16. Bahaya

1.4K 265 85
                                    

꧁༺༻꧂















Masa menendang lemari kaca yang ada di depannya hingga lemari itu retak. Ia kesal, apa yang ia harapkan dari Mochi? Tentu saja pria itu tak akan pernah bisa memukul Raja nya.

"Izana anjing! Sial! Bangsat! Bajingan!" Masa menggaruk rambutnya. Terlihat seperti orang stres akut. Ia berpikir keras tentang bagaimana cara menyingkirkan Izana.

"Kalau aja Izana nggak ada, Ran masih di pelukan gue! Kanji juga masih di atas tangan gue"

BUGH!
PRANG!

Masa melempar botol parfumnya ke arah kaca hingga lemari kacanya pecah. Ia menatap hampa kumpulan kaca itu.

Rasa ingin menyakiti dirinya sendiri timbul. Masa mengambil satu pecahan kaca yang kecil.

Sret.

Ia melukai tangannya. Garis bujur dari punggung tangan hingga ke lengan atasnya. Darah segar mengalir.

Sret!
Sret!
Sret!

Kembali melakukannya. Kini ia menuliskan nama Kanji di atas telapak tangannya. Menjilati darah yang keluar dari telapak tangannya. Masa memejamkan matanya.

"Gimana cara nyingkirin Izana? Gimana! Gimana! Gimana! Gimana! Gimana! GIMANA!" Masa melempar serpihan kacanya. Memegang erat rambutnya, ia tak perduli akan darah yang terus mengalir keluar.

"Apa gue lumpuhin aja dia? Nggak nggak nggak" Masa menggeleng heboh.

"gue bunuh aja, dengan gitu selesai. Nggak ada lagi pengganggu" Masa kini mengangguk. Berjalan terseok keluar dari kamarnya. Sebuah foto yang di pajangnya didinding mengambil alih perhatian nya.

"Ingat Ran, lo cuman punya gue. Gak boleh sama yang lain" Masa menatap foto itu lamat, dirinya dan Ran sangat bahagia di sana.

"Si (name) sialan itu juga. Harus di bunuh"

⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀ ུ

"TARAAA!!!"

Ran memasang senyum lebarnya, di depannya ada (name) yang sekarang sedang menutup setengah wajahnya. Speechless. Tangan yang menutupi wajah itu lalu di tarik sama Ran. si sulung Haitani masih setia dengan senyum lebarnya.

"Ini apa? Ngapain buat beginian?" (name) berjalan mendekat ke arah pohon yang sudah di kelilingi oleh puluhan ribu origami bangau. Menyentuh pelan salah satu bangaunya dan menatap tak percaya ke arah Ran.

"Kamu tahu kan, aku ngerusakin lukisan mu ituloh" Ran menggenggam tangan (name). Raut wajahnya kentara tampak menyesal, ia lantas tersenyum canggung.

"Ini sebagai bentuk rasa bersalahku, aku harap dengan aku buat ini kamu mau maafin aku" Ran lalu membuang wajah, bisa dirasakan nya wajahnya yang memerah. Tangannya yang menganggur di pakainya untuk menutupi setengah wajahnya.

"Sama sekalian, kalau bisa aku mau minta biar kamu bisa buka hati ke aku" lanjutnya dengan suara kecil yang masih bisa (name) dengar, sang gadis tertawa kecil mendengarnya.

Aromantic [HAITANI RAN] [✅] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang