12. Mengalah.

405 83 5
                                    

Gara tidak pernah sekalipun membayangkan bahwa  pernikahannya akan seperti ini. Selalu dan selalu diliputi masalah, dari awal mengenal Linda hingga keduanya menikah.

Ia pikir kehidupan pernikahannya akan seperti teman temannya yang lain, aman dan baik baik saja. Tidak terlalu kaku dengan dunia, dan enjoy menikmati hidup. Nyatanya hampir setiap hari ia lari ke minuman keras, ke bar, atau sekedar membuat Linda menangis.
Perasaannya akan membaik setelah berhasil membuat Linda menangis, meskipun tidak melukai fisik isterinya itu.

Dan baru kali ini, hatinya merasa di tikam saat ia bangun dari tidurnya lalu menemukan Linda yang terisak di dalam sujudnya. Ia tau, bahwa Linda sampai saat ini belum mencintainya. Ia bisa mendengar jelas pinta Linda dalam Isak tangisnya, namanya di sebut di dalam sana.

"Maaf.."
Gara hanya bergumam, ia tidak bisa mengatakan maaf dengan baik, ego-nya terlalu besar.

*

*

"Hari ini kamu mau makan apa?" Linda bertanya kepada Gara yang sedang menonton televisi. Entah berapa lama pria itu cuti, karena lebih dari seminggu ini Linda tidak pernah melihatnya memasang rompi anti peluru. Dan ya, Linda semakin kesal karena Gara samasekali tidak berubah.

Kata Alfa, jangan menyerah karena  merasa paling letih. Pun merasa kesal karena ia tak kunjung berubah. Karena hidayah hak mutlak Allah Azzawajalla, tugas kita mendo'akannya lalu berusaha semaksimal mungkin. Adapun dia berubah atau tidak, semuanya dalam pengawasan-Nya. Selama do'a di panjatkan, jangan berputus harap. Allah Azzawajalla selalu punya cara-yang bahkan tidak pernah sekalipun kita bayangkan. Rencanamu mungkin memiliki satu mobil, tapi dalam rencana-Nya kamu akan memiliki mobil dengan pabriknya. Teruslah meminta kebaikan, jika tidak di balas di dunia maka di akhirat kelak pahala menggunung yang menanti kita.

"Kembang tahu campur ayam kampung. Enak sekali, saya ketagihan saat kamu membekali saya ke kantor tempo hari." Jawab Gara, sedikit melirik mata Linda yang masih membengkak karena menangis semalam.

"Bisakah kamu menemani saya berbelanja?" Kali ini Linda mendekati Gara, duduk di samping pria itu yang masih asyik menonton film berseri dengan tema perampokan, Money Heist.

Gara menggaruk pelipisnya, sebenarnya dia sedang malas keluar karena kondisi tubuhnya sedang kurang fit, "Kamu bisa berkendara sendiri bukan? Manja sekali. Coba sekali kali kamu contoh Juwita, dia bisa handle semuanya sendiri tanpa bantuan laki laki." Alih-alih mengatakan alasan yang sebenarnya, Gara malah menjawab dengan suara lantang.

"Kamu tidak marah?" Linda tidak ingin terpancing, sebenarnya ia ingin mengatakan, 'kenapa kamu tidak menikah dengan Juwita saja?' tapi syukurlah hatinya masih tenang meskipun siang ini Gara membuatnya emosi.

Gara berdecak, lalu berkata, "Kamu ingin bertemu dengan pacar kamu? Asal kamu tidak tertangkap kamera semuanya akan baik-baik saja. Posisi papamu masih aman."

Linda menghela nafas, "Gara, saya ingin kita tidak berdebat, satu hari saja," ucapnya menatap Gara yang sama sekali tidak terusik dengan keberadaannya.

"Kamu yang mulai." Ucap Gara tak acuh.

"Baiklah, saya akan pergi sendirian." Putus Linda kemudian. Meninggalkan Gara yang masih fokus menatap layar datar di depannya.

Linda kemudian kembali ke kamarnya, mengganti baju rumahannya dengan gamis a line berwarna maroon dan hijab bergo berwarna milo. Tak lupa ia meraih kacamata hitamnya, tujuannya untuk menutupi mata bengkaknya. Ia sedang malas menyamarkan mata bengkaknya dengan make-up, karena akan membutuhkan waktu yang lama,  sementara ia tau bahwa Gara adalah orang yang tidak bisa bersabar samasekali.

Marrying Mr PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang