18

6.5K 594 235
                                    

Jangan lupa VOTE n KOMEN**

Happy Reading^^

__________________

my life is like an endless tragedy

~Elvano Edzard~




"B-bunda?!" sial. Suaranya terasa tercekat. Ia tak sanggup. Ini terlalu sakit.

_______________________

Tak sengaja matanya melirik ke arah gundukan tanah yang berada di samping sang bunda, disana. Di batu nisan tertulis Alano Azhard Riandra, nama kembaranya.

Lagi, hatinya terasa semakin diremat oleh sesuatu yang tak kasat mata. Ia memang membenci Alan tapi melihat gundukan tanah itu membuat dia sesak. Bagaimana pun juga Alan adalah kembaranya, sebenci apapun ia, tetap saja ada rasa sayang yang terselip di hati kecilnya.

Vano meremas dadanya kala rasa sesak yang tak lagi terbendung, membuat baju yang ia kenakan menjadi kusut.

Seolah hilang akal Vano berusaha menggali kembali gundukan tanah yang menutupi tubuh bundanya dengan tanganya.

"A-abang ayah cepet bantu El. Kenapa kalian diem aja! liat. bunda pasti ketakutan di dalem, b-bunda pasti--" ujar Vano dengan suara bergetar.

"Nak tenang. El harus ikhlas jangan kayak gini . Bunda pasti sedih liatnya" ujar Riandra memotong ucapan Vano sambil memegang tangan Vano agar berhenti mengorek ngorek tanah. Ia tak menyangka reaksi Vano akan seperti ini.

Ia lemah jika melihat putra bungsunya seperti ini. Ia selalu merasa gagal menjadi seorang ayah. Hatinya sakit terasa ditusuk ribuan pisau kala melihat Vano kacau seperti ini.

Sedangkan Damian memalingkan wajahnya ke arah lain, ia tak sanggup melihat adiknya seperti ini, sesekali ia mendongakan kepalanya ke atas untuk menghalang air mata yang akan jatuh.

Vano menggeleng, air matanya sudah mulai berjatuhan "B-bunda yah, hiks El pengen ketemu bunda. I-ini kita lagi ngapain disini. Ini juga kenapa ada nama Alan disini" ujar nya sambil menunjuk batu nisan Alan. Vano sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Pikirannya kacau, ia belum bisa menerima semuanya. Ia merasa tertekan sendiri dengan keadaan sekarang.

Vano memberontak berusaha melepas cekalan Riandra, ia menarik rambutnya tak kuasa menahan sesuatu yang ada di hatinya.
Kejadian kejadian masalalu yang tiba tiba terlintas dipikirannya membuat ia semakin resah. Vano memukul mukul kepalanya kala Bayang bayang masalalu itu semakin jelas diingatanya.

Kejadian disaat bundanya tertabrak, disaat dirinya di tinggalkan di panti, saat dirinya di ejek intinya semua masalalu nya terlintas kembali di ingatanya. Sungguh ini sangat mengerikan!

Hidupnya seperti sebuah tragedi tanpa akhir. Ia lelah seperti ini terus, ia hanya ingin hidup tenang tanpa diikuti oleh bayang bayang masalalu. Ia ingin hidup seperti remaja lainya. hidup tanpa beban, merasakan galau karna cinta. Ia ingin merasakannya.

Sedangkan Riandra dan Damian yang melihat Vano semakin tak terkendali pun panik.

"Dek tenang. Jangan kayak gini pliss, hiks ayah" ujar Damian yang sudah tak kuasa menahan isakan. Ia takut melihat adiknya seperti ini.

Me and the wound : Elvano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang