004

180 43 0
                                    

Setelah pertemuan saat itu keduanya tidak pernah bertemu lagi. Sekarang sudah satu Minggu lamanya sejak hari itu. Kini Axel dan teman-temannya berencana untuk mencari tahu kebenaran di balik Axel dan orang tua kandungnya. Laki-laki itu sudah bercerita pada ketiga temannya tentang dirinya yang bukan anak kandung Rendra dan juga Astria.

Hari ini di rumah tidak ada orang, hanya ada Axel. Kedua orang tua Axel saat ini tengah pergi ke desa tempat mereka tinggal dahulu. Mereka ke sana ingin menengok orang tua mereka yang sedang sakit keras.

"Ayo-ayo masuk" ucap Axel saat teman-temannya baru saja datang.

Mereka bertiga terkejut saat melihat keadaan Axel. Tangan dan kaki Axel memiliki banyak luka lebam dan juga memar. Mereka tidak menyangka orang tua Axel sekejam itu padanya. Padahal jika dilihat-lihat Axel selalu tertawa tanpa memperlihatkan sedikitpun rasa sakitnya.

"Langsung aja Xel" Ujar Arga,

Axel mengangguk lalu memberikan kunci setiap kamar di rumahnya kepada tiga temannya. "Arga, lu di bagian kamar kosong belakang ya. Danu lu di kamar sebelah kamar gw. Farrel lu di kamar sebelah kamar orang tua gw. Gw di kamar orang tua gw" jelas Axel, membagi tugas pada ketiga temannya. Mereka berempat langsung pergi ke tujuan mereka masing-masing.

Axel masuk ke kamar kedua orang tuanya. Laki-laki ini mulai mencari petunjuk tentang orang tua kandungnya. Kedua maniknya menelusuri setiap sudut di ruangan itu. Sorot netranya terhenti pada lemari di sudut ruangan. Tanpa berpikir panjang laki-laki itu berjalan ke arah lemari. Saat Axel membuka lemari yang ada di kamar itu kedua matanya membulat. Banyak sekali uang yang ada di sana. Hal itu membuat Axel semakin penasaran akan siapa sebenarnya orang tua yang merawatnya ini.

Axel menarik laci dalam lemari itu, benda yang ia sedang cari-cari ternyata  berada di sana. Laki-laki ini segera mengambil dokumen itu. Ketika di buka ia menemukan akta kelahiran dan beberapa catatan lainnya.

"Temen-temen dokumennya ketemu" teriak Axel.

Dengan segera jemarinya bergerak membuka setiap lembaran dalam dokumen itu, lalu membaca dengan seksama setiap kata yang tercantumkan di dalamnya. Ketiga temannya datang mereka langsung memposisikan diri duduk di sebelah Axel. Mereka berempat membaca bersama-sama.

Axel terpelonjak saat menemukan fakta bahwa dirinya merupakan putra mahkota dari kerajaan sihir yang di titipkan di dunia manusia agar selamat dari terkaman penyihir jahat. Tak hanya Axel, ketiga temannya pun terkejut. Mereka bahkan membaca ulang kalimat yang tertera di sana.

"Impresif"

Axel berdiri lalu menatap pantulan dirinya di cermin yang berada di kamar itu. Sesekali laki-laki ini tersenyum sambil meneliti penampilannya dari atas hingga bawah. 'tampan' batinnya saat melihat wajah proporsionalnya.

"Disini yang goblok siapa sih?" Tanya Arga,

"Heh curut, tulisan ini beneran. Liat baik-baik. Mata lu deh, Tuhan udah kasih bagus mata lu dua masih aja ngga percaya apa yang diliat padahal lu liat sendiri" celoteh Axel,

Danu berjalan ke arah lemari di sudut ruangan. Ia membuka pintu lemari yang belum terbuka. Ketika ia membukanya kedua matanya di buat membulat ketika melihat sebuah peti kecil. Pikirnya itu adalah sebuah harta Karun atau sejenisnya.

"Guys Nemu nih" ucapnya,

Axel dan yang lainnya sontak menoleh ke arah Danu. Mereka bergegas mendekati laki-laki itu. Alis Axel bertautan, ia tidak mengerti benda apa yang di lihatnya ini. Mungkinkah benda itu ada hubungannya dengan kebenaran mengenai dirinya?

"Gw Nemu kunci ini di kamar sebelah" ucap Farrel,

Axel langsung mengambil kunci itu dan berusaha membuka peti kecil di hadapannya. Adegan ini bagi Axel sudah seperti adegan yang ada difilm-film fantasi. Gembok kecil itu berhasil terbuka, dengan segera tangan Axel menyingkirkan gembok berwarna perak itu.

Laki-laki ini mengambil sebuah liontin dan juga gulungan kertas yang ada di sana. Saat ia membukanya dahinya sedikit berkerut. Kertas ini adalah sebuah peta yang menunjukan titik koordinat portal menuju dunia sihir.

"Gw harus cari tau dimana dunia sihir ini" ucap Axel, Ketiga temannya tidak mengerti apa maksudnya.

Axel membereskan kembali kekacauan yang di buatnya. Ketiga temannya itu juga membantu Axel membereskan kamar itu agar terlihat seperti semula. Namun tiba-tiba Axel berpikir untuk melarikan diri dan mencari keberadaan dunia sihir, dari pada ia harus berada di rumah dan menerima siksaan dari kedua orang tua angkatnya.

"Gw besok mau cari tau keberadaan dunia sihir" ucap Axel, Ketiga temannya saling melempar pandangan.

"Kalo gitu gw ikut" ucap Arga,

"Gw juga ikut" lanjut Danu dan Farrel.

Axel menganggukan kepalanya. Ia merasa beruntung teman-temannya ini bersikap baik padanya. "Oke, kalian pulang dulu gih. Besok kita kumpul lagi untuk persiapan" titah Axel,

Ketiga temannya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Mereka bergegas pulang ke rumah setelah merapikan kekacauan yang mereka buat.

###

Axel berdiri di atas jembatan, laki-laki ini berencana menguji kekuatan sihirnya. Perlahan ia naik ke pinggir jembatan, ia berniat melakukannya seperti yang ia lihat difilm-film. Laki-laki ini mengayunkan tangannya ke depan seolah sedang mengeluarkan sesuatu dari telapak tangannya.

"Eh loh"

Laki-laki ini kebingungan. Kenapa tidak ada apapun yang keluar dari telapak tangannya? Saat Axel mencoba lagi laki-laki ini malah bersin bukannya mengeluarkan kekuatan sihir.

Aluna berjalan sambil menatap ke sekelilingnya. Kedua maniknya membulat saat melihat Axel berada di atas jembatan. Gadis ini segera berlari ke arah Axel.

"Jangan...." Teriaknya,

Axel menyeritkan dahinya tak mengerti. Laki-laki ini menoleh, ia tersenyum saat menyadari kehadiran gadis yang sudah ia tunggu-tunggu kedatangannya sejak kemarin. Ini bukan hal yang ia rencanakan. Apakah mungkin kekuatan sihirnya adalah mendatangkan gadis yang ia rindukan? Tapi itu terdengar konyol dan tidak mungkin. Namun mengetahui ia adalah keturunan penyihir juga terdengar konyol dan tidak mungkin.

NiscalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang