9. Tau

1.4K 276 81
                                    

Sekali lagi ini belum di revisi hiks:v




꧁༺༻꧂






Ran sudah rapi pagi ini. Rambutnya sudah ia kepang dan wangi tubuhnya sudah semerbak wangi yang bisa memikat wanita. Jadi, karena merasa lagi-lagi terlahir dengan bentuk perfect disinilah Ran sekarang.

Berdiri di depan rumah (name) dengan senyum percaya dirinya Ran menekan bel pintu rumah tersebut. Suara pintu yang terbuka membuat nya semakin mengembangkan senyum nya.

Tetapi saat melihat seorang dengan rambut kepang juga jas lab yang membuka pintu nya Ran langsung menatap tajam si pembuka pintu. Haruka.

"Lo! Ngapain di rumah cewek gue?" Haruka tersenyum kecil saja mendengarnya. Ran sepertinya gampang terpancing emosinya hanya dengan melihatnya.

"Maaf sebelumnya, apa Rindou nggak ada bilang apa-apa?" Haruka bertanya, sementara yang di tanya hanya mengerutkan dahinya tampak semakin emosi.

"Bilang apa adek gue? Bilang lo nge gay sama dia gitu?!" Haruka hanya tertawa kecil saja. Ran gampang emosi ya kalau sama dia. Heum, ini lucu buat Haruka.

"Ano begini, kita masuk dulu saja yuk" Haruka melebar kan pintu rumah mempersilahkan kakaknya Rindou itu untuk masuk. Haruka juga mengambil minuman kaleng dari lemari pendingin dan memberikannya pada Ran.

"Nah, jadi Ran-kun jujur aja aku dan (name) itu sebenarnya kerabat, tapi jangan salah paham ya~ hanya karena kami masih memiliki hubungan kekeluargaan bukan berarti (name) nggak bisa jadi milikku~ hehe~" Ran mengernyit tak suka atas pernyataan Haruka. Ia lalu melipat tangannya di depan dada dan menatap Haruka tajam.

"Kau pikir orang tua mu akan setuju? Kebanyakan orang tua nggak bakalan setuju sama pernikahan sedarah, biarpun kalian kerabat" keduanya dalam suasana tegang, sebenarnya suasana tegang itu hanya untuk Ran. Haruka hanya tersenyum saja seperti biasanya.

"Hehehe, tapi sepupuku sangat menggoda~ kenapa ya sepupuku harus punya wajah yang menawan~? Kan aku jadi terpikat" Haruka tersenyum lebar, ia kini menopang tangannya di sofa dan menatap Ran dengan serius.

"Rindou kemarin bilang padaku, kalau kau hanya mau main-main dengan (name)" Ran yang di tatap tajam hanya tersenyum tipis. Apa ini? Kenapa Rindou berbicara begitu kepada Haruka?

"Jadi?" Ran berusaha tetap tenang. Jujur saja Haruka itu bukan tipe orang yang mudah kesal atau membenci orang lain. Hanya saja beda cerita jika orang itu ingin mempermainkan orang lain. Biarpun sebenarnya dalam kasus ini Ran mempermainkan (name) begitu pula sebaliknya.

"Rindou bilang agar aku tak merestui hubungan kalian dan lebih baik merestui (name) bersama nya saja. Rindou ternyata menyukai adikku yang imut lucu itu" Ran melipat bibirnya. Astaga, Ran tak habis pikir. Bagaimana jika Rindou benar-benar menyukai (name)? Apakah Ran benar-benar harus merelakan gadis itu?

"Apa kau pikir aku akan mengalah kepada Rindou hanya karena dia adikku? Apa kau pikir aku main-main? Aku serius" Ran menatap Haruka tepat di matanya. Sementara yang di tatap hanya menghela nafas pelan, ia pusing.

Jujur saja Haruka tak terlalu tertarik dengan masalah percintaan. Ia hanya menyukai lukisan. Tak kurang dan tak lebih. Pengalaman tentang asmara tak pernah ia miliki jadi saat menghadapi kisah cinta yang cukup rumit ini Haruka jelas bingung. Inginnya tak ikut campur.

"Tolong jangan perkataan mu saja yang begitu tapi tindakan mu juga" Haruka meneguk kaleng minumannya hingga habis dan menatap Ran tajam untuk sekali lagi.

"Jujur saja Ran-kun~ aku bukan orang yang gampang tersulut emosi tapi~ kalau kau sampai macam-macam dengan adik ku kupastikan kau sakit" Haruka berlalu, sementara Ran yang mendengar ancaman itu tersenyum lebar. Ahh~ dia semakin ingin membuat (name) tunduk kepadanya lalu meninggalkan nya dan Haruka akan marah jika Ran melakukannya.

Em~ darah di seluruh tubuh Ran mendidih. Ia bergetar pelan. Panahnya akan mengenai dua burung sekaligus.

"Ay-ya~ Ran-kun, sebelum nya mohon maaf. Tapi setelah dipikir-pikir (name) lebih cocok dengan Rindou deh" Ran yang awalnya sudah senyum lebar langsung berdecih.

Tidak, tidak tunggu. Jika ia menyakiti (name) makan bukan hanya Haruka yang akan murka. Tapi Rindou juga. Ran masih ikat tatapan tajam nan menantang milik Rindou kala mereka di rooftop saat itu.

Ah~ entah mengapa. Bukannya takut terhadap sang adik Ran malah semakin bersemangat.

Kapan lagi melihat Rindou emosi--pikir nya.

*⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*⳾

"(name), belum makan kan? Mampir ke minimarket dulu aja yuk" Ran melirik ke arah (name) yang ada di goncengan belakang motornya, saat melihat sang gadis mengangguk Ran langsung tancap gas.

Hingga sampailah mereka di minimarket, (name) turun terlebih dahulu dan masuk duluan ke minimarket. Menghiraukan Ran dan panggilan nya.

Hap!

(name) terlonjak kecil kala merasakan seseorang mendekapnya dari belakang. Deru nafas seseorang mengenai lehernya dan seseorang itu menjilat lehernya hingga membuat (name) kembali terlonjak kecil.

"Hallo, flat. Ketemu lagi haha~" Masa di sana, wanita itu memeluk tubuhnya erat hingga (name) bisa merasakan ia mulai sesak karena pelukan Masa.

"Uhm, udah naik pangkat ya jadi selingkuh-eh pacarnya Ran" (name) mengatupkan bibirnya, melirik ke sekeliling minimarket yang sedang sepi. Berharap menemukan orang yang mau membantunya lepas dari Masa.

"Kau. Menjilat. Ludahmu. Sendiri." Masa tertawa kecil. Ia kini menggosokkan pipinya ke pipi (name).

"Kupikir kau tak sudi menjadi pacar Ran, tapi apa ini? Waw, dia bahkan menjadi supir mu! Hal yang tak pernah Ran lakukan padaku" (name) terdiam. Ia tak tahu ingin bersuara seperti aoa, jujur saja Masa terlihat menyeramkan untuk nya saat ini.

"Shizuki-san, tolong lepaskan aku. Aku merasa tak nyaman" (name) mencoba melepas pelukan Masa. Namun alih-alih melepas pelukannya Masa malah semakin mengeratkannya.

Hingga sebuah botol memukul kepala gadis itu dengan keras dan membuat pelukannya terlepas. Masa memegangi kepalanya yang di pukul botol dan merintih. Menatap tajam sang pelaku yang sekarang menatapnya tak kalah tajam.

"Maaf, setahu gue (name) cuman aromantic bukan lesbian. Tolong ngejauh dari punya gue" Ran menarik (name) menjauh dari sana. Ia lalu membawa gadis itu ke kasir.

"Aku ambil roti melon itu dua dan onigiri tiga" Ran memberikan uangnya dan mereka keluar dari sana. Pria itu berhenti di depan motornya dan mengusap wajahnya kasar. Sementara (name) hanya diam memperhatikan.

"(name), lo bukan lesbian kan?" (name) yang mendapat pertanyaan seperti itu langsung menganga tak percaya. Apa maksud Ran menanyakan hal itu?

"Maksud mu?"

Ran kembali mengusap wajahnya. Ia mengusap tengkuknya yang tak gatal dan melirik (name) sekilas. "Lo yakin? Kalau lo bukan lesbian kenapa lo nggak nyoba lepasin pelukan dia gue tanya?"

"Ya, karena pelukan dia kuat banget. Lagipula waktu aku bilang dia suruh lepasin dia nggak mau"

Ran mendengus. "Ya kalau cuman dibilang nggak bakal di lepas, (name). Lo harus usaha juga!"

Ran lalu menarik (name) kedalam pelukannya. Ia tak tahu kenapa ia bisa emosi begini. Hanya.. Jika lawannya laki-laki Ran masih punya peluang besar untuk nya menang tapi jika lawannya perempuan apa Ran akan menang? Biarpun rambutnya di kepang layaknya gadis cantik desa tapi Ran kan asli laki-laki.

"Pokoknya jangan selingkuh sama laki-laki atau sama perempuan, gue cemburu"

Entahlah, Ran mengatakan nya langsung tanpa dipikir panjang terlebih dahulu. Sementara yang di bilang seperti itu juga secara refleks mengelus punggung tetap sang lelaki.

Jadi? Di dalam hubungan aneh ini...siapa yang akan tunduk terlebih dahulu?






















*⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*⳾

Author nyanyi:
But mama I'm in love with a criminal
And this type of love isn't rational, it's physical
With my fales voice wkwkwk

Aromantic [HAITANI RAN] [✅] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang