LDR (soon)

370 35 2
                                    


"Assalamualaikum mba"

"Waalaikumsallam Ia, gimana kamu udah dapet chat dari bapak?" Tanya mba Risna di ujung telepon, pagi hari dan Rania harus berkutat dengan permasalahan yang selama ini memenuhi isi kepalanya

"Udah"

"Terus?"

"Ia belum tahu bisa ketemu atau ngga mba, tapi ibu terus maksa Ia "

"Yaudah coba ketemu dulu, kasian ibu sama bapak udah ngeiyain mereka. Kenalan aja dulu dek, kalau nggak cocok ya berteman aja ya hitung-hitung nyenengin bapak sama ibu "

"Tapi mba, Ia tuh bukan yang ngebet banget nikah. Ia seneng kok sama hidup Ia lagian kenapa si segala jodoh-jodohiin Ia kayak begini, cuma perkara bapak sama ibu ketemu temen lama di restoran terus punya ide ngenalin anak mereka, menurut mba Risna masuk akal ngga kayak gitu?"

"yawis tho dek, kenalan aja dulu dicoba dulu. Bapak sama ibu juga nggak mungkin lah sembarangan milih cowok buat dikenalin ke kamu. Buktinya Mba Risna sama mas Bimo cocok sampai menikah sekarang anak udah mau 3 aja, sekalian kamu nemenin mba lahiran, mba mau lahiran di Yogya"

"Iya gimana nggak cocok? Mas Bimo sama Mbak Risna kan temen dari jaman bayi udah pasti kalian saling kenal, satu sekolah pula tanpa dijodohinpun aku yakin kalian udah naksir duluan. Lha kalo aku beda mba Risna"

"Udah ya, pulang aja lagian desember kan ada libur tahun baru. apa kamu nggak kangen bapak ibu? nggak kangen mbak sama keponakanmu ini?"

"Ya kangen, tapi beda ceritanya kalo Ia harus pulang gara-gara dijodohin"

"Enggak, kamu nih suudzon aja, ini cuma kenalan aja! kalo nggak cocok ya nggakpapa"

"Bener ya mba Risna, aku ndak mau sampe kaya tahun lalu ibu tiba tiba mau jodohin aku sama anak koleganya bapak, mana mereka udah dateng bawa seserahan kan aku jadi ndak enak, urusannya jadi panjang kenalan aja belom"

"Iya iya itukan gara gara salah paham. Ibu juga udah kapok kok, ibu juga udah paham banget kalo anak bontotnya ini susah diatur" sahut Mba Risna

"Kaya mba Risna ndak gitu aja! Lagian kenapa sih mba, ibu ngotot banget Ia harus cepet nikah?"

"Ya ibu sama bapak khawatir kamu di Jakarta sendirian, ndak ada yang nemenin kalau punya suami kan tenang ada yang jagain. Lagian kamu disuruh di Yogya, nerusin bisnis bapak, dibukain tempat praktek malah nolak"

"Yakan Ia pengen mandiri mba, lagian Ia masih bantu-bantu juga kalau ada client di Jakarta biasanya juga Ia yang nemuin disela-sela praktek" sahut Rania beralasan, karena menjadi putri seorang pengusaha tekstil dan batik terbesar di Yogyakarta membuat Rania juga harus belajar tentang perusahan milik ayahnya itu.

"Yaudah pokoknya bulan Desember harus pulang ya, dicoba dulu kecuali kamu udah punya jodoh dan bawa ke ibu sama bapak"

Apa Rania harus menceritakan soal Kevin ke kakaknya? tapi bukankah rasanya hal ini terlalu cepat belum lagi keraguan Rania yang sangat besar terhadap hubungan yang dijalaninya ini, bukan meragukan Kevin, tetapi meragukan keadaan yang kini membelenggunya.

"dek? mau ya?"

"Iya nanti Ia pikirin lagi, aduh Ia udah telat kerja nih mba, Ia pamit yaa salam buat crucil. Assalamualaikum"

Sambungan telepon terputus, sudah pasti mba Risna sangat kesal dengan perilaku adik satu-satunya ini.

Begitulah Rania si keras kepala yang bahkan sangat sulit di tembus oleh keluarganya sendiri, tapi memikirkan permintaan ayahnya rasanya sangat sulit untuk menolaknya, karena kedekatan mereka yang sangat dekat bahkan dibandingkan Mba Risna, Rania lebih sering menghabiskan waktu dengan ayahnya untuk sekedar menemani sang ayah bermain golf atau memancing bahkan sesekali Rania mengantar ayahnya potong rambut. 

Sisa Rasa - Kevin Sanjaya STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang