"Linda...! Linda... Tolong bantu saya!"
Permintaan tolong kembali Linda dengar dari dalam apartemen. Ia sudah mengintipnya tadi melalui cctv , dan orang itu adalah Galih. Bukan tidak berempati melihat Galih yang mondar-mandir di depan apartemennya. Linda hanya berusaha untuk tidak keluar sementara suaminya tidak berada di luar rumah, ia takut menimbulkan fitnah.
"Linda, tolong adik perempuan saya. Saya mohon..." Galih kembali mengetuk pintu, membuat Linda tidak tega dan akhirnya membuka pintu.
"Kamu tahu darimana apartemen ini?" Bukannya menanyakan kepentingan Galih, Linda malah menanyakan sesuatu yang berkecamuk di kepalanya. Kok bisa Galih tau alamat apartemennya? Terus kenapa harus meminta tolong kepada Linda bukan orang lain? Di antara sekian banyak penghuni apartemen kenapa harus dirinya?
"Tidak penting dari mana saya tau. Saya mohon tolong adik saya." Lalu Galih berjalan terburu-buru menuju unit apartemen yang berjarak tiga unit dari apartemen yang Linda tempati.
"Ehh..
Linda bingung, ia tidak ingin ikut tapi kakinya sudah melangkah menyusul langkah panjang Galih yang langsung mempersilahkannya masuk ke dalam apartemen."Adik saya demam dari semalam, baru reda pagi tadi. Tapi sekitar jam sebelas dia kembali meriang dan mengeluarkan banyak keringat. Saya...
Galih tampak salah tingkah melihat Linda yang masih setia menatap seorang wanita yang tidur di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajahnya."Kamu ingin saya menggantikannya baju?" Tanya Linda kemudian, dan di jawab anggukan cepat oleh Galih.
Linda mengangguk, tentunya ia juga tau batasan aurat sesama mahram.
Atau singkatnya begini penjelasan dari salah satu blog Sunnah, Rumaysho.com, di antaranya;
Pendapat pertama, yaitu pendapat dari ulama Malikiyah, Hambali, aurat wanita di hadapan sesama mahramnya adalah selain wajah, kepala, kedua telapak tangan dan kaki. Ini berarti tidak boleh membuka dadanya, payudaranya dan semacam itu di hadapan sesama mahram karena masih tergolong aurat. Untuk ayah wanita diharamkan untuk melihat anggota tubuh tersebut walaupun tanpa syahwat dan nafsu.Pendapat kedua, pendapat ulama Hanafiyah, yaitu aurat wanita dengan sesama mahramnya yaitu antara pusar dan lutut. Begitu pula yang termasuk aurat adalah punggung dan perut. Selain aurat tersebut boleh untuk dipandang oleh sesama mahram selama aman dari fitnah (godaan) dan selama tidak dengan syahwat (nafsu).
Pendapat ketiga, adapun ulama Syafi’iyah berpandangan boleh laki-laki memandang wanita yang masih mahram dengannya selain antara pusar dan lutut. Mahram yang dimaksudkan di sini adalah karena sebab nasab, persusuan atau pun pernikahan yang sah.
Ulama Syafi’iyah juga ada yang berpandangan lain sama seperti pendapat pertama, yaitu boleh memandangi mahram hanya pada bagian tubuh yang biasa dipandang ketika ia bekerja di dalam rumah. Yaitu yang boleh dipandang berarti adalah kepala, leher, tangan hingga siku dan kaki hingga lutut.
Imam Nawawi rahimahullah berkata,
Adapun hukum seorang pria melihat dan memandang mahramnya, pendapat yang paling kuat (perselisihannya tidak terlalu kuat dalam madzhab, pen.), yang boleh dilihat hanya yang di atas pusar dan di bawah lutut. Ada pendapat lain pula (dalam madzhab Syafi’i) yang mengatakan hanya boleh melihat seperti keadaan ketika berkhidmat dan beraktivitas dalam rumah. Wallahu a’lam. (Syarh Shahih Muslim, 4: 30).
Linda mengambil pendapat pertama, yang mungkin juga di ambil oleh Galih. Karena memperkecil kemungkinan kemungkinan yang terjadi, terlepas dari syahwat atau tidak dengan syahwat. Karena di zaman sekarang ini pun banyak ayah yang tega menzinai darah dagingnya sendiri hingga hamil.
"Ayah dan ibu saya baru berangkat umroh kemarin. Saya terpaksa membawa Sofia ke sini, dan jangan salah faham. Saya sudah berada di apartemen ini sejak beberapa tahun yang lalu. Sebelum saya kuliah di Madinah." Galih menjelaskan, takutnya Linda mengira ia menjadi penguntit karena di tolak. Sebenarnya ia sudah tau Gara dan Linda adalah tetangga barunya sejak pasangan itu pertama kali datang. Hanya saja Galih jarang berada di apartemen dan lebih sering di rumah orang tuanya, jadi ia tidak pernah bertemu Linda ataupun Gara secara langsung.
"Mana bajunya?" Tanya Linda kemudian, ia juga tau bahwa Galih selalu menghindar darinya meskipun keduanya berpapasan atau tidak sengaja bertemu di tempat umum.
"Oh maaf... Akan saya ambilkan." Galih kemudian mengambil dari lemari pakaian di sebelah ranjang. Kemudian pria itu meninggalkan Linda dan saudarinya.
Beberapa saat kemudian Linda keluar dan mendapati Galih yang sedang berkutat dengan tumpukan kertas penuh tulisan Arab di depannya.
"Pakaian kotornya sebaiknya kamu cuci. Karena benar benar basah." Ucap Linda saat Galih menyadari kehadirannya.
"Insyaallah, sore nanti bibik yang di rumah ibu saya akan ke sini membantu. Maksud saya, biar beliau yang mencucinya." Ucap Galih, berusaha menyusun kata-katanya agar mudah di mengerti.
"Saya akan pulang kalau begitu." Pamit Linda, berjalan menuju pintu keluar diikuti Galih.
"Sekalian saya mau keluar membelikan Sofia makanan."
Lalu keduanya berjalan beriringan, Galih meminta tips mengatasi muridnya yang terkadang membuatnya tidak sabar dalam mengajar. Dan Linda pun menjawab sesuai pengalamannya.
"Sekali lagi terimakasih atas bantuannya. Maaf merepotkan kam..."
BRUKKK...
Galih belum selesai dengan ucapannya, saat tiba tiba Gara menyerangnya membabi buta.
Lalu saat Linda mencoba melerai mereka, ia malah terjungkal cukup jauh hingga dirinya tak sadarkan diri..
.
Linda merasakan nyeri yang sangat pada perutnya, ia mencoba membuka matanya, perlahan tapi pasti ia bisa menebak bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit karena infus yang menancap di tangannya. Ia menatap sekelilingnya, lalu menemukan Gara dan ibu mertuanya yang sedang beradu mulut.
"Pokoknya mama ingin tes DNA setelah usia kandungannya cukup. Mama yakin dia bukan anak kamu!" Ibu mertuanya terlihat bersikeras, hingga menunjuk nunjuk wajah Gara yang terlihat tidak berdaya.
"Saya juga tidak yakin ma! Tapi setidaknya mama jangan menunjukkannya di sini. Linda bisa stress dan kehamilannya terganggu."
Setetes...
Duatetes..
Tiga tetes...
Bulir bening mulai menghiasi pipi Linda. Dadanya sesak karena Gara terang terangan menampik bahwa janin yang di kandungannya bukan anak Gara.
"Bagus donk kalau dia keguguran! Dengan begitu kamu tidak perlu bertanggungjawab mengurusinya." Lagi, ibu mertuanya mengeluarkan kata yang menyakiti hati Linda. Ia tidak habis pikir kenapa ada seorang yang begitu besar membencinya, membenci bayinya yang bahkan belum lahir ke dunia.
"Tapi saya sudah terlanjur mencintai Linda ma!" Gara tampak putus asa, dan meskipun Linda mendengar kata cinta, ia tidak lantas merasa bahagia.
Karena cinta seperti apa yang Gara rasakan hingga meragukan kesetiaan Linda?
Suatu nasihat dari Syaikh Sa'ad Ruslan Hafidzahullah yang masih Linda ingat jika ingin mengeluhkan sifat suami dan mertuanya yang menyakiti hatinya, bunyinya;
Siapa yang mengeluh dengan buruknya akhlak orang lain, justru masih menunjukkan buruknya akhlak dia. Karena seandainya dia orang yang bagus akhlaknya niscaya dia akan sabar dengan buruknya akhlak orang lain.Sepahit apapun itu, Linda tetap berharap, semoga sabarnya Lillah dan membawanya sampai ke Jannah Nya.
.
.
.
Assalamualaikum, gimana kabarnya Mak? Semoga sehat selalu ya! Lagi sibuk apa Mak?
Kalau aku lagi sibuk nguli🤭 maksudnya mengulang kembali Mak 🤣 .

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr Police
SpiritualLinda Hermawan tak kuasa menolak perjodohan yang di usung sang papa demi kelangsungan politik. Impian Linda yang selama ini mendambakan suami yang taat hanya tinggal angan angan, saat hari demi hari ia jalani dengan rasa dilema, bahkan setelah hari...