17. Terluka

375 72 23
                                        

Gara menatap wajah Linda dengan  serius, sesekali ia tersenyum melihat isterinya yang tertawa sambil membuka ponselnya. Ya, nyatanya keinginan Linda untuk vacum di media sosial hanya bertahan dua Minggu. Setelahnya wanita yang berstatus isteri Gara itu mulai aktif di wattsap. Hanya aplikasi itu yang Linda aktifkan guna terhubung dengan orang tersayang.

Setelah beredarnya skandal perselingkuhan Linda, hal yang jarang Gara temukan adalah isterinya itu jarang memperhatikannya. Seperti membantunya mengemasi pakaian saat hendak bertugas, atau sekedar menanyakan kabarnya, mengingatkannya makan, atau kegiatannya di luaran sana. Gara tahu Linda sakit, tapi ia masih berharap bibir isterinya selalu memperhatikannya, bahkan saat Gara menelepon pun Linda hanya menjawab seperlunya. Saat di chat pun Linda enggan membalas.

"Besok saya akan ke Singapura." Gara membuka pembicaraan, Linda hanya meliriknya sekilas, lalu mengangguk, kemudian Linda kembali sibuk dengan ponselnya.

"Perut kamu masih sakit? Apa kata dokter kemarin?" Gara kembali bertanya, ia membuka lemari  guna mempersiapkan kepergiannya menuju Singapura.

"Sudah baik baik saja," jawab Linda pelan,  "Kemarin mama bilang, kamu nggak usah ke sini lagi. Papa marah sama mama, kami akan tetap menjadi tersangka bagi kalian. Jadi sebaiknya kamu memikirkan kembali tawaran mama kamu yang mau mengajukan gugatan ke pengadilan. Dengan begitu aku dan mama tidak memiliki andil dalam drama sampah yang kalian ciptakan," Lanjutnya  sambil memandang wajah Gara.

Seperti cara yang dulu, ternyata dalang di balik video viral Linda ada Erwin di belakangnya. Lalu ada ibu Gara yang turut andil menjadi penyebab hilangnya bayi Linda. Harusnya sudah bisa di tebak, tapi Linda tetap shock jika mengetahui ibu Gara tega menyingkirkan 'cucunya' hanya demi kelancaran drama yang mereka ciptakan.

"Kamu benar benar mencintai Galih sampai berharap bercerai dengan saya? Jika ya, saya tidak akan menceraikan kamu." Gara mulai memasukkan satu per satu pakaiannya, hatinya memang sakit saat Linda terang terangan mengusirnya.

"Kamu bisa mengatasi papa saya? Tidak kan? Kamu hanya diam seperti pengecut saat harga diri dan kehormatan saya di injak injak. Saat papa saya melakukan sesuatu dengan perusahaan mama saya, kamu diam saja. Tidak cukup sampai di sana, kamu diam saja saat keluarga kamu terang terangan memfitnah dan menjadi penyebab bayi saya hilang, lalu....."
Linda tergugu, bibirnya bergetar menahan isak tangisnya yang akan keluar, "lalu fungsi kamu sebagai suami apa? Kalau kamu hanya menjadikan saya obyek nafsu kamu, itu buka pernikahan Gara. Fungsi pernikahan itu saling melengkapi, mengayomi, melindungi, bekerjasama menuju surga." Linda mengusap air matanya. Ia susah sekali menahan tangis jika berbicara dengan Gara.

"Kamu yang menjadikan saya tameng, lalu kamu menumpahkan semuanya ke saya!! Katakan saja bahwa kamu mencintai Galih, tidak perlu bertele-tele!" Emosi Gara tersulut. Pakaian yang sudah rapi ia kemas menjadi pelampiasan emosinya. Tak cukup sampai di sana, Gara menendang kopernya hingga terpental ke ujung tembok.

"Jika saya mencintainya kenapa? Kamu tidak bisa mengubah perasaan saya! Kamu tidak bisa membuat saya mencintai kamu! Lalu sekara__

"Sial**n!!" Galih mengumpat, menarik Linda lalu menciumnya dengan paksa, "kenapa kamu tidak bisa mencintai saya?!" Gara terengah, menatap wajah sembab Linda.

"Prestasi, pendidikan, harta, dan keluarga saya jauh lebih unggul daripada Galih!" Gara berujar frustrasi. Tentu ia menang segala-galanya daripada Galih, apalagi soal visual, ia jauh lebih tampan daripada Galih.

"Kamu dan dia berbeda," Linda menahan isak tangisnya, "kalau kamu tujuannya dunia, Galih tujuannya akhirat. Saya pernah bilang, kalau saya ingin mendapatkan suami yang bisa membawa saya ke surga. Tap__

"Katakan sekali lagi! Saya benar benar akan!!" Wajah Gara memerah, tangannya mengepal di sisi kepala Linda.

".....

Tak ada jawaban dari Linda, wanita itu sudah terisak menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Seharusnya ia tidak melawan, seharusnya ia membiarkan Gara pergi, dengan begitu ia tidak akan merasa sakit lagi. Dengan begitu ia bisa mengubur luka karena kehilangan bayinya. Ya, seharusnya...
Tapi semua tentang terjadi. Berandai-andai tidak di perbolehkan dalam agama, jadi sekiranya harapan kita tidak sesuai dengan realita, katakanlah
Qodarullah wamasyaa  fa’ala
“Allah sudah menakdirkan dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan.” (HR. Muslim)

"Saya pergi!" Dengan pelan Gara beranjak dari ranjang, melepaskan Linda dari kungkungannya. Kali ini tanpa ciuman di dahi, atau sekedar bersalaman. Gara benar benar pergi tanpa membawa pakaian, pria itu hanya membawa paspor dan dompetnya.

.

.

.

"DOR! ...DOR!..DOR!..
suara tembakan berpacu dengan kecepatan lari Gara, terselip sedikit maka anggota tubuhnya akan terkena timah panas yang di lepaskan lawannya.

"Tiger ...Tiger! ..saya sudah berada di gedung timur." Gara melapor melalui headset bluetooth yang terselip di telinganya begitu ia sampai di tembok ruangan yang cukup sempit.

"CJ..CJ.. menuju lokasi!"  Jawaban rekan kerja Gara membuatnya sedikit lega. Hanya sebentar, kemudian hujanan peluru kembali memacu adrenalinnya. Gara tidak bisa terus menerus bersembunyi, cepat atau lambat mereka akan menemukannya.

"DOR! DOR! DOR!...
Gara balas menembak, dua orang tumbang, tersisa puluhan orang lainnya.

"S*it!" Gara mengumpat, melihat musuhnya mulai mengelilinginya, sementara timnya belum juga sampai ke lokasi. Nyawanya di pertaruhkan! Memang seperti itu resiko menjadi pimpinan. Ia sudah memperhitungkannya saat akan berangkat ke Singapura. Pun sampai di sini ia malah terjebak, seseorang sudah mengetahui rencananya sejak awal hingga ia menjadi buronan para komplotan pengedar narkoba.

Yang Gara incar saat ini sebenarnya bukan bawahan mereka, namun Bos dari para bandar narkoba yang sudah beroperasi di ranah internasional. Timnya sudah melakukan pengintaian cukup lama, hingga target yang mereka cari sedang melakukan transaksi di kawasan pelabuhan Singapura. Namun siapa yang tahu, Gara malah berakhir di sini karena menghindari serangan anak buah sang Bandar Narkoba.

"Lion! Lion! Lapor, Panda tertembak!"

Gara menatap sekelilingnya, nyawanya sudah di ujung tanduk, sementara salah satu anak buahnya tertembak. Ia harus melakukan sesuatu agar bisa menarik pasukannya pergi. Jika tidak, ia yakin timnya akan kalah telak, karena kalah jumlah meskipun sudah di bantu kepolisian Singapura.

"DOR!
Timah panas menembus kulit paha Gara, ia tidak dapat mengelaknya karena tidak tahu posisi penembak. Darah mulai bercucuran membasahi celana Gara. Di saat seperti ini ia malah membayangkan mata sembab Linda, tangisan wanita itu, lalu senyumnya yang membuat bibir Gara tersenyum. Dengan sigap Gara mengikatkan seutas kain di pahanya. Ia tidak boleh lengah jika masih ingin pulang melihat senyum manis Linda.

"DOR! DOR!
Dengan langkah tertatih Gara mengeluarkan laras panjangnya, bersembunyi di balik tembok, membidik satu per satu orang yang menembaknya. Ia pernah melalui hal yang lebih serius dari ini, jadi ia berharap bisa pulang dengan selamat, meskipun kemungkinannya amat sangat kecil.

.

To be continued

.

Bismillah, minta komentar yang banyak dunk🤭 50 komentar aja🙏
Oh iya, jika merasa cerita ini bermanfaat share ya.... Biar banyak yang baca😍

Barakallahu fiikum

Marrying Mr PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang