85

126 18 0
                                    

Happy Reading!
.
.

____________________________________☆

Sekitar 2 bulan yg lalu...














"Jek, tangkep!"  Jeffri yg tadinya natap ke  pintu kini reflek  menangkap lemparan dari Juna. Itu sejenis pisau lipat yg tadi terletak di meja.

Jeka yg kini memperhatikan pisaunya itu sedikit mengernyit. "Ada serat  tali?" Gumamnya.  Ia pun menoleh ke Juna yg berdiri didepan meja, Juga ada Jeffri  dan Aming yg masih setia menyenter ke arah gantungan berbagai jenis senjata api.

Kini tatapan nya beralih ke bawah. Dia menepuk bahu Aming. "Ming, senter ke bawah coba"

"Dibawah Juna" tambahnya. Tanpa babibu, Aming pun menurut. Sedikit terkejut ketika melihat ada potongan tali disana. Juna langsung memundurkan langkahnya hingga tali itu terlihat jelas.

"Tali? Ini kayak buat ngikat bukan sih?" Aming menyaut buat Jeka langsung menabok keras lengan cowo itu hampir saja ponselnya terjatuh.

"Tali emang buat ngikat anjir"

Jeffri pun mengambil tali itu, dia mengernyit ketika melihat tali itu yg masih terikat... hanya saja tali itu terpotong.

"Fiks Una tadi disini" cetusnya sambil menatap ke mereka.  Dengan sigap Aming pun mengarah kan senternya ke semua sudut ruangan. Sebelumnya ia sempat melakukan hal yg sama, hanya saja ia tak terlalu memfokuskan itu.

Betapa terkejutnya  mereka ketika melihat tubuh seseorang yg meringkuk dipojok dekat dengan pintu. Tubuhnya menyender ke tembok dengan kepala yg menunduk lemas.

Jeffri langsung menghampiri Una.. cowo itu meraih tubuh Una yg lemas itu untuk menyandar ke lengannya. Sembari menepuk pipi Una pelan dengan menggumamkan kata bangun.

Jeka, Aming dan Juna langsung menghampiri mereka. Jeka terduduk lemas. Menatap wanita itu dengan rasa  takut  campur khawatir.  "Una harus dibawa ke rumah sakit jeff" ujarnya.

Jeffri hanya mengangguk dan  mengangkat tubuh Una untuk menggendongnya ala bridal style.

Namun terhenti  ketika  mendengar suara ringisan dari wanita itu. Una mulai sadar dari pingsannya.  Matanya mengerjap ketika melihat wajah Jeffri yg terpampang jelas dimatanya. Dengan senyumanya, Una langsung memeluk cowo itu buat Jeffri hampir saja jatuh karna posisinya masih menggendong tubuh mungil Una.

Una menangis dalam pelukannya. "Jeffri.. akhirnya lo dateng" lirihnya. Kini rasa takutnya mulai berkurang.  Ia menatap Jeffri dari bawah, pria yg mempunyai lesung pipinya itu hanya tersenyum dan air matanya mulai keluar... walaupun hanya setetes.

"Gue khawatir banget Na" gumam Jeffri yg masih menatap Una.

Saat Jeffri hendak melanglahkan kakinya.. tetiba Pintu itu terbuka hingga menimbulkan bunyi yg sangat keras. Una tentu kaget dan hendak menoleh tapi ditahan sama Jeffri.

"Jangan noleh!"  Ucapnya sambil menetap tajam wanita yg ada didepannya ini.  Una menurut, dia milih natap ke dada bidang Jeffri. 

Jeka sama Juna udah siap sama senjata mereka. Posisinya Jeffri di depan di samping belakangnta ada Juna dan jeka, Aming paling  belakang. 

Wanita itu hanya tersenyum.  Dia menatap orang ada di gendongan Jeffri. Karena emang dia tujuannya sekarang.  Tapi kalo emang  ada yg ganggu sama tujuannya. Mau tak mau dia bakal nyingkirin mereka yg nahan dia.

"Bawa Una kemari Jeffri" pinta nya dengan nada lembut. Wanita itu masih diam di posisinya.

Jelas Jeffri gak akan mau, dia semakin mundur hingga Jeka dan Juna sekarang berada dikedua sisinya.

Bestie✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang