Yorala tengah memeluk Ragafa dengan perasaan malas. Yasada tidak bisa menjemputnya dan ia tidak ingin pulang bersama bodyguard-nya. Mau tidak mau, ia menerima tawaran Ragafa yang terbilang cukup mencurigakan. Pasalnya, laki-laki itu pernah mengatakan kalau tidak akan pernah mau pulang bersama dengannya.
Tumben ngajak balik bareng? Lo kesambet apa, sih?!
“Lo bisa, gak, sih, gak usah peluk gue mulu?!” protes Ragafa. “Geli tau, gak?!”
Heh! Lo pikir, gue seneng meluk lo kayak gini, hah?! maki Yorala dalam hati. Badan lo kurang gede! Gak enak dipeluk.
“Nggak mau!” Yorala tersenyum semringah. “Yora, ‘kan, lagi seneng karena bisa pulang bareng sama Raga.”
Ragafa berdecak malas.***
Ragafa menghentikan motornya di depan rumah Yorala. Ia melepas helm dan mengerutkan dahinya menatap rumahnya terlihat sedang dihias untuk sebuah pesta.
Ini mau ada pesta, ya?
Yorala yang ikut terkejut melihat semua hiasan itu, langsung melangkah mendekati Safa yang tengah mengatur bunga-bunga di halaman rumahnya. Ragafa, laki-laki itu mengikuti Yorala untuk menghilangkan rasa penasaran yang ada di otaknya.
“Lho, Nda?” ucap Yorala, Safa pun langsung menatapnya penuh senyuman. “Itu di rumah Tante Fidya, mau ada acara apa, Nda?”
“Acara pertunangan kamu sama Ragafa, Sayang,” balas lembut Safa.
Ragafa membulatkan matanya.
“Wahhhh!” Mata Yorala langsung berbinar. “Serius, Nda?!” pekiknya.
“Iya, Sayang,” Safa membelai rambut putrinya itu. “Seneng?”
“Seneng banget, Nda!” Yorala langsung memeluk erat bundanya itu. “Makasih, ya, Nda!”
Jantung Ragafa berpacu cepat. Ia tidak menyangka akan mendapatkan kejutan yang sangat mengejutkan seperti ini. Laki-laki itu menatap serius Safa, lalu membuka suara.
“Tan, Raga ke rumah dulu,” pamitnya, mendapat anggukan lembut dari Safa.
Melihat punggung Ragafa yang semakin jauh, Yorala pun melunturkan senyumannya. Ia menaikkan pandangan menatap sebal bundanya itu.
Duh! Bunda kenapa, sih, jadi jodohin gue beneran?! Waktu itu, ‘kan, gue gak serius. gerutu Yorala dalam hati. Apa yang harus gue bilang sama Gizara nanti?
Di sisi lain, saat memasuki rumah, Ragafa langsung celingukan mencari keberadaan Fidya. Banyaknya orang yang sedang sibuk mengatur pesta, membuatnya kesulitan mencari Fidya.
Ragafa pun berjalan cepat menaiki tangga untuk mencari Fidya di kamar. Setelah sampai di kamar, ia melihat wanita itu tengah menyiapkan baju yang akan dikenakannya, dengan wajah penuh kebahagiaan.
Mama kayaknya seneng banget dengan pertunangan ini.
“Eh, Raga?” panggil Fidya, Ragafa pun mendekat ke arahnya. “Kamu baru pulang, Sayang?”
Ragafa mendudukkan bokongnya di samping Fidya. “Iya, Ma.”
“Kamu liat ini?” Fidya menujukkan sebuah jas hitam pada Ragafa. “Kamu pasti semakin tampan setelah memakai ini, Sayang.”
Ragafa tersenyum. “Raga bakal tunangan sama Yora, Ma?”
Safa mengangguk pelan. “Nggak apa apa, ‘kan, Sayang?”
“Raga gak cinta sama Yora, Ma,” bisik Ragafa.
Safa mengelus pipi kiri laki-laki itu, lalu mengulas seringai tipis. “Kamu yakin, Sayang?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia dalam Karya (Terbit)
Fiksi RemajaAntara pura-pura dicintai dan pura-pura dibenci, manakah yang lebih menyakitkan?