20

6.5K 602 35
                                    

Jangan lupa VOMENT

Happy Reading^^

________________________

Bagaimana aku bisa bertahan disaat hati dan pikiran tak lagi sependapat?!

~Elvano Edzard~


Jam sudah menunjukan pukul 5 sore, ia melirik kearah kamar mandi. Ntah sedang apa abangnya itu disana. Sudah hampir setengah jam Damian tidak keluar dari kamar mandi. Apakah dia tertidur??! Pikirnya.

Tanpa memperdulikan itu Vano mengangkat bahunya acuh. Ia menatap ke arah jendela. Seketika matanya langsung berbinar kagum kala melihat senja di langit sana. Ya. Vano penyuka senja, menurutnya senja itu menenangkan meskipun hanya sementara.

Dengan cepat Vano turun dari ranjangnya. Karena terlalu tiba tiba kepala Vano merasa pening dan semuanya terasa berputar. Ia pun memegang kepala nya sambil memejamkan mata untuk menghilangkan rasa pening yang melanda.

"Shhhttt" ringisnya.

Vano mulai membuka matanya pelan pelan. Ia pun tersenyum setelah tak merasakan pening lagi. Vano mendekat kearah jendela, ia menatap senja yang sangat cantik menurutnya, ia juga melihat kebawah. Disana banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang.

"Kalo gue loncat dari sini, gue mati gak ya??!" Gumamnya.

Cklek

Suara pintu terbuka "kamu ngapain disana? Bukanya istirahat" ujar orang yang baru saja memasuki ruangan sang adik.

Vano langsung menoleh ke arah asal suara, disana ia melihat Abang pertamanya. Erlan! Ck. Ngapain si dia kesini?! Gerutu Vano dalam hati.

Erlan yang melihat adiknya bungkam pun. Menghelanafas panjang mencoba bersabar "Dimana Damian ?!" Tanyanya sambil mendekat kearah sang adik.

"Mandi" jawab Vano dengan singkat.

Erlan pun mengangguk

"Eh, bang udah sampe??udah dari tadi apa?" Tanya Damian yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Erlan dan Vano menoleh kearah Damian "gak. barusan" jawab Erlan.

Damian pun mengangguk. Keningnya mengernyit heran " Dek ngapain disana?? Kamu masih demam, sini tiduran bentar lagi ayah pulang" perintah Damian.

Vano menggeleng kan kepala nya, lalu kembali memalingkan wajahnya untuk melihat senja. Tanganya menyentuh jendela tanpa memperdulikan Abang abangnya, ia memainkan jari jarinya untuk menulis sesuatu di jendela itu dengan abstrak. Ntah apa yang Vano tulis, Vano sendiripun tidak tau. Ia hanya gabut. Ia ingin keluar ia bosan.

Erlan dan Damian saling pandang kala melihat kelakuan adiknya yang aneh menurut mereka. Damian mengedikkan bahunya pertanda ia tak tau.

Erlan menghelanafas pelan, tanganya langusung memegang tangan Vano untuk menghentikan kegiatan anak itu. Ia menyeret Vano untuk istirahat. Tadi sebelum kesini mamanya menelpon kalau Vano belum makan. Anak itu dari tadi siang tidak ingin memakan apapun. Mira menyuruhnya untuk membujuk Vano untuk makan, agar perutnya tidak kosong.

Me and the wound : Elvano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang