14. Serius

1.4K 270 69
                                    

꧁༺༻꧂









Mochi memarkirkan motornya di sebuah bangunan tua yang Tenjiku jadikan markas. Memasuki bangunan yang sudah tua itu dan mendapati Izana di sana. Sedang merokok sambil bersandar nyaman pada Shion yang sibuk dengan ponsel nya.

Izana yang melihat kedatangan Mochi lantas mematikan rokoknya. Bisa di tebak olehnya apa yang akan temannya itu katakan. Jadi, karena Izana sudah tahu apa permasalahan yang akan dibahas ia lantas duduk tegap. Tersenyum manis menghadap Mochi yang sudah berdiri tegap di depannya.

"Apa lagi yang wanita itu katakan, Mochi?" Mochi terdiam, ia tak tahu apa yang ia lakukan ini benar atau tidak. Tetapi jika mengingat apa yang terjadi pada Masa dan seberapa kacaunya wanita itu Mochi yakin yang ia lakukan ini benar.

"Maaf Izana, hanya saja apa perlu kau yang memukulnya? Terlebih separah itu? Dia itu perempuan Izana, tak bisa kau berbelas kasih kepadanya?" Mochi menunduk, Izana yang mendengarnya hanya tersenyum. Ah~ cinta itu memang bisa membuat orang-orang menjadi bodoh.

"Tapi, Mochi. Jika tidak di begitu kan maka dia tak akan sadar, gimana dong~?" Izana memperhatikan ekspresi wajah Mochi yang mulai mengeras. Sebagai pemimpin di Tenjiku dirinya tahu bahwa Mochi bukanlah tipe orang yang gampang tersulut emosi, hanya saja jika menyangkut tentang Masa entah kenapa gampang sekali menyulut emosi Mochi.

"Apa kau pikir dengan memukulnya bisa membuat nya sadar?"

Pertanyaan yang lantas di tertawa kan oleh Izana. "Aku berandalan Mochi, dan satu-satunya cara yang terpikir oleh ku untuk membuat seseorang sadar ya dengan memukulnya. Apa lagi?"

"Lagi pula, kau tak tahu apa yang Masa itu lakukan kan? Selama ini?"

Mochi mengulum bibirnya. Izana benar, Masa tak pernah menceritakan apapun padanya.

"Membela seseorang tanpa tahu kebenarannya itu jelas salah temanku~" Izana kembali bersandar kepada Shion. Matanya melirik Mochi yang sedang membuang muka.

"Aku tak akan memberitahukan apa-apa temanku~ lagipula aku yakin kau tak akan percaya"

Mochi bungkam. Yang Izana katakan benar, ia tak tahu apa inti permasalahannya. Menghela nafas gusar, Mochi sadar ia tak akan pernah menang dari Izana. Baik dalam segi berfikir ataupun kekuatan.

"sial"

⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀ ུ


Ran mengerang pelan, membuat origami sangat susah. Sebagai rasa bersalahnya kepada (name) ia ingin membuat seribu origami bangau dengan harapan (name) akan memaafkannya dan mau mencintai nya. Ini juga sebagai bentuk keseriusannya.

"Itu nanti lagi lah bang, sekarang berangkat sekolah dulu yuk" Rindou yang sedari tadi melihat jengah. Ia tak di perbolehkan oleh Ran membantu. Jadi karena merasa bosan ia ingin cepat-cepat berangkat sekolah saja.

"Satu lagi dek" Ran mengambil satu origami lagi dan membentuk nya, Rindou menghela nafas pelan.

"Ish, sayang banget. Padahal kak (name) udah di sekolah biasanya sekarang ini" Ran yang mendengar langsung berdiri, melempar origami yang sudah jadi dan berjalan cepat keluar.

Sementara Rindou yang melihatnya menganga. Cepet banget-pikirnya.

"Wah, calon-calon bucin nih"

Aromantic [HAITANI RAN] [✅] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang