019 - A

99 18 17
                                    

Selama beberapa hari belakangan ini Aluna tidak di beri makanan oleh orang yang mengurungnya di ruangan ini. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah. Ia hanya bersandar pada dinding ruangan. Bajunya bahkan masih sama dengan baju yang terakhir kali ia gunakan saat bersama Axel. Entah sudah berapa hari sejak kepergiannya ini, belum ada seorang pun yang dapat menemukannya.

###

"Yang Mulia ingin bertemu denganmu Raja"

Axel mengangguk, sampai saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa Axel menaruh kecurigaan terhadap Ibunya sendiri. Tetapi bila memang bukan Ellisha pelakunya, hal itu tidak membuat Axel terkejut. Sejak Axel datang ke kerajaan ini, Ellisha terlihat bersikap baik kepada semua orang. Terlebih dia adalah putri sulung dari mendiang Raja Dominic.

"Mari Yang Mulia Raja" Teth mempersilahkan Axel jalan terlebih dahulu di depan.

Ketukan sepatu Axel berdentum bersautan dengan sepatu milik Teth dan empat pengawal pribadinya. Axel kembali melihat sebuah cahaya berwarna biru dari celah ubin marmer yang ia pijaki. Sudah ke lima kalinya ia menemukan hal ini, bukankah sudah sepantasnya ia curiga? Menduduki posisi sebagai Raja di kerajaan Ancalayaksa, tentu saja Axel memiliki hak untuk menyelidiki hal janggal yang terjadi di kerajaannya. Namun, entah kenapa ia tidak mau membeberkan perihal cahaya biru itu pada anggota kerajaan.

Axel mulai menerka-nerka, ia menajamkan indera pendengarannya disepanjang koridor kastil menuju ruangan pribadi Ellisha. Axel merasakan hal yang aneh. Ia hanya dapat mendengar suara gemercik air dan juga suara bebatuan yang jatuh. Jikalau memang ada sesuatu di bawah koridor ini, bukankah seharusnya tidak hanya suara gemercik air yang terdengar oleh Axel?

"Salam teruntuk mu Yang Mulia"

Axel yang fokus pada indera pendengarannya kemudian terkejut, mendapati Ellisha yang sudah berdiri di depan pintu. Sontak Axel tersenyum pada sang Ibunda.

"Mari masuk Yang Mulia"

Sorot mata Ellisha seperti mengisyaratkan sesuatu, pandangannya selalu misterius, dan hingga saat ini Axel tidak dapat mengartikan apa maksud pandangan Ellisha padanya.

Kedua manik Axel membulat ketika irisnya menangkap beberapa orang yang berada di dalam ruang pribadi Ibunya. Terdapat dua perempuan dan satu laki-laki yang memakai pakaian formal kerajaan. Semua ini menarik atensi Axel secara paksa, sepertinya mereka merupakan tamu dari kerajaan sebrang yang datang untuk berbincang bersama dengan Axel.

Seorang gadis belia terpaku melihat Axel berjalan menuju tempat duduk di depannya. Tidak dapat lagi dihindari jika saat ini jantungnya berdegup dengan kencang, melihat Raja Muda yang berada tak jauh darinya.

"Silahkan duduk Yang Mulia"

Axel membiarkan tubuhnya terhempas menduduki sofa dengan aksen warna emas pada pegangannya. Ia menaikan alisnya kala pandangannya bertemu dengan gadis bergaun biru di hadapannya.

"Yang Mulia, perkenalkan. Saya Alpha, Raja dari kerajaan Virozania. Dan ini putriku, Azalea"

Axel tersenyum sembari mengangguk. Masih belum jelas apa maksud dari pertemuan ini. Namun tidak lama, ia melihat kembali cahaya biru itu. Cahaya itu kini muncul dari celah ubin di bawah pijakan sepatu Ellisha. Sepasang alis hitam milik Axel berkerut, ia merasakan cahaya itu memberinya sebuah petunjuk.

"Yang Mulia, sebagai Ibumu aku ingin meminta sesuatu padamu" Suara Ellisha terdengar tenang walau sorot matanya terlihat misterius.

"Apa Ibu memintaku untuk menikahi gadis dari kerajaan Virozania ini?" terka Axel, membuat beberapa pasang mata di ruangan ini menatap ke arahnya dengan terkejut.

"Ibu hanya ingin yang--"

Belum selesai Ellisha berbicara, Axel sudah bangkit dari duduknya. Membuat seluruh manusia di dalam ruangan ini berdiri.

"Ibu tahu putramu ini masih memiliki seseorang di hatinya" ucapan Axel seolah menjadi bumerang bagi Putri Azalea. Gadis itu terduduk mendengar pernyataan yang Axel berdikan pada Ellisha.

Tatapan dingin Axel begitu menancap tajam. Sol sepatu Axel berdentum kala dirinya melangkahkan kaki menjauhi orang - orang itu. Netra Axel menangkap Cahaya biru yang sepertinya tengah menunjukan Arah padanya. Dengan langkah tenang Axel mengikuti cahaya itu.

"Yang Mulia akan pergi kemana?" tanya Teth,

"Ikuti saja"

Lantas Teth mengangguk, sepatunya berdentum bersautan dengan sol sepatu Axel yang berada di depan sana. Mendapati raut wajah tak biasa dari sang Raja, Teth semakin penasaran dengan apa yang akan Axel lakukan.

Axel berhenti melangkah, cahaya itu hilang tepat di depan sebuah pintu usang. Bergerak spontan, Axel menendang pintu itu. Dan betapa terkejutnya Axel saat melihat isi ruangan itu.

NiscalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang