Bab 4. Wasiat

1.5K 175 3
                                    

Dalam rangka syukuran naik haji abah dan umi-nya Haikal-lurah santri komplek Al-Manshuriyyah-, ia menyuruh para santri untuk mayoran, yakni masak-masak kemudian makan bersama di atas selembar daun pisang atau nampan besar.

Cak Haikal yang tengah di kampung kemudian mengirim uang ke rekening Alvin.

"Buat bocah-bocah mayoran," ucapnya dalam telepon.

Mereka yang berjumlah lima belas orang kemudian saling membagi tugas.

Ada yang bagian belanja bahan-bahan, ada yang membuat nasi, ada yang buat sambal dan lain-lain.

Kafa baru selesai shalat dhuha sekaligus menghafal sebuah hadits Shohih Bukhori beserta matan dan sanad-nya di masjid jami'.

Hal tersebut tidaklah semudah menghafal matan atau bunyi hadis-nya saja. Kemudian Kafa menemukan teknik sendiri untuk mempermudahnya. Setelah menghafal matan, ia membagi penghafalan sanad menjadi tiga bagian.

Pertama, nama-nama perawinya. Kedua, bentuk naql (perpindahannya) seperti menggunakan kalimat hadatsana atau a'n, sami'tu, dan lain-lain. Ketiga, coba ingat-ingat dan menggabungkan antara nama perawi dan naql yang dipakainya.

Kafa nyaris tak bisa membayangkan bagaimana kecerdasan dan kerja keras seorang ahli hadits yang bisa menghafal ratusan ribu hadits beserta sanad-nya.

Itu baru hafalan matan dan sanad, belum ilmu alat lainnya mulai dari ilmu mustholahul hadits, takhrij dan dirasah sanad, jarh wa ta'dil, ilmu thuruq fahmil hadits, nahwu shorof dan masih banyak lagi.

Tapi, karena pemuda itu sudah niat sejak awal menjadikan perjuangan tersebut sebagai bentuk mahabbah kepada Rasulullah saw, maka ia tak pernah merasa terbebani sedikit pun.

Bukankah cinta membuat kita tunduk pada Sang kekasih? Semua yang mendatangkan marahnya adalah yang kita benci, dan semua yang mendatangkan senyumnya adalah yang kita sukai.

Kafa teringat sebuah sya'ir dari qasidah berjudul alfa sholaloh. Bunyinya.

رب أنزلنا بفردوس معه ، مالنا إلا لحب من غرام

Tuhan, tempatkan kami di surga firdaus bersamanya (Rasulullah saw), kami tak memiliki (bekal) apapun kecuali cinta yang menggelora

Kafa kini berjalan santai. Tiba di asrama, ia langsung disuruh ke dapur belakang pondok untuk masak nasi, karena Kafa terkenal dengan spesialis nasi pulen-nya.

Cekrek.

Kafa menoleh.

"Foto dulu Kaf, buat dokumentasi," seru Reza yang baru selesai memotret dengan hp-nya.

"Welah, ono dokumentasinya segala."

"Buat laporan ke Cak Haikal." Reza terkekeh pelan."Nih lihat." Ia kemudian menunjukan hasil fotonya itu kepada Kafa yang hanya dibalas gelengan kepala.

Idham yang baru pulang belanja bahan-bahan sambal langsung berseru ketika melihat Kafa berada di dapur.

"Syaikhona al mukarrom al musnid Kafa kok disuruh masak nasi. Ngawur koe, Za! beliau itu tugasnya mimpin doa nanti."

NING, Dan Sebuah Kisah Dalam Hening Where stories live. Discover now