꧁༺༻꧂
(name) menghela nafasnya. Kepalanya pening, sungguh hari ini moodnya hancur. Di tambah tiba-tiba ia kedatangan tamu bulanan membuat moodnya benar-benar buruk. Tambahan paling buruknya adalah orang yang paling tak ingin ia temui kini berdiri di depan matanya.
Haitani Ran. Tersenyum sumringah hingga membuat (name) benar-benar muak. Apa pria ini tak punya malu? Setelah memukul Haruka dan dia muncul di depan (name) tanpa rasa malu.
(name) mengacuhkannya, berjalan melewati Ran dan tak melirik pria itu sama sekali hingga Ran berdiri di depannya dengan merentangkan tangannya.
"Hei, hei (name)~ kenapa matanya sembab? Habis nangis ya?" (name) menatap Ran datar. Ia ingin lekas pergi menjauh dari Ran namun sesuatu mengambil perhatiannya, luka di tangan Ran membuat (name) agaknya penasaran. Gadis itu mendongak, hingga netra kelamnya menatap tepat di manik violet Ran.
"Haitani-san, ini luka apa?" (name) menunjuk luka di tangan Ran yang tepat berada di depan matanya. Mata tajamnya menatap Ran menuntut penjelasan.
Sementara yang di tanya hanya tersenyum kecil. Menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal Ran terkekeh kecil. "Hehehe~ ini tadi kena api rokok gitu loh~ kenapa? Khawatir ya?"
"api rokok? Separah itu ya?"
(name) agak curiga, ia memperhatikan Ran dan menelisik wajah pria itu. Namun tampang nya sangat meyakinkan, tak terlihat seperti ia sedang berbohong. Tapi tetap saja (name) merasa curiga. Kecurigaannya tak akan hilang sampai ia bisa membuktikan siapa pelaku sebenarnya.
"(name)~ perhatian ya~, yang kayak begini nih sayang kalau nggak dijadikan pacar hahaha" Ran ketawa pelan, sementara (name) terdiam di tempatnya. Dirinya lalu mendongak dan tersenyum kecil.
"Boleh"
"pasti dia yang bakar, aku yakin"
"Eh apanya?" Ran bingung, sementara (name) tetap tersenyum. Ia juga ahlinya dalam memanipulasi ekspresi. (name) benar-benar serius saat ini.
"Jadi pacarnya Haitani-san, setelah dipikir-pikir mungkin nggak buruk juga"
"tapi setelah aku yakin bahwa lukisan ku kau yang bakar, kita putus"
Ran tersenyum sumringah, (name) akhirnya jatuh ke dalam lubangnya--itu pikirnya. Ran langsung saja mendekap (name) dan mencium puncak kepala gadis itu.
(name) diam di dekapan Ran, ia tahu akan berakhir begini. (name) diam-diam mengendus bau tubuh Ran tetapi tetap saja ia tak dapat mencium aroma rokok--jika benar saja pria itu habis merokok.
(name) mengendus lagi, ia dapat mencium bau parfum pria itu namun ada bau lain di sana. Bau bensin? (name) menggenggam erat baju Ran. Apakah rokok jaman sekarang memakai bensin untuk memantik apinya?
"Jaa~ pacarku, hari ini pulangnya sama aku ya?" (name) memasang senyum canggung. Ia tak nyaman tapi hebatnya Ran tak menyadari itu. Menggandeng tangan (name) keluar dari sekolah diiringi tatapan bertanya dari masyarakat sekolah.
Hingga (name) menahan tangan Ran. Gadis itu tersenyum kecil. "Anu, Haitani-san. Haruka kayaknya ada di depan, aku izin dulu sama dia kalau aku pulang nya sama kamu ya?"
Ran memicingkan matanya, ia lalu mengangkat dagu (name) hingga wajah mereka berhadapan. "(name), kenapa kau harus izin dengannya? Kenapa harus menjelaskan bahwa kau pulang dengan ku kepada seseorang yang bukan siapa siapa mu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aromantic [HAITANI RAN] [✅]
Short StoryHaitani Ran. Tentu saja pemuda tampan dengan badan atletis incaran pada gadis. Penebar kemanisan ulung. Semua gadis yang ia dekati tentu saja terpikat dengan kata-kata manisnya. Hingga seorang gadis menarik perhatian Ran, mau seberapa banyak bualan...