Fatar di arsip kelas 10. Dan memang benar, hanya ada satu anak yang bernama Fatar di kelas 10. Dia terdaftar di kelas 10-6. Lalu Ari cepat-cepat membuka lembar buku di data kelas 10-1.

"Ngapain lagi lo Ri,"tanya Toha.

"Gue mau ngecek anak perempuan yang pingsan waktu itu,"kata Ari.

Di data kelas 10-1 Ari menemukan apa yang dicarinya. Namanya Lisa Lavina seperti yang pernah dikatakan Pak Riza. Alamat rumahnya di daerah pemukiman elite.

"Anaknya cantik juga ya Ri,"kata Toha polos melihat pas foto yang tertempel di lembar data.

Ari hanya mengangguk. Lalu ibu Ari datang. Ari harus segera mengembalikan buku itu ke ibunya. Ari dan Toha pun keluar dari ruang Tata Usaha. Saat menuju ke kelas, di kantin terlihat banyak orang berkerumun. Ada satu murid yang digotong menuju UKS. Kepalanya dibalut kain yang sudah terkena bercak darah. Ari dan Toha tahu, murid yang digotong itu salah satu pengurus OSIS yang emosi mendorong-dorong murid kelas 10 bernama Fatar. Kebetulan di antara kerumunan sudah ada Wira dan Nara. Ari langsung bertanya ke Wira.

"katanya tadi di kantin, anak itu tiba-tiba lari-lari, terus nyeruduk yang lain,"kata Wira menjelaskan,"Persis kayak kejadian sebelumnya, tapi kali ini, terakhir dia nyeruduk tembok."

Ari, Toha, Wira dan Nara pun berlari menyusul rombongan yang menggotong pengurus OSIS yang pingsan. Saat sudah tidak jauh dari rombongan itu, tiba-tiba Ari menghentikan langkahnya.

"Kenapa Ri?"tanya Toha,"Lo lihat sesuatu?"

"Iya..."kata Ari masih memandangi rombongan yang sudah sampai UKS.

"Lo lihat apaan?" tanya Wira.

"Orang kepalanya kijang,"jawab Ari,"Dia ngikutin terus anak yang pingsan itu."

Komplotan Tidak Takut HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang