17. Habis

1.2K 245 47
                                    

꧁༺༻꧂











"BAJINGAN! KALAU SAMPAI TERJADI SESUATU SAMA RAN KALIAN YANG BAKALAN GUE BUNUH!"

Masa mematikan telponnya secara sepihak, nafasnya terasa sesak. Ran? Ran nya yang amat sangat sempurna hampir meregang nyawa karena dirinya? Eh tidak, ini bukan salahnya.

Ini salah (name).

Gadis jelek itu, jika bukan karena Ran ingin melindungi nya maka Ran tak akan berakhir begini. Sejak awal ini bukan salah Masa.

"Aaaghhh"

Masa mengerang. Tunggu apa ini pertanda jika ia salah langkah? Seharusnya Izana dulu baru (name)? Ah iya, pasti ini juga karena ia salah langkah.

"Masa, kau kenapa?" tercekat. Masa lantas menoleh ke arah pintu. Diluar kamarnya ada Mochi saat ini.

Berdecih pelan. Masa sudah muak dengan Mochi, pria itu tak membantu nya sama sekali. Apa ia buang saja Mochi? Ah, tapi tidak. Masa butuh pelampiasan saat ini dan Mochi orang yang tepat untuk melakukan nya.

"Kanji-kun~ kau boleh masuk" Masa memperbaiki dirinya. Ia lalu memasang senyum manis menghampiri Mochi.

"Ne~ ne~ lihat, ini cantik kan?" Masa menunjukkan telapak tangannya yang terdapat ukiran nama Kanji. Pria itu melotot kaget lantas menarik tangan Masa.

"Apa maksudnya ini? Kenapa kau melukai dirimu sendiri?" Mochi menatap tajam Masa. Ia khawatir, ia menyukai Masa selama ini tetapi Masa masih tak bisa melupakan Ran.

Mochi tau ia tak bisa menggantikan Ran. Tetapi, walau begitu ia selalu saja berdiri di sisi Masa. Ia satu-satunya orang yang marah saat Izana memukul Masa, ia satu-satunya orang yang khawatir saat wanita itu melukai dirinya sendiri, ia yang paling memikirkan Masa.

Tetapi Masa bahkan tak pernah melirik nya.

Mochi tau ia hanyalah bahan pelampiasan. Tapi ia tak masalah. Mending dirinya yang dipergunakan oleh Masa daripada wanita itu mencari orang lain, kan?

"Tunggu, biar aku obati"

Grep

Masa menahan tangan Mochi, ia menggeleng pelan. Lantas menarik Mochi dan menidurkan pria itu di atas kasurnya. Masa perlahan membuka baju Mochi.

"Aku tak perlu kau obati, Kanji-kun" Masa mengecup bibir Mochi, senyum manisnya ia tabur. Mochi tau senyum ini, senyum di mana wanita itu akan menggila dan ia akan terlibat.

"Cukup kau bantu saja aku untuk menghilangkan stres ku, itu sudah cukup"

⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀ ུ

"MADARAME-SAN, MASUK KELAS"

Shion memutar matanya jengah, ia mengabaikan teriakan ketua kelasnya itu dan tetap mengekori (name)--kemana pun gadis itu pergi--walau ke toilet sekali pun.

"Kau bisa tidak dengarkan aku!" Najimi, sang ketua kelas melotot. Tangannya memelintir kuping Shion yang sekarang sedang mengaduh kesakitan.

"Najimi, kau harusnya paham dong! Aku ini mau menjaga (name)" Shion mencekram erat tangan Najimi, hingga gadis itu melepaskan jewerannya.

"Kau pikir mengikuti seorang gadis ke toilet itu sebuah tindakan yang mulia? Bilang aja kalau kau mau ngintip kan? HENTAI!" Shion lalu membekap mulut Najimi, lantas menarik gadis itu ketempat yang tidak terlalu ramai orang.

"Bisa diam tidak?" nada suara Shion yang mendingin membuat Najimi mengangguk patuh, terlebih posisi Shion yang meng-kabedonnya ini membuat wajahnya memanas. Tolong! Najimi tak pernah sedekat ini dengan seorang pria.

Aromantic [HAITANI RAN] [✅] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang