19. Menyerah?

379 82 25
                                    

Katanya cinta akan tumbuh dengan sendirinya jika saling bersama dalam kurun waktu yang lama. Linda setuju, tapi ia hanya sebatas 'perduli' dengan Gara. Karena beberapa bulan pertama setelah menikah, mereka lebih banyak berdebat, dan tentunya Gara yang paling sering membuat Linda menangis.
Lucunya adalah, Gara yang dulu entah pergi kemana, digantikan Gara yang super manis dan penuntut. Linda bukannya tidak senang, ia hanya takut jika itu sebatas kamuflase semu yang suatu saat akan meledak memporak porandakan hidupnya.

Seperti pagi ini, saat selesai memasak, Linda mendapatkan kiriman bunga mawar, dan kue brownies. Di zaman yang serba canggih ini memang tidak sulit mengirimkan sesuatu meskipun Gara masih terbaring di atas ranjang.

Linda jadi teringat pembahasan kajian Alfa sore kemarin_yang ia ikuti via Zoom. Alfa membahas seputar kesombongan kaum liberalis yang mengatakan bahwa mereka akan beriman jika hidup di masa nabi. Faktanya sangatlah sulit hidup di masa kenabian, karena waktu itu penyiksaan masih terjadi pada mereka yang mengaku beriman. Sudah masyhur penyiksaan yang di terima Bilal bin Rabbah rodiallahu anhu, lalu ada juga Khabbab Bin Arats yang punggungnya sampai melepuh di siksa di atas batu panas, bahkan Rasulallahu Alayhi wasallam juga tak lepas dari siksaan dan teror kaum musyrikin. Lalu saat itu ayat Al-Qur'an-pun baru turun beberapa ayat.

Jika di pikir secara logika, di tengah Padang pasir tandus, muncul seorang yang mengaku nabi, isra' mi'raj ke langit dalam waktu satu malam. Kira kira bisa berimankah kita? Atau akan menjadi pengikut Abu Jahal dan Abu Lahab? Menjadi sahabat Rodiallahu anhum wa'ardho itu tidak mudah, mau tidak mau harus siap di teror dan di siksa. Zaman sekarang baru di gosipon tetangga masalah hijab besar, celana cingkrang, berjanggut, dan lainnya sudah tulis di media sosial seolah olah orang yang paling tersakiti. Padahal pembicaraan mereka hanya sebatas lidahnya. Jika mereka memfitnah, menghina, menggunjing kita di dunia, eveknya hanya sampai di Dunia. Karena setelah di akhirat semua fitnah, gunjingan, celaan mereka semuanya akan menjadi pahala yang bermanfaat bagi kita.

"Linda...

Suara panggilan dari Gara menyadarkan Linda yang hendak memindahkan nasi goreng ke piring, ia sedikit terkejut melihat Gara yang berjalan kearahnya menggunakan kursi roda.

"Bunganya sudah sampai?" Tanya Gara, melihat sekelilingnya. Lalu menemukan bucket bunga mawar yang tergeletak di pantry. Ia menghampiri Linda lalu memeluk lutut isterinya. Bahagia rasanya hari harinya di rawat isterinya. Terhitung dua minggu sudah Linda merawatnya sejak ia masih di rumah sakit. Sekarang hanya tersisa luka tembak di tubuhnya, yang entah kapan bisa pulih. Jujur saja Gara sedikit berharap agar lukanya lama pulih, karena ia ingin Linda hanya fokus merawatnya.

"Nanti kalau saya pulih, kamu harus berjanji akan menemani saya." Ucap Gara, mengikuti langkah Linda yang membawa makanan ke ruang santai.

"Makan dulu, kita bisa bicarakan ini nanti." Linda mencoba menghindari topik yang selalu Gara bahas setelah keluar dari rumah sakit.

Bukan tidak mau bertahan, tapi ada janji dengan jaminan yang harus Linda bayar jika ia masih bertahan dengan Gara. Papanya hanya memberikannya opsi sampai Gara pulih, jika lebih dari itu mungkin perusahaan mamanya akan benar-benar dalam masalah, atau bisa jadi kemungkinan terburuk yang Linda pikirkan adalah jika tiba tiba mamanya di sidak KPK karena dugaan korupsi.

"Kenapa kamu menghindari topik ini? Bukankah kita sudah baik baik saja sekarang?" Gara bertanya ironi. Jika kebersamaan mereka harus usai, untuk apa Linda repot-repot mengurusnya. Seharusnya Linda membiarkannya mati di atas ranjang rumah sakit.

"Makan dulu ya, nanti saya jawab setelah kamu minum obat." Linda mencoba tersenyum, meskipun perih menyayat hatinya.

Nasi sudah menjadi bubur. Skandal perselingkuhannya tempo hari saja masih menjadi topik hangat. Saat ke rumah sakit-pun beberapa orang memandangnya seakan-akan ia mahluk menjijikan, lalu ada juga yang terang terangan menggosipinya. Tak heran jika saat pertama kali kerumah sakit, seorang perawat laki-laki yang memandangnya seolah mencemooh. Entah seliar apa pemberitaan di luaran sana meskipun Galang jika turut mengkonfirmasi.

Linda tentu tidak lupa bahwa layangan gugatan cerai sudah mampir di pengadilan agama. Saat sidang pertama ia tidak hadir karena mengurus kepulangan Gara dari rumah sakit. Linda tahu bahwa meskipun ibu Gara menyuruhnya mengurus Gara, namun tetap saja wanita itu yang berada di balik gugatan cerainya.

"Kenapa kamu tidak jujur kepada saya bahwa papa kamu menganiaya kamu?" Gara menahan tangan Linda yang hendak membersihkan meja. Gara memang sengaja menumpahkan air minumnya tadi, saat meminum obat. Ia melakukannya tentu saja agar Linda tidak langsung kabur ke dapur setelah selesai mengurusnya sarapan dan meminum obat.

"Mama kamu yang bercerita." Seolah menjawab tatapan kebingungan Linda, Gara menjawab cepat.

"Kamu tidak pernah percaya apapun yang saya ceritakan. Jadi menurut saya kamu tidak harus tahu kepahitan apa yang saya alami saat bersama kamu." Ucap Linda, melanjutkan mengelap air di atas meja.

"Mama kamu juga bilang sidang perceraian kita di undur menjadi bulan depan. Kamu pikir saya tidak frustasi dengan semua ini? Ketenangan kamu seolah-olah kita baik baik saja. Lalu kamu akan meninggalkan saya begitu saja? Kenapa kamu tidak membiarkan saya mati di rumah sakit jika akhirnya kamu menyerah? Kenapa kamu tidak mempertahankan saya?! KENAPA LINDA?! KENAPA?!" Gara meluapkan emosi yang ia bendung dua hari ini. Andai saja ia tidak menghubungi mertuanya, pasti ia akan berakhir menyedihkan tanpa mengetahui apapun.

"Kamu tidak cukup berharga bagi saya Gara. Kamu suami yang tidak pernah saya inginkan....
Linda menangis, bertumpu di dua lututnya, "Dari awal kamu tidak pernah mau tahu apa yang saya alami ketika memutuskan untuk menikah dengan kamu. Kamu tidak perduli dengan saya, kesakitan saya, perasaan saya. Yang kamu inginkan adalah balasan dari saya, rasa cinta dan kasih.....

Gara terdiam, ia mengakui bahwa yang ia inginkan adalah asal Linda selalu bersamanya. Ia juga bersikap acuh saat kehormatan isterinya tercoreng, ia juga menyalakan api di setiap luka yang isterinya alami. Ia juga tidak perduli dengan rencana politik para orang tua di balik pernikahannya. Pokoknya yang ia perdulikan adalah Linda masih bisa di jangkaunya, bersamanya, menemaninya. Lalu sekarang pernikahan mereka sudah di ujung tanduk. Akan mudah bagi mereka untuk bercerai, mengingat bukti bukti akurat yang mengacu bahwa Linda berselingkuh.

"Bagaimana caranya agar saya cukup berharga bagi kamu?" Gara bertanya parau,  mendorong kursi rodanya mendekati Linda, memeluk kepala isterinya. Sekarang ia malah ketakutan jika Linda benar benar pergi meninggalkannya sendirian.

.

.

Assalamualaikum....
Udah up akutuh, selamat hari Senin, semoga Allah mudahkan urusan kita hari ini... Allahumma aamiin...

Masih minta 50 komen meskipun itu mustahil 😭😭😭

Marrying Mr PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang