22

5.9K 492 9
                                    

Jangan lupa Vote n komen

Happy Reading^^

______________________________

like trash that is thrown away and then picked up again

~Elvano Edzard~


"N-nico" ucap Vano kaget.

"Astagaaa... El, Lo kenapa. Lo sakit? Kenapa gak ngabarin kita" cerocos Leon khawatir saat melihat keadaan Vano.

Vano bingung harus menjawab apa, ia terlalu terkejut melihat kedatangan mereka secara tiba tiba. Ternyata  ucapan abangnya Damian, waktu itu tidak lah bohong. Ia kira Damian hanya berpura pura.

"Kalian kesini ngapain?" Tanya Vano tanpa menjawab pertanyaan Leon.

"Jangan ngalihin pembicaraan El. Kita kesini emang niatnya mau jenguk Lo, sekalian jenguk adeknya si Leon" jelas Nico.

"Emang Abang Lo gak ngasih tau kalo kita mau kesini?" Lanjutnya

Vano menggaruk leher belakang nya. Ia si, abangnya memberitahu tapi dianya saja yang tidak percaya.

"Adek Lo kenapa Yon" tanya Vano.

"Kecelakaan dia, tapi gak parah banget kok" jawab Leon.

"Oh, syukur deh kalo gak par--"

"Tuan muda, lebih baik kita duduk terlebih dahulu. Biar saya bisa obati tangan anda" potong Sean.

Vano langsung menoleh kearah Sean yang ada disampingnya begitupun Nico dan Leon.

"Dilepas aja ya Sean. Udah terlanjur berdarah gini. Sakit tau, Lo tega mau nusuk tangan gue lagi pake jarum?!" Jawab Vano dengan wajah melas.

Sean yang sibuk membersihkan darah ditangan Vano pun langsung menghentikannya. Ia menatap Vano. Ia jadi kasian melihat Vano yang melas seperti itu.

"Lepas aja ya Sean plisss. Shhhttt huh huh perih" ucap Vano lagi saat melihat Sean yang diam saja sesekali ia pura pura meringis dan meniup niup tanganya.

"Iya in ajalah om, kasian El. Gak liat tangannya si El sampe robek gitu. Masa mau ditusuk lagi" bela Leon dan dibalas anggukan oleh Nico. Ia tidak tega melihat kondisi Vano. Tangan yang kiri di perban Ntah karena apa. Lalu tangan kanannya yang di infus. Ia sendiri yang melihatnya ngeri.

Vano tersenyum saat Leon dan Nico  membelanya. Duo Curut ini emang paling pengertian pikirnya sambil cekikikan dalam hati. Padahal luka ditangannya tidak sakit. Menurutnya luka segini tidak ada apa apanya dibandingkan luka dihatinya.

Malahan dia sangat suka jika ada luka ditubuhnya apalagi rasa perih yang menjalar membuatnya tenang. Rasa sakit hatinya teralihkan oleh rasa perih yang ada ditubuhnya, jika terluka. So, dia benar-benar sudah gila sepertinya.

Sean menghelanafas panjang, kalo sudah begini ya sudah. satu lawan tiga?! Ya tentu saja dia kalah.

"Baiklah. Kita lepas" ujar Sean sambil melepas infusan yang anda ditangan Vano dengan pelan-pelan agar tuan mudanya tidak merasa kesakitan.

Me and the wound : Elvano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang