MAAF UNTUK HATI

28 8 0
                                    

Yorala menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. Ia membuang napas, lalu menyalakan televisi di depannya. Ia sendirian di rumah. Bunda dan ayahnya pergi berkencan. Yasada, laki-laki itu langsung main setelah mengantarnya pulang.

“Huft! Sekarang Yora harus ngapain, ya?” Yora memutar matanya untuk berpikir. “Oh, iya! Yora belajar masak aja, ah, sama calon mertua!”

Yorala bangkit dan langsung berlarian ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah beberapa menit, akhirnya gadis itu keluar dengan pakaian casual-nya. Berpakaian seperti itu, ia semakin terlihat cute.

“Ragaaa!” Yorala berlarian keluar dari rumahnya. “Yora datang! Jangan marah mulu, ya, Raga!”

Sesampainya di depan pintu rumah Ragafa, Yorala langsung menekan bel. Hanya beberapa menit menunggu, pintu langsung dibuka dan terlihat Fidya yang sudah membukanya.

“Eh, Sayang ...,” Fidya menyambut penuh senyuman.

“Tante! Tante masih mau ajarin Yora masak, ‘kan?” tanya Yorala riang.

“Iya, dong, Sayang,” jawab Fidya. “Yuk, masuk!”

“Yey!” Yorala mengikuti langkah Fidya untuk memasuki rumah itu.

“Sttt,” Safa menempelkan jari telunjuk ke bibir merah mudanya.

Yorala menutup mulutnya perlahan. “Kenapa, Tan?”

“Tuh,” Fidya mengarahkan matanya pada Ragafa yang tengah tertidur lelap di sofa. “Raga lagi tidur.”

“Oh, hihi.” Yorala terkekeh pelan. “Kalo lagi tidur gitu, Raga makin ganteng, ya, Tan,” bisiknya.

“Bisa aja kamu, Sayang,” Safa mengacak pelan rambut Yorala. “Kamu duduk dulu aja, ya. Tante ke warung dulu, beli bahan-bahannya.”

“Biar Yora aja yang ke warung, Tan." usul Yorala, ia menghentikannya langkahnya di dekat Ragafa. “Yora, ‘kan, yang minta diajarin, masak Tante yang belanja.”

“Nggak apa-apa … kamu di sini aja, temenin Raga.”

“Maaf, Tan,” Yora tersenyum malu. “Jadi ngerepotin.”

“Enggak, kok. Tante seneng ada kamu di sini, rumah Tante jadi makin rame,”

Yorala mengulas senyuman senang.

“Tante pergi dulu, ya!” lanjut Safa.

“Iya, Tan.” balas Yorala. Fidya pun mengambil dompet kecil di meja dan meninggalkannya berdua bersama Ragafa.

Setelah Fidya keluar rumah, Yorala langsung duduk di dekat tubuh laki-laki itu. Ia memperhatikan lekat-lekat pahatan indah di depannya. Tanpa disadari, kedua sudut bibirnya terangkat begitu saja.

Yora sangat mencintai Raga ....

Kedua mata Ragafa bergerak tanpa terbuka. Alisnya mengerut. Tangan laki-laki itu naik, mengelus pelan perutnya. Ia berdesis lirih, menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. Keringat dingin mengucur membasahi dahinya.

Yorala memfokuskankan pandangannya pada laki-laki itu. Ia menghapus keringat di dahi Ragafa dan menempelkan telapak tangan kanannya pada punggung tangan di depannya. 
Tangan kiri Yorala menggapai rambut laki-laki itu, lalu mengelusnya. Raga pasti lelah, ya, ngadepin Yora? Maaf, ya, Raga.

Dia dalam Karya (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang