Kafa, Idham, Gusti, dan Oza sedang berkumpul di aula, membentuk sebuah lingkaran kecil.
Mereka, iseng-iseng sedang melakukan sebuah games.
A-B-C-D lima dasar tapi pakai bait alfiyyah.Hukuman bagi yang kalah yakni harus minum jamu pahitan brotowali yang sengaja dibeli Gusti di bakul jamu depan pesantren.
"K!" tukas Gusti.
"Kalamuna lafdzun mufidun kastaqim," seru Idham menyebut bait-bait awal.
Kafa cepat-cepat menimpali. "Kassyabahil wadh'iyi fismaji'tana."
Oza dan Gusti mulai panik karena kecolongan dua bait-bait awal bab.
Mereka sudah saling tatap dengan tawa tertahan di tenggorokan.
Sejurus kemudian, setelah berfikir, Oza berseru cepat. "Kadza idzal fi'lu talaa maa lam yarid."
"Aaaah, tidaaak!" pekik Gusti.
"Rasakno kowe, Gus!"
Sontak saja mereka tertawa menarik sarung Gusti yang hendak pura-pura kabur dari aula.
"Woi, Ojo kabur!"
Mau tak mau, akhirnya Gusti terpaksa meminum jamu pahit itu, sedetik kemudian, ia sudah lari terbirit-birit ke kamar mandi mau muntah. Teman-temannya di dalam, sudah puas tertawa.
Sudah pukul sepuluh malam, mereka baru saja selesai ngaji kitab bandongan. Di luar, masih terdengar suara lantunan sima'an Al-Qur'an dari pengeras masjid. Kegiatan sima'an rutin anak-anak huffadhz 1.
Para santri Al-Manshuriyyah itu kemudian saling mengobrol sambil rebahan di karpet aula yang nyaman. Beberapa santri bahkan lebih memilih tidur di aula karena ada kipas anginnya, jadi tidak gerah.
Tak lama terdengar suara derap kaki di tangga. Reza mencuat sambil sibuk memegang ponselnya.
"Kaf?"
Kafa menoleh.
"Ada yang nanyain sampeyan."
Kafa melipat keningnya, Idham dan dua santri lain yang sedang asyik mengobrol jadi ikut kepo.
"Nanyain aku? Siapa?" tanya Kafa.
"Naora."
Seketika saja para santri dibuat kaget, mereka saling pandang satu sama lain. Kafa lebih kaget lagi, memastikan."Naora siapa?"
"Itu, loh, Kaf, santriwati Sayyida al-hurra yang nyambut kita di gerbang."
"Hayoh, loh, Kaf, jangan-jangan dia naksir sama sampeyan." Idham menimpali sambil cengengesan.
Kafa hanya menggeleng dengan helaan napas pelan. Lalu kembali bertanya ke Reza. "Nanya gimana, Za?"
"Nanyain nama sampeyan, sama prodi di kampus."
YOU ARE READING
NING, Dan Sebuah Kisah Dalam Hening
General Fiction(ON GOING) "Ning, rasa cinta adalah hal yang ghaib, jika gak mempercayainya berarti sampeyan gak memiliki iman," ucap Tsania. "Aku percaya.Tapi, bukankah iman lebih baik tetap di hati? Benamkan di tempat terdalam hingga ia menjelma akar-akar yang me...