"BUKA!" Gara memukul pintu dengan kasar.
Di dalam ruangan Papanya, Gara dikurung sendirian. Apa yang sebenarnya Papanya rencanakan?
Gara bahkan tidak menyangka Papanya lebih kejam dari apa yang dia tau.
Gara kira, pekerjaannya hanya menjadi seorang pemilik kelab malam saja. Ternyata, lebih daripada itu.
Anak buahnya ... Secara terang-terangan menodongkan pistol pada Elang.
Itu artinya ... Mereka pembunuh bayaran?
Gara mengacak rambutnya. Dia ingin menepis pikirannya. Namun, apa yang dia lihat benar-benar nyata.
Lantas, dia berusaha mencari barang bukti di sekitaran ruangan ini. Elang yakin, dia akan mendapatkan sesuatu.
Dan kemudian ... Elang mendapatkan beberapa lembar foto dan surat perjanjian yang ditandatangani di atas materai.
Di sana tertulis. Jika pihak kedua berhasil menjalankan permintaan pihak pertama dengan baik, maka pihak ke dua akan mendapat uang dengan jumlah 2 milyar. Dan semua yang pihak kedua ingin akan di penuhi oleh pihak pertama.
Ini lelucon! Kejahatan macam apa yang harus ditangani di atas materai seperti ini. Begitu pikir Gara.
Di bawahnya terdapat nama Papanya. Dan juga ... Yuli.
Siapa Yuli? Pikir Gara.
Di sana terdapat foto Elang, Anggara, dan juga seorang lelaki yang Gara duga Abangnya Elang.
Jadi, yang papanya incar sebenarnya hanyalah Elang dan keluarganya.
Namun, Gara menemukan sebuah kertas yang terlipat. Gara membukanya.
Di sana terdapat foto Maurin. Ada sebuah tulisan. “Buat gadis ini menderita di saat Elang menderita. Itu akan membuat mental Elang semakin tertekan.”
"Semua ini udah direncanakan," gumam Gara.
Gara lantas menyembunyikan barang bukti itu dalam jaketnya. "Gara minta maaf. Gara enggak bermaksud jadi anak durhaka. Gara cuman mau Papa berubah jadi lebih baik." Gara bergumam.
Dia sudah lelah hidup lebih dari kata cukup namun uang yang dia dapat justru uang haram. Sedaridulu, Gara sudah berusaha meminta Papanya untuk menutup kelab ini.
Namun, Papanya menolak. Justru, Kelab ini ternyata hanyalah topeng dari perlakuannya yang lebih dari kata busuk.
Gara menelepon polisi. Dia memberitahu ada keributan di sebuah kelab malam. Cowok itu memberitahu alamatnya.
Dan jika ada kesempatan, Gara akan memberi barang bukti ini pada polisi.
Gara juga mengirim lokasi terkini untuk berjaga-jaga.
Pintu ruangan terbuka. Gara menatap Papanya yang kini sudah berdiri tepat di depan Gara.
"Di mana Elang?" tanya Gara.
"Temen kamu baik-baik aja, Gara."
"Buat sekarang sih baik-baik aja," sambungnya seraya tertawa.
Gara menggelengkan kepalanya. Cowok itu lantas berjalan melewati Papanya. "Sebentar lagi polisi bakal datang. Papa yakin salah satu pengunjung pasti ada yang melapor. Ayo kita pergi," ajak Arya.
"Enggak! Gara enggak bersalah! Papa yang bersalah."
"Kalau kamu masih mau melihat teman kamu di sisa terakhir hidupnya, ikut sama Papa."
Gara lantas terdiam. Elang benar-benar diambang kematian.
Akhirnya, Gara pasrah dan memilih ikut dengan Papanya. Gara berharap, polisi cepat-cepat datang. Atau setidaknya, mereka bisa melacak Gara lewat lokasi yang sudah dia kirim.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG [End]
Teen FictionKehidupan Elang, awalnya berjalan layaknya seorang remaja. Nongkrong, sekolah, pulang. Namun, semuanya berubah 180° semenjak hari di mana ia datang ke acara makan malam keluarga. Kejadian masa lalu yang menimpanya, ternyata belum bisa diterima oleh...