4. Luka Gara.

660 84 14
                                        

"Assalamualaikum," Linda mengucapkan salam, matanya bengkak karena semalaman menangis. Ia berusaha menutupinya dengan make up, namun sepertinya tidak berhasil. Terbukti dengan teman teman seperjuangannya yang menoleh dua kali untuk memastikan apakah ia baik baik saja.

"Din, di suruh ke ruangan kepala sekolah langsung." Hara-wali  kelas dua- langsung memberitahukan pesan kepala sekolah. Wanita berhijab ungu itu menepuk pundak Linda menyemangati. Entah apa yang akan di temui Linda di sana nanti.

"Aku ke sana dulu kalau gitu." Ucap Linda, membawa serta ponselnya.

Sesampainya di ruangan kepala sekolah, Linda terkejut. Nyaris saja berbalik menutup pintu jika pak Faruk tidak memanggil namanya.

Dia di sana, orang yang Linda tolak semalam. Duduk dengan tenang di sofa, kemudian mengulas senyum singkatnya menyambut kedatangan Linda.

"Linda, kamu kenal dengan Galih?" Pak Faruk bertanya, dan Linda dengan berat hati mengangguk mengiyakan. "Dia keponakan saya." Ucap pak Faruk memperjelas.

Bagaimana hati Linda tidak kebat kebit? Ruang lingkupnya seolah terasa sempit. Niatnya pagi ini ia ingin mengajar dengan penuh semangat agar sedih di relung hatinya menghilang, nyatanya semakin membuat lukanya perih.

"Duduk dulu." Pak Faruk mempersilahkan Linda duduk di sofa single berseberangan dengan Galih.

"Saya kira kamu sudah tau kenapa saya bisa sampai di sini," Galih membuka suara. Pria dengan wajah khas asianya memperhatikan wajah Linda yang masih tetap ayu seperti pertama kali mereka bertemu.

"Untuk apa?" Linda bertanya ingin tahu. Karena bukankah sudah jelas ia mengatakan tidak bisa menerima pinangan pria itu karena sudah di jodohkan oleh papanya. Linda tidak ingin menyembunyikan perihal perjodohannya, karena cepat atau lambat media akan tau siapa dirinya, dan siapa Gara sesungguhnya. Kenapa dengan Gara? Karena pria itu bukan hanya menjabat sebagai Komjen termuda, namun sebagai anak dari menteri pertahanan, Purnomo Ferdinand Wijantoro.

Jadi sampai di sini ada yang sudah faham kenapa Linda bisa menjadi 'tumbal'? Jawabannya karena jabatan calon ayah mertuanya bukan hanya sebagai pejabat biasa. Melainkan termasuk orang berpengaruh, dan bukan mustahil dia melobi partai politik lainnya agar jalan papanya Linda bisa mulus maju sampai ke kursi menteri.

"Saya merasa perlu menjelaskan ke papa kamu tentang keseriusan saya." Ucap Galih.

"Maaf, tapi saya benar benar tidak bisa menerima kamu. Saya sudah berjanji dengan papa untuk menjalankan perjodohan ini." Linda menunduk, berusaha menghalau air matanya yang lagi lagi akan jatuh.

"Mukmin itu sesuai janjinya"
Kata Rosa menasehatinya malam tadi. Saat Linda galau luar biasa.

"Saya akan berbicara dengan papa kamu agar dia mengerti." Galih masih belum putus asa.

"Berat urusannya dengan pak Erwin, Linda bisa bekerja di sini saja sudah suatu anugerah. Papanya memiliki temperamen yang teguh." Pak Faruk menengahi, ia tidak ingin keponakannya mendapat masalah.

"Begitu, baiklah. Mari saling mendo'akan agar kita diberikan jodoh terbaik." Putus Galih pada akhirnya. Jika memang jalannya untuk mendapatkan Linda sangat sulit, maka dia memutuskan merelakan wanita itu, meskipun berat. Do'anya, semoga Linda mendapatkan jodoh yang lebih baik darinya.

"Terimakasih, kamu juga semoga di berikan jodoh terbaik." Linda mengulas senyumnya meskipun berat.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Assalamualaykum." Galih pamit, menyisakan Linda dan pak Faruk di ruangan kepala sekolah.

"Kamu bisa kembali, Linda." Ucap pak Faruk. Ia tidak memiliki keperluan lain selain masalah keponakannya yang keukeh ingin bertemu dengan Linda.

"Baik pak, Assalamualaikum."
Linda mengulas senyum singkatnya, meninggalkan ruangan kepala sekolah dengan perasaan sedih.

Marrying Mr PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang