"Polisi nemu 3 korban. Pertama Helga, satu pengunjung, dan satu lagi ... Mungkin temen lo."
Bayu menunduk. Cowok bertato itu mengepalkan kedua tangannya di atas meja.
Gara di kantor polisi. Setelah membawa Elang ke rumah sakit, dia langsung menghubungi Galang untuk menunggu Elang di sana.
Maurin belum Gara kabari. Gara dengar dari Galang, Ibunya Maurin baru saja meninggal kemarin.
Namun, Tomi mungkin sudah diberitahu oleh Galang.
"Mereka meninggal."
"Gue masih enggak ngerti kenapa lo bisa kenal sama Elang. Gue juga enggak ngerti kenapa lo lakuin semua ini." Gara kembali berbicara.
Bayu menunduk. "Gue salah. Enggak ada alasan buat gue membenarkan diri gue."
"Elang salah apa sama lo?"
"Gue cuman mau selamatin adik gue buat keluar dari sana, Bay. Cuman karena hutang Tante gue ke Bokap lo, dia yang kena imbasnya. Bokap lo enggak punya belas kasihan sedikitpun. Gue udah janji buat bayar hutangnya dengan syarat gue minta Adik gue keluar dari sana."
"Bokap lo enggak kasih. Dia malah minta gue buat jadi mata-mata Elang. Dan berakhir kayak gini. Seenggaknya, gue tenang Adik gue udah enggak dipaksa buat diem di sana." Bayu menghela napas pelan.
Gara memicingkan matanya. "Lo lega adik lo keluar, dan lo ... Udah bunuh temen lo sendiri, Bay."
"Selain itu, lo juga udah bikin Elang sekarat!" sambung Gara.
Bayu mengangguk. "Gue tau. Gue ... Siap buat nanggung semuanya. Sekalipun dihukum mati."
Bayu mendongak. Dia tersenyum dan menepuk bahu Gara beberapa kali. "Tolong sampaikan maaf gue sama Elang."
"Bokap sama Abangnya Elang ... Lo yang bunuh?" tanya Gara.
Bayu mengangguk.
Gara memejamkan matanya kuat. Ingin sekali dia menghajar orang di depannya ini.
Namun, kesalahan utama ada pada Papanya dan wanita bernama Yuli itu. Bayu diancam, Bayu hanya ingin menyelamatkan Adiknya. Namun, jalan dia yang salah.
Semua yang terjadi ... Biarkan polisi yang menangani mereka.
Gara beranjak. "Gue balik."
Setelah mengatakan itu, Gara memilih melangkah pergi meninggalkan kantor.
Barang bukti sudah dia serahkan. Ketika diberi pertanyaan, Gara menjawab dengan jujur apa yang dia tahu.
Bukan Elang yang pembawa sial. Namun mereka yang enggan mengerti.
Bukan Elang yang pembawa bencana, namun semua terjadi hanya karena rasa dendam dan benci.
Semuanya merambat dan mengalir begitu saja. Dendam masa lalu yang tidak Elang lakukan ... Justru malah terbawa sampai masa kini dan membahayakan semua orang.
Pada dasarnya, jika sudah benci apapun yang Elang lakukan ... Selalu salah di mata Yuli.
•••
Gara baru saja selesai melaksanakan shalat subuh di mushala rumah sakit. Cowok itu kini berjalan menyusuri koridor menuju tempat di mana Elang di rawat.
Dia belum sadarkan diri. Galang bilang, kondisinya kritis.
Selain itu, Gara dan juga Galang menemukan satu fakta.
Elang ... Mengidap penyakit kanker paru-paru.
Penderitaan apa lagi yang sebenarnya harus Elang rasakan? Setelah kehilangan Papanya, Abangnya, disiksa oleh Papanya yang tak lain atas suruhan Tantenya sendiri, kini ... Gara malah mendapat kabar seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG [End]
Teen FictionKehidupan Elang, awalnya berjalan layaknya seorang remaja. Nongkrong, sekolah, pulang. Namun, semuanya berubah 180° semenjak hari di mana ia datang ke acara makan malam keluarga. Kejadian masa lalu yang menimpanya, ternyata belum bisa diterima oleh...