Begitu Pentingnya

459 30 0
                                    

Seperti biasanya dipagi hari Juna akan selalu bangun pagi untuk pergi ke taman hanya untuk menemui Raya, dan tak lupa dengan Edo yang selalu menemaninya dari kejauhan.

"Kenapa Raya tidak ada ya, sudah dari tadi saya cari dia tapi dia belum nongol juga" Ucap Juna yang merasa gelisah karena Raya sampai sekarang belum menampakkan dirinya.

Edo yang melihat Juna merasa gelisah langsung menghampiri Juna dan menanyakan bahwa sekarang sudah pukul 8 dan dia yakin Raya tidak akan datang hari ini karena dia sudah sangat terlambat.

Dengan perlahan iya memberi tau Juna. "Jun kayaknya Raya tidak ada hari ini, lebih baik kita pulang ini juga sudah terlalu siang buat dia untuk berlari" Ucap Edo dengan wajah ketakutan.

"Hmm" Menjawab dengan merasa kesal dan jengkel.

"Edo kita ke tempat kerjaannya saja, pasti dia ada disana" Ucap Juna dengan cepat.

"Baiklah" Dengan cepat akhirnya mereka menuju ke Swalayan untuk melihat apa raya ada disana atau tidak.

Setelah sampai di depan swalayan Juna langsung menunggu Raya tetapi Raya tetap tidak ada malahan sudah dari tadi mereka menunggu, dan disaat menunggu salah satu karyawan yang ditanya hanya mengatakan kalau Raya belum datang sampai detik ini

Dengan wajah kesal akhirnya Juna menyuruh Edo untuk segera kembali ke rumah. Setelah sampai Juna langsung masuk ke kamar nya tanpa bantuan pelayan sama sekali.

Nyonya Amara yang merasa aneh langsung menanyakan kenapa Juna seperti itu.

"Edo ada apa dengan Juna" ucap nyonya Amara

"Maaf Nyonya, Juna tengah merasa kecewa soalnya Raya tidak datang ditaman" Jawab Edo

"Memangnya dia janjian untuk bertemu"

"Tidak Nyonya malah Raya memang selalu pergi ke taman tersebut untuk olahraga"

"Hmm pantesan, kayaknya kalau dilihat Juna makin suka dengan gadis itu deh"

"Iya nyonya saya juga merasakan seperti itu tapi nyonya Taukan sikap Juna sekarang"

"Hmm iya Edo, semoga aja dia tidak melakukan yang aneh-aneh ya"

Tak lama mereka berdua berbincang, Juna yang langsung menuju kamarnya tanpa mengatakan apapun. Juna langsung menatap dirinya, dan seperti biasanya kesedihan itu kembali lagi "Bagaimana dia mau mencintai ku, aku saja laki-laki yang tidak berguna kenapa haa.. kenapa harus saya" Ucap Juna dengan perasaan penuh kesedihan.
Juna yang merasa sangat kesal langsung melempar sebuah gelas yang ada di nakas, alhasil gelas itu sekejap hancur.

Braakkk...

Edo dan Nyonya Amara yang mendengar suara tersebut langsung bergerak cepat untuk menghampiri Juna.

"Juna buka pintunya, buka pintunya Juna" ucap Edo dengan keras sedangkan Nyonya Amara hanya bisa sedih melihat putra kesayangannya seperti ini, begitu pun dengan Edo yang berharap tidak terjadi apa-apa didalam sana, Juna hanya mendengar semua orang diluar kamar. Juna yang melihat pecahan kaca dilantai, ia pun mengambil pecahan kaca tersebut kemudian menggoreskan kaca tersebut ke tangan tepat dekat dengan denyut nadinya.

Edo yang semakin lama makin khawatir sebab Juna tidak mengatakan apapun didalam kamar nya, dengan terpaksa Edo dengan sekuat tenaga mendobrak pintu kamar Juna, alhasil pintu tersebut seketika hancur, Edo dan nyonya Amara melihat Juna yang sudah terbaring dilantai dengan tangan berdarah seketika histeris, Nyonya Amara hanya bisa menangis sejadi-jadinya melihat putranya seperti ini.

Edo yang melihat ini langsung memanggil Dokter Bimo ke rumah mereka. Selang beberapa jam akhirnya Dokter Bimo sampai dan langsung bergegas menuju kamar Juna untuk memeriksa keadaan Juna.

Salahkah Pria Lumpuh Mencintai Wanita SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang