BAB 31 | DIJODOHKAN

754 37 7
                                    

Selamat membaca💜
°
°
Sudah follow, belum?

Jangan lupa untuk memberikan vote dan komentar

___~🟣~___

Shena menggigit kuat bibirnya dan menangis hebat setelah sampai di lobi rumah sakit.

Banyak orang-orang yang sedang memperhatikan Shena, keadaan gadis itu yang berantakan dan terus menangis.

Cakra menyalahkan Shena atas kejadian yang menimpa Anya. Makian dari Vanesha mungkin masih bisa diterima oleh Shena, akan tetapi Cakra juga ikut membentaknya.

Shena berjalan keluar dari rumah sakit dengan keadaan rapuh dan penuh luka batin.

Berbeda dengan Arkan yang sedang berada di Bali saat ini, sedari tadi Arkan mencoba menghubungi Shena akan tetapi gadis itu tidak pernah menjawab panggilannya.

Arkan sangat khawatir, bagaimana keadaan Shena sekarang. Apa gadis itu baik-baik saja?

Seharian tidak mendengar kabar Shena membuat Arkan seperti orang gila.

Berada di Bali niatnya untuk liburan akan tetapi tanpa Shena rasanya Arkan ingin cepat pulang ke Jakarta.

Arkan melempar ponselnya ke atas kasur, "lo dimana sih Shen?" Gumam Arkan.

Bisa saja Arkan menghubungi Aroy, akan tetapi Arkan terlalu gengsi untuk menanyakan kabar Shena kepada Aroy.

Arkan menjambak rambutnya kuat, "Shena lo kemana?" Teriak Arkan frustasi.

Shena menatap keluar dari kaca mobil, malam sudah datang. Lampu-lampu dan juga penjual dengan payung besar dipinggir jalan sudah mulai beroperasi untuk menjemput para penikmat makan jajanan di pinggir jalan.

Sedari tadi, taksi yang ditumpangi Shena hanya terus berjalan tanpa tahu akan kemana.

Ini kemauan dari Shena sendiri, sang supir taksi hanya bisa menurut.

"Maaf, mbak. Ini kita mau kemana?" Tanya sang supir karena sudah tidak tahu harus kemana.

Ia sudah mengelilingi kota Jakarta dari sore sampai malam hari.

Shena tersentak, lalu menatap lurus ke depan. "Ke perumahan Melati," ucap Shena.

Dring dring dring

Shena menatap ponselnya, sejak tadi ponsel itu berdering. Ada 28 panggilan dari Arkan dan 13 panggilan dari Aroy.

Shena lalu membuka kontak Aroy dan menghubunginya. Panggilan tersambung dan langsung di jawab oleh Aroy.

"Halo Shena, kamu dari mana?" Tanya Aroy yang terdengar seperti orang yang sedang menggebu-gebu sebab Shena baru menjawab telponnya.

"Dari rumah Papa," jawab Shena, ia berusaha menormalkan suaranya agar tidak dicurigai oleh Aroy.

"Kenapa kamu tidak menjawab panggilan aku tadi?"

"Aku tadi sama Papa, jadi nggak sempet buka ponsel."

Terdengar suara helaan nafas dari Aroy. "Mau keluar jalan-jalan?"

PULANG UNTUK PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang