Yorala dan Yasada berjalan cemas mengikuti Ragafa yang tengah didorong dua orang suster dalam bankarnya. Tangan gadis itu terus menggenggam kuat tangan Ragafa. Tangan lainnya ia gunakan untuk menutupi perut laki-laki itu yang tak henti-henti mengeluarkan darah.
Matanya kembali menjatuhkan air mata melihat Ragafa yang mulai mengerjapkan mata. “Ga … you okay …?”
Ragafa mengangguk pelan. Bibir pucatnya pun menyunggingkan senyuman. “Jangan nangis,”
Bibir Yorala naik mengecup singkat dahi laki-laki itu. “Pastin lo sembuh. Jangan bikin gue takut, Ga.”
“Iya,” Ragafa tersenyum.
Yorala dan Yasada pun menghentikan langkahnya saat suster memasukkan Ragafa ke ruang UGD. Gadis itu langsung memeluk kakaknya, lalu menangis.
“Bang … gue takut ….”
“Udah, lo tenang aja.” Yasada membelai rambut gadis itu. “Gue yakin tuh anak pasti baik-baik aja.”
“Kenapa ngelakuin itu, Bang …?”
“Dia beneran cinta sama lo, Dek.” papar Yasada. “Gue bisa liat cinta di matanya.”
Yorala menarik kepalanya dan menatap rapuh Yasada. “Gue harus gimana, Bang?”
“Berdoa aja. Setelah ini, lo harus cintai dia.” ujar yasada. “Gak tau kenapa, perasaan gue gak enak, Dek.”
“Maksud lo?”
“Dari wajahnya tadi, kayaknya rasa sakitnya bukan karena tusukan aja.”
Yorala sedikit tidak mengerti maksud Yasada. “Kalo gue cintai dia, Gizara gimana, Bang?”
“Jangan pikirin itu dan pikirin ini ….” saran Yasada. “Gizara bakal ngelakuin apa yang Ragafa lakuin, gak? Dia udah pasti rela mati buat lo, gak?”
Yorala tertegun.
“Cintai yang pasti aja, Dek. Jangan sampai lo nyesein apa pun nanti.”
Bruk!
Pak Samsul menghempaskan pria yang sudah menusuk Ragafa ke dekat kaki Yorala. Gadis itu sontak berdiri, begitupun Yasada.
“Ini dia, Non.” ucap dingin Pak Samsul. “Orang yang berniat nusuk Non!”
Yasada langsung mencekal baju pria itu. “Lo punya masalah apa, hah, sama adik gue?!”
Dug!
Yasada menonjok pria itu terpental ke tembok. Karena masih tidak puas, laki-laki itu kembali menarik baju pria itu dengan cengkraman kuat.
“Lo bayangin kalo yang mau lo tusuk itu anak lo!”
Pria itu terdiam. Wajahnya malah memerah. Yasada pun semakin geram. Ia kembali melayangkan pukulan keras, membuat pria itu tersungkur ke lantai.
“Lo punya keluarga, gak, sih?!”“Udah, Bang.” Yorala menyentuh dada Yasada untuk menenangkannya. Ia beralih menatap tajam pria itu. “Gue gak kenal sama lo! Gue gak mungkin punya masalah sama lo! Siapa yang nyuruh lo, hah?!”
Mulut pria itu terkunci.
“JAWAB GUE!” Yorala yang tak tahan, langsung menendang kursi di dekatnya.
Pria itu terus merapatkan bibirnya. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Yorala. Menjawab pertanyaan gadis itu sama saja dengan membahayakan nyawa keluarganya.
Pak Samsul yang sudah emosi pun, langsung menyarangkan tendangan ke wajah pria itu, membuatnya terbentur dtembok dengan keras. Pak Samsul berjongkok, menatap dingin pria itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/291094119-288-k945597.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia dalam Karya (Terbit)
Подростковая литератураAntara pura-pura dicintai dan pura-pura dibenci, manakah yang lebih menyakitkan?