"Maksud lo, gue ke rumah Maurin malam ini, gitu? Ngapain?!"
Setelah pulang dari rumah Elang, malam harinya Tomi berkumpul bersama teman-temannya. Namun, dia sedikit tak menyangka ketika Elang menghubunginya malam-malam begini.
"Ini udah tengah malem, bego." Tomi mendengkus.
"Ngecek doang. Kalau ada yang aneh langsung lapor gue."
"Ogah! Gue bukan babu."
"Anjing lo, ya. Tadi siang di rumah gue lo udah sepakat! Uang kost lo gue yang bayar. 2 bulan! Asal Maurin lo awasin." Elang mengumpat di seberang sana.
"Ya enggak jam segini juga, sialan. Ini udah tengah malem. Masa iya gue datengin anak gadis malem-malem gini?" Tomi kembali berbicara.
Terdengar helaan napas berat di sana. Tomi tertawa pelan. Dia paling suka mendengar Elang mengumpat dibanding melihat dia diam seperti tadi.
"Ogah ah 2 bulan. 6 bulan, deh. Gue otw sekarang."
"Yaudah. Buruan!"
Sambungan dimatikan sepihak oleh Elang. Tomi menggelengkan kepalanya pelan. Elang itu perduli pada Maurin. Hanya saja, kondisinya yang memang tidak memungkinkan untuk dia dekat dengan Maurin saat ini.
Tomi juga masih sedikit tidak percaya dengan apa yang Helga lakukan demi Elang. Padahal, Tomi tahu betul gadis itu mencintai Elang.
Jika saja tadi siang Tomi tidak menyusul mereka, mungkin, Elang akan menghadapi semuanya sendirian.
"Ke mana, Tom?" tanya salah satu temannya kala Tomi beranjak dan bersalaman dengan mereka semua.
"Ada urusan, nih. Duluan, ya!"
"Buset, masih jam segini. Takut diomelin Emak, lo?"
"Mana ada. Gue ngekost sendiri ya. Gue beneran ada urusan, nih. Gak usah banyak tanya lo pada. Kepo banget kayak doi." Tomi naik ke atas motornya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.
Jalanan sudah lumayan sepi. Namun, itu tak membuat Tomi takut. Karena dirinya sudah terbiasa pulang lebih larut daripada hari ini.
Perlu waktu beberapa menit untuk Tomi sampai di depan rumah Maurin. Tidak ada yang mencurigakan.
Lampu di rumahnya juga sudah mati. Itu artinya, orang rumah sudah tidur. Begitu pikir Tomi. Akhirnya, dia memilih pulang setelah melapor pada Elang.
•••
Esok harinya, Tomi lagi-lagi diganggu oleh Elang. Dia meminta Tomi untuk kembali ke rumah Maurin dan berpura-pura mengunjungi rumah Elang.
Cowok itu sangat repot sampai marah-marah hanya karena Tomi baru saja bangun jam 11 siang.
Dan di sinilah Tomi sekarang. Di atas motor yang melaju mengikuti mobil yang lambat sekali berjalan.
Tomi mendengkus kesal. Untungnya, rumah Elang sudah dekat. Ketika dirinya berhenti di depan rumah Elang, mobil itu justru berhenti di depan rumah Maurin.
Tomi membuka helmnya. Dia melihat Maurin duduk di teras rumahnya sendirian di atas kursi roda.
Kemudian, dua orang berbeda jenis kelamin keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju Maurin.
"Siapanya, ya? Gue foto aja kali ya buat laporan sama si mesin buat bayar kost? Siapa tau kostan gue di perpanjang bayarannya." Tomi meraih ponselnya dan memotretnya.
Dan adegan tak terduga, dia melihat Maurin dijambak oleh pria itu.
"Duh, gue Vidio atau gue tolongin, ya?" Tomi berdecak pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG [End]
Teen FictionKehidupan Elang, awalnya berjalan layaknya seorang remaja. Nongkrong, sekolah, pulang. Namun, semuanya berubah 180° semenjak hari di mana ia datang ke acara makan malam keluarga. Kejadian masa lalu yang menimpanya, ternyata belum bisa diterima oleh...