Keputusan Gila

437 33 1
                                    


Sejauh mana kaki melangkah, berpura-pura adalah jalan yang salah.

-Rania-


"Aku mau kamu, Ran"

Rania terkejut mendengar kalimat Kevin, Ia hanya menatap nanar Kevin, berusaha meraba-raba apakah Kevin sungguh sungguh akan ucapanya, namun seperapapun keras menggali, Rania hanya melihat ketulusan disana.

"Ran, aku mau kamu selalu ada sama aku", ucap Kevin lembut

Rania menggeleng kasar, "Tapi kita nggak bisa sama sama Vin"

"Kita belum coba Ran" sahut Kevin cepat

"Apa yang kamu mau coba Vin? Apa? Kita nggak akan bisa sama sama, kita beda Vin. Kebersamaan kita cuma semu, akhirnya kita nggak mungkin bisa bareng Vin, jarak kita terlalu jauh. Gimana nanti sama keluarga kamu dan semuanya" Kata Rania yang terisak

"Hei, hubungan ini kita yang jalanin Rania. I do really love you Rania, aku tahu ini terlalu cepat tapi aku sendiri nggak bisa jauh dari kamu. Apa kamu nggak sayang sama aku Rania? apa nggak ada rasa sedikitpun buat aku?" Jawab Kevin lembut sambil mengusap buliran air bening yang bergantian membasahi pipi gadisnya itu

Rania mencoba mengatur nafasnya yang memburu, berusaha meredakan emosi dan kesedihannya berusaha menyeka air mata yang lolos dari pelupuk matanya, 

"Vin, aku nggak mau ambil kamu dari Tuhan kamu, aku juga nggak mau kamu jadi anak yang nantinya dibenci keluarga kamu hanya karena ini. Aku sayang sama kamu, Vin. Karena aku sayang, aku nggak mau kamu ada dalam kondisi kayak itu.  Tapi disisi lain, aku nggak bisa mengorbankan keyakinanku buat bersama kamu, aku harap kamu ngerti"

"Rania, aku nggak tahu apa maksud Tuhan kita jadi kayak gini sekarang. Kamu boleh bilang aku gila, tapi aku mau kamu kasih aku kesempatan buat bahagiain kamu dan jadiin kamu jadi bagian dari hidupku walaupun cuma sebentar" 

Rania terdiam mendengar pernyataan Kevin, "Maksud kamu apa Vin?"

"Aku tahu, mungkin ini salah. Tapi aku mohon kasih aku waktu untuk buat kenangan indah sama kamu. Aku janji kenangan itu cukup buat aku simpan seumur hidup aku" Kevin terdiam sejenak, Rania masih mematung mencerna setiap kalimat Kevin

Kevin menatap lekat-lekat Rania kemudian berkata, "3 bulan Rania, setelah itu terserah kamu. aku akan menghargai keputusan kamu. tapi izinin aku buat ada disisi kamu 3 bulan ini" 

Katakanlah Rania memang gila, seolah menaiki kapal yang akan karam, Rania mengangguk mengiyakan ajakan Kevin. Kevin merengkuh Rania mengarahkannya pada pelukanya, sangat melegakan kini gadis ini sungguh sungguh ada bersamanya, namun disisi lain ada luka yang menunggu ketika nanti mereka harus dipaksa untuk rela.

Bersamamu mengukir luka, namun tidak bersamamu jauh lebih menyiksa. Mungkn itu kalimat yang bisa menggambarkan kedua manusia yang terpaksa tidak bersama padahal sungguh saling mencinta. Cinta adalah karunia dari sang Maha Kuasa, tapi mengapa Sang Kuasa harus memisahkan kedua anak manusia yang saling mencinta?

"Hei udah jangan nangis lagi, sayang. Pacarnya Kevin Sanjaya nggak boleh nangis, jelek tau idungnya merah gitu" Ucap Kevin lirih sambil meregangkan pelukan mereka dan menghapus air mata di pipi Rania

Rania hanya tersenyum tipis melihat pria dihadapanya yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya itu.

"Nah gitu, cantik. Yaudah ngemall terus ikut aku ke vinion yuk, mumpung aku cuma setengah hari latihannya" Ajak Kevin, iyap sedari tadi mobil mereka terparkir di basement salah satu pusat perbelanjaan ibu kota.

Sisa Rasa - Kevin Sanjaya STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang