Selamat membaca💜
°
°
Sudah follow, belum?Jangan lupa untuk memberikan vote dan komentar
___~🟣~___
"Nanti kalau kamu mau ke rumah bilang dulu sama Papa," ucap Cakra sambil mengelus rambut belakang Shena."Shena minta maaf, Pah."
"Atau kalau kamu mau ketemu Papa kasih tau aja, nanti kita ketemu diluar."
Shena hanya menganggukkan kepalanya, hanya untuk bertemu Cakra saja Shena harus mengatur waktu dulu.
"Maafkan Papa sayang, Papa sudah punya keluarga baru. Papa juga harus mengerti perasaan Istri kedua Papa," ucap Cakra.
"Lalu Shena?"
"Kamu sudah dewasa Shen, Papa harap kamu mengerti."
Shena meremas kuat sofa yang ia duduki. Rasanya begitu perih mendengar perkataan Cakra.
Shena memang sudah dewasa, akan tetapi masih butuh kedua orangtuanya.
Cakra hanya memperdulikan Vanesha, Cakra lupa bahwa Shena juga memiliki perasaan.
"Gimana sekolah kamu?" Tanya Cakra.
"Baik," ucap Shena.
Cakra tersenyum, dulu Shena adalah putri kecilnya yang sangat dia sayangi.
Walaupun masa kecil Shena lebih dominan kesendirian sebab kesibukan Cakra dan Sonya.
Akan tetapi segala kebutuhan Shena selalu Cakra turuti, hanya satu yang kurang, yaitu kasih sayang.
"Pah, Mama mau nikah lagi."
Dahi Cakra berkerut, "oh iya?"
Shena mengangguk, "sama karyawannya."
Cakra tersenyum, "baguslah, setidaknya nanti ada yang menjaga kamu seperti Papa," ucap Cakra.
"Tapi Shena mau papa!" ucap Shena.
"Nggak boleh sayang, Papa sudah punya keluarga sendiri. Papa harap suami baru Mamamu bisa menyayangimu."
"Papa membiarkan Shena di sayang sama orang lain?"
Cakra memegang kedua tangan putrinya, "tidak ada yang bisa melebihi kasih sayang Papa ke kamu Shen. Setidaknya dengan Mamamu menikah lagi Papa bisa sedikit lega karena ada yang menjagamu."
Shena ingin menangis, akan tetapi ia mencoba menahan air matanya. Sesak di dadanya ia coba tahan sekuat mungkin.
Kenapa Cakra begitu jahat padanya, Cakra lupa bahwa Shena adalah anaknya.
Cakra hanya memperhatikan keluarga barunya tanpa memperhatikan Shena.
Setelah Cakra berpamitan untuk masuk ke kamarnya menemui Vanesha, kini Shena sendirian di ruang tamu.
Rasanya begitu asing, padahal ini juga adalah rumah Papanya.
Shena menatap sebuah foto besar yang tertempel di dinding. Foto sepasang suami istri dan ditengahnya terdapat anak kecil berusia 3 tahun.
Terlihat keluarga yang sangat bahagia, akan tetapi dibalik senyum itu terdapat sebuah senyum yang telah mereka rebut.
Shena tidak pernah mengingat bahwa ia pernah berfoto bersama kedua orangtuanya.
Shena sudah di ajar mandiri sejak ia masih bayi.
Shena kemudian melangkah menuju dapur, Shena kehausan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG UNTUK PERGI
Novela Juvenil𝙽𝚢𝚊𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚙𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒, 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊 ••𝐿𝒾𝓉𝒶𝒹𝓌𝒾𝓅𝓅•• Seorang anak memang tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Namun, dia ada karena sebuah permintaan, perjuangan dan juga harapan. Tetapi kenapa, k...