"Berapa lama kamu mengajar di sekolah itu?" Gara membuka percakapan begitu mobilnya melesat ke jalan raya. Pria itu sesekali menoleh ke arah Linda yang sama sekali tidak berniat melihat wajah tampannya. Yang benar saja, pertemuan pertama mereka tidak berkesan sama sekali, bahkan Linda tidak terlihat berminat padanya. Padahal di luaran sana banyak sekali gadis gadis yang berusaha mencuri perhatiannya.
"Tiga tahun." Linda menjawab singkat, lalu kembali sibuk dengan ponselnya. Bukan tidak tertarik, hanya saja ia berusaha menundukkan pandangannya, dengan cara tidak bermudah mudah melihat lawan jenis.
"Umur kamu?" Gara kembali memancing Linda untuk berbicara.
"Dua puluh empat tahun."
"Masih cantik, kalau umur saya Tigapuluh tiga tahun."
"Nggak nanya." Jawab Linda dalam hati. Diam diam ia melirik ke arah tangan kekar Gara yang memegang kemudi, terlihat beberapa bekas sayatan di tangan pria itu.
"Kenapa kamu setuju menikah dengan saya?" Akhirnya Linda bertanya. Ia juga penasaran tentu saja! Coba bayangkan, jika ada laki laki macho dengan segudang prestasi dan wajah mumpuni, lalu penghasilan yang melimpah, apa yang membuat dia tidak kunjung menikah?
Apa jangan-jangan dia gay?
Linda bergidik ngeri, soalnya ia sudah sering melihat di Instagram pasangan sodom dengan tubuh sama sama macho, kan na'udzubillah!"Tenang saja, saya bukan gay seperti yang kamu fikirkan." Gara terkekeh, saat Linda menatapnya tak percaya.
"Saya sudah biasa di tuduh gay karena tak kunjung menikah. Tapi sejujurnya adalah saya baru pulang dari tugas negara setahun yang lalu." Jawab Gara, menyalakan sein mobilnya berbelok menuju markas besar polri, di mana gedung Badan Narkotika Nasional juga berada di dalamnya. Ada beberapa hal yang harus ia bahas bersama rekan rekannya terkait penyeludupan Narkoba di kota A.
"Kok ke sini?" Linda baru sadar saat melihat beberapa pria berseragam polisi berlalu lalang di area parkir. Tau begitu ia tidak akan setuju ikut dengan Gara.
"Tunggu saya sebentar, saya ada meeting singkat." Gara menjawab sambil membukakan Linda pintu mobil, mempersilahkan wanita itu keluar.
Dengan berat hati Linda mengikuti langkah panjang Gara, menghiraukan pandangan penasaran dari rekan rekan Gara.
"Nemu bidadari di mana pak?" Rekan rekan Gara bersiul, menggoda Gara. Karena selama Gara di kantor, tidak pernah sekalipun pria yang berpangkat Komisaris Jenderal itu membawa wanita.
"Kenalkan, calon istri saya Linda." Bukan menghindar, Gara malah memperkenalkan Linda kepada rekan rekannya dan di sambut riuh tepuk tangan. Linda yang sudah kepalang malu, tidak bisa berkata apa-apa, ia mengulas senyum singkatnya lalu kembali mengikuti langkah Gara menuju ruangan pria itu.
Padahal Linda masih sangsi dengan perjodohan mereka. Kalau bisa ia ingin membatalkannya.Tapi sepertinya Gara tidak berniat melakukannya. Dari segi dunia, Gara memang terlihat menggiurkan untuk di jadikan sebagai calon suami. Namun dalam sisi akhirat, Linda belum bisa memastikan bagaimana hubungan laki laki itu dengan sang pencipta-Nya.
Sejak hijrah, cita cita tertingginya adalah memiliki suami yang faham Halal Haramnya hukum Allah. Karena dunia hanya fatamorgana semu, yang menawarkan kenikmatan palsu. Mungkin orang lain memandangnya sok alim, atau sok suci, tapi sejujurnya Linda hanya ingin selamat dari murkanya Allah Azzawajalla.
Sebaliknya, Linda belajar tentang syirik bukan ingin memusyrikkan orang, ia belajar tentang bid'ah bukan ingin membid'ahkan orang, ia belajar tentang Halal Haramnya hukum Allah bukan pula ingin menjadi hakim bagi orang lain. Ia belajar semua itu agar ia tau dan tidak terjerumus kedalam perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr Police
SpiritualLinda Hermawan tak kuasa menolak perjodohan yang di usung sang papa demi kelangsungan politik. Impian Linda yang selama ini mendambakan suami yang taat hanya tinggal angan angan, saat hari demi hari ia jalani dengan rasa dilema, bahkan setelah hari...