BAB 10 | SHENA SAKIT

1K 65 1
                                    

Selamat membaca💜
°
°
Sudah follow, belum?

Jangan lupa untuk memberikan vote dan komentar

___~🟣~___


Arkan menyodorkan segelas teh hangat kepada Shena. Kini Shena sedang duduk sambil bersandar di sandaran kasur.

Arkan memijit kaki Shena. "Arkan, jangan!" ucap Shena lalu menarik kakinya.

"Mama tiri lo berulah lagi?" Tanya Arkan dingin.

Shena menghela nafasnya, "nggak Arkan."

"Terus ngapain lo nangis-nangis di pinggir jalan?"

"Belajar akting."

Arkan memutar kedua bola matanya, "belajar akting buat ngibulin gue?" Tanya Arkan. Shena hanya tersenyum. "Malah senyum lagi," ucap Arkan.

"Lo pulang sekarang deh Arkan, Tante Nabila pasti nyariin lo," ucap Shena.

"Terus ninggalin lo sendirian di sini, gitu?"

"Gue nggak pa-pa Arkan," ucap Shena.

"Nggak pa-pa gimana, lo nangis-nangis kehujanan di pinggir jalan." Arkan lalu menempelkan telapak tangannya di kening Shena, "tuh kan mulai anget."

"Nanti besok pagi pasti sembuh," ucap Shena.

Arkan tidak mendengarkan perkataan Shena, ia lalu naik ke kasur Shena dan memeluknya.

Shena terkejut, kini kepala Shena tertempel di dada Arkan. Shena dapat mendengar detak jantung cowok itu.

"Kapan sih lo ngerti, gue nggak mau lo kenapa-napa," ucap Arkan.

Shena menelan ludahnya kasar, hatinya menghangat saat Arkan memeluknya.

"Sekarang lo tidur, gue nggak bakalan ninggalin lo." Arkan menepuk-nepuk punggung Shena.

"Makasih Arkan," ucap Shena sambil melingkarkan tangannya di pinggang Arkan.

Shena beruntung memiliki Arkan yang pengertian padanya. Di saat cinta pertama anak perempuan adalah Ayahnya, mungkin bagi Shena Arkan lebih dari sekedar sahabatnya.

Arkan menggantikan posisi Ayah untuk Shena, hanya Arkan laki-laki yang dapat mengerti hidup Shena.

___~🟣~___

Shena mengerjapkan kedua matanya, kepalanya baru terasa pusing. Shena bangun dari tidurnya dan duduk di kasur.

Shena menatap Arkan yang baru saja membuka pintu kamarnya sambil membawa nampan berisikan bubur dan segelas air minum.

"Lo ngapain masih di sini?" Tanya Shena.

"Ya jagain lo lah Shen," ucap Arkan.

"Lo nggak ke sekolah?"

"Percuma tau nggak, nanti pikiran gue juga bakalan disini," ucap Arkan.

Shena menghela nafasnya, "lo harus ke sekolah Arkan," ucap Shena.

"Lo sakit Shen, nggak mungkin gue ninggalin lo."

"Kan ada Bi Ningsih," ucap Shena.

Bi Ningsih adalah pembantu di rumah Shena. Tadi malam Bi Ningsih juga sudah memberikan obat kepada Shena.

PULANG UNTUK PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang