Gebetan

59 24 164
                                    

Keluarga Ataxaria tengah melakukan sarapan pagi dengan penuh ketenangan, kecuali kakak beradik itu. Mereka saling melirik dengan tatapan penuh tanda tanya. Pasalnya, semalam Yorala pulang dengan penuh senyuman, jadi Yasada patut mencurigainya.

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu?!" sentak Yorala, ia merasa risih.

"Ngeliatin doang, apa salahnya, sih?!" protes Yasada.

"Salah! Karena tatapan lo itu mampu membangkitkan emosi jiwa."

"Salah mulu gue, di mata lo!" Yamada ngegas. "Ya udah, besok gue gue pindah ke hidung lo."

"Hih, saraf, ya, Anda!" Yorala bergidik. "Sori, hidung gue bukan tempat penampungan orang-orang jones."

"Gue sumpahin, lo putus sama Si Gizara, mampus lo!"

"Kamu udah punya pacar, Sayang?" tanya Safa ingin tahu.

"Belum, Bun." Yorala nyengir. "Lo ngomong apa, sih, Bang?!" Ia mengedip-ngedipkan mata kanannya untuk mengkodei kakaknya itu agar tidak membuka mulut.

"Bun, mata Yorala kayaknya katarak, deh, Bun." Yasada melirik adiknya dengan tatapan aneh. "Kok, kedip-kedip gitu?" Pertanyaan menyebalkan Yasada, membuat Yorala bercibir malas.

"Gimana mau punya pacar kalo gak peka-peka?!" sindir Yorala.

"Udah, udah, makan yang benar!" perintah Anton. "Hargai makanan di depan kalian."

"Baik, Yah." balas Yorala dan Yasada bersamaan.

"Lo semalem abis ngapain, pulang langsung senyum-senyum sendiri?" tanya Yasada. "Makin kayak orang gila, tau, gak?!"

"Bang, ah, kamu ini!" Safa bersuara. "Emang kamu mau punya adik gila?"

"Ya, gimana, Bun ...." Yasada mulai kikuk. "Abis anak bunda itu gesreknya kebangetan, sih, Bun."

"Anak bunda juga gak lakunya kelamaan, Bun." ejek Yorala tak mau kalah.

"Jagoan Bunda, kan, mahal. Pasti para gadis lagi memperbaiki diri biar pantes jadi pendamping abang kamu,"

"Bunda belain Abang?" Mata Yasada berbinar-binar. "Wah, harus dirayain, nih, langka soalnya."

"Jangan bikin kesel, deh, Bang!" sinis Safa.

"Ampun, Bunda." cicit laki-laki itu, ia memusatkan pandangannya pada Yorala. "Lo belum jawab pertanyaan gue, Onah!"

"Gue udah dapet inspirasi, Bang, buat cerita novel gue selanjutnya!" kata Yorala antusias.

"Bagus tuh!" puji Yasada. "Dapet inspirasi dari mana lo?"

"Ada, deh!" Yorala tersenyum jahil. "Tapi, kayaknya gue butuh aksi, deh, Bang."

"Aksi apaan? Jangan ngelakuin hal-hal yang bisa ngebangkitin hasrat, lo, ya!"

"Anjir! So udzon banget, sih, lo!" Yorala murka "Wah, curiga lo pernah, ya?"

"Apa, sih, anjir?!" ucap Yasada tidak suka. "Lo, kan, tau gue jomblo! Gue mau gitu sama siapa, hah?!"

"Akhirnya ngaku juga!" Yorala tertawa puas. "Sabar, ya, Sayang."

"Yayaya."

Gue harus cari pacar, nih, buat nyumpel mulut tuh nenek cangkul.

📓

"Heh!" panggil Yasada. Ia menyadari Yorala hendak membuka pintu mobil. "Lo gak mau salim sama gue?!"

Dia dalam Karya (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang