꧁༺༻꧂
"Maksudnya?" keempat orang yang ada di sana menoleh ke belakang. Terdapat Ran yang sedang menatap Izana dengan datar. Sementara yang di tatap hanya tersenyum lebar.
"Ah, Ran. Maksudnya gue juga mau ikut main di sini~ lo bakal lebih tertantang kan kalau ada gue?" Izana mendudukkan tubuhnya, kini ia menghadap ke arah Ran dengan badan yang mulai ia sandarkan ke arah (name). Tersenyum mengejek ke arah Ran. Izana bahkan dapat mendengar temannya itu berdecak pelan.
"Minggir Izana, (name) itu punya gue" Ran maju mendekat sementara Izana yang melihat itu tetap tenang. Ia bahkan memejamkan matanya di atas pangkuan (name)--gesture nya mengatakan seolah-olah dia nyaman di posisi itu.
"Milik siapa? Lo? Nggak tuh, dia nggak milik siapa-siapa" Izana tertawa kecil melihat ekspresi Ran yang tampak murka. Ia pikir sudah cukup main-mainnya, lihatlah Ran sudah marah. Izana lalu bangkit untuk duduk. Mendekatkan wajahnya ke telinga (name) dan berbisik halus.
"Hati-hati sama mantannya Ran, Shizuki Masa. Kalau lo di apa-apain dia bilang ke gue"
Izana menjauhkan wajahnya dari telinga (name). Bisa di lihat nya gadis itu yang menegang. Ah, Izana paham. Pasti Masa sudah bergerak untuk menghancurkan hubungan yang terjalin antar Ran dan (name).
"Gue sebenarnya nggak perduli sih, tapi karena lo menarik lo pengecualian" Izana berdiri dan menepuk seragam belakangnya. Mulai berjalan menjauh dari sana.
"Tapi kalau dia mulai macam-macam, lo bisa telepon gue" ia berbalik dan menggerakkan tangannya di depan wajahnya--memberi gesture menelpon kepada (name). Sementara si gadis mengangguk singkat.
Ran yang merasa kata-kata Izana di tujukan untuk nya lantas menggeram. Ia lalu menghampiri (name) dan menarik lengannya hingga gadis itu merintih kesakitan.
"Ran, sakit akh" (name) berontak. Sementara Ran semakin mencekram tangannya kuat-kuat. Tak perduli terhadap rintihan (name) yang memintanya melepas genggaman tangannya.
"Lepas bang" Rindou menarik paksa tangan Ran hingga genggaman kakaknya lepas dari tangan (name). Menyembunyikan (name) di belakang tubuhnya, keduanya bertatapan tajam.
"Awas dek, dia pacar gue" Ran yang sudah kepalang emosi masih tetap berusaha menahan kata-katanya di depan adiknya.
Sementara Rindou semakin menyembunyikan (name) di belakang tubuhnya. "Cuman karena dia pacar lo bang, bukan berarti lo bisa nyakitin kak (name)"
Ran tertawa kecil mendengar Rindou yang berbicara seperti itu. Lihat, (name) sungguh gadis yang menarik kan? Dia bahkan bisa membuat Rindou hormat kepadanya. Terbukti dengan sang adik yang memanggil wanita itu dengan embel-embel 'kak'.
"Rin, dia nggak akan gue apa-apain. Sini" Ran lalu kembali menarik tangan (name) dan menjauh dari sana. Banyak orang mulai berkerumun ia jadinya semakin malas berada di sana.
Sementara Rindou yang di tinggal hanya bisa menghela nafas kecil. Mengusap wajahnya kasar. Ia bingung sungguh ingin bersikap bagaimana. Rindou ingin menentang Ran yang ingin membawa (name) pergi hanya saja---Rindou tak pernah di ajari cara membantah sang kakak. Ia jadi cukup frustasi.
Izana yang masih memperhatikan drama itu dari kejauhan lantas tertawa kecil. Ia sungguh suka menambahkan bumbu panas pada kisah orang begini. Atensinya lalu jatuh kepada seorang gadis--ah tidak wanita yang terlihat menahan emosi berdiri tidak jauh darinya.
Ia lalu mendekat, mencekram pundak mungil yang sudah terdapat banyak bekas percintaan itu dan menghantamkan tubuh kecil wanita itu kedinding. Izana tersenyum sinis kala mata mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aromantic [HAITANI RAN] [✅]
Short StoryHaitani Ran. Tentu saja pemuda tampan dengan badan atletis incaran pada gadis. Penebar kemanisan ulung. Semua gadis yang ia dekati tentu saja terpikat dengan kata-kata manisnya. Hingga seorang gadis menarik perhatian Ran, mau seberapa banyak bualan...