005

165 44 1
                                    

"Axel jangan di situ berbahaya" kata Aluna yang sudah berada di belakang Axel. Gadis itu dengan cekatan berlari ke arah Axel ketika melihat laki-laki itu tengah berdiri di pinggir jembatan.

Axel melirik bayangan Aluna yang terus saja bergerak kesana kemari seperti orang yang terburu-buru. Axel memfokuskan pandangannya lagi ke depan. Laki-laki ini masih penasaran kekuatan sihir apa yang ia miliki hingga ia di buang ke dunia manusia.

"Tolong... Tolong..." Teriak Aluna,

Axel menghela napasnya berat. Kini ia berbalik badan. Menatap kedua mata hazel milik Aluna. "Cantik" batinnya. Laki-laki ini segera turun dari tepi jembatan. Ia melompat begitu saja lalu berjalan menghampiri Aluna.

"Kenapa nangis?" Tanya Axel,

"Huaaaa Axel hiks, kalo punya masalah bilang ke Aluna aja jangan lompat-lompat kaya gitu hiks"

Axel tersenyum saat melihat hidung dan pipi Aluna yang memerah akibat menangis. "Cewek polos yang suka ngegas ternyata bisa nangis juga" ucap Axel,

"Udah jangan nangisin gw terus" ucap Axel,

Aluna menyapu air mata yang membasahi pipinya. "siapa yang nangisin Axel dih percaya diri banget!" Balas Aluna,

"Gw penyihir Na" ucapan Axel membuat Aluna melirik ke arahnya. Mereka berdua mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat itu.

Dahi Aluna menyerit, "penyihir?" Tanya Aluna,

Axel menganggukan kepalanya, tanpa sengaja laki-laki ini memegang tangan Aluna. Kakinya masih melangkah, ia tak berhenti. Sementara Aluna hanya diam menerima perlakuan Axel. Mereka berjalan beriringan seolah dunia hanya milik berdua.

"Mungkin kita ngga akan bisa ketemu lagi" gumam Axel,

"Axel mau mati?"

Raut wajah Axel berubah, suasana yang tadinya sendu kini berubah begitu saja karena pertanyaan dari Aluna. Laki-laki ini menarik tangan Aluna agar ia duduk di sebelahnya.

"Lu bisa ngga si kaga ngerubah suasana? Emosi gw" tutur Axel,

"Aluna penyihir juga ya bisa merubah suasana?" Tanya Aluna,

Axel menghela napasnya berat. Laki-laki ini tidak mengerti harus bagaimana menjelaskan pada gadis polos seperti Aluna. Ia di suruh menjelaskan kepada manusia normal saja belum tentu bisa apalagi Aluna yang tidak tau apa-apa.

"Besok gw mau pergi"

Aluna menoleh, gadis itu terlihat terkejut mendengar perkataan Axel. "Axel pergi kemana?" Tanya Aluna,

"Cari dunia sihir, tempat gw seharusnya berada" jelas Axel,

"Aluna ikut ya"

Axel menggeleng "ngga usah, lu sini aja. Nanti kalo orang tua lu nyari gimana?" Tanya Axel,

Aluna menggelengkan kepalanya, tatapannya berubah seolah ia memohon. "Aluna ngga mau di kurung terus, Aluna mau ikut Axel" ucap Aluna.

Axel merasakan jika Aluna takut untuk kembali ke rumahnya. Akhirnya laki-laki ini memutuskan untuk membawa Aluna pergi bersamanya besok. Setidaknya ia bisa membuat Aluna terus tersenyum karena ia bisa berjalan-jalan melihat dunia luar.

###

Akhirnya hari ini tiba, ketiga teman Axel sudah datang ke rumah. Mereka sudah membawa tas mereka masing-masing. Axel juga sudah membereskan beberapa hal yang akan ia bawa nanti. Laki-laki ini membuka pintunya saat mendengar ketukan dari arah pintu. Saat pintu terbuka Axel terkejut karena Aluna datang. Gadis ini memakai dress putih selutut dengan sepatu pantofel yang melekat di kakinya.

"A-ayo masuk" ajak Axel,

Ketiga teman Axel terkagum-kagum dengan kecantikan Aluna. Gadis itu duduk di sofa sambil memakan permen Kojek rasa susu. Axel memberikan bekal makan pada semua teman-temannya. Makanan itu Axel yang membuat tadi pagi. Setelah merasa persiapan sudah matang mereka langsung pergi berjalan keluar. Sekarang mereka terlihat seperti orang yang akan mendaki sebuah gunung.

"Axel, Aluna boleh jalan sama Axel?" Tanya Aluna,

Axel mengangguk lalu meraih tangan Aluna. Mereka berjalan bergandengan tangan. Sementara ketiga temannya di belakang terus mencibir Axel. Bukan apa-apa pasalnya mereka tidak dapat melakukan apa yang Axel lakukan. Itu yang membuat mereka kesal.

"Taruh suratnya di pos gih" titah Axel.

Farrel mengangguk, ia segera melancarkan Aksinya menaruh surat yang mereka tulis untuk keluarga mereka agar tidak khawatir. Sementara itu yang lain berjalan duluan keluar gerbang perumahan.

"Axel kita mau naik apa?" Tanya Aluna,

Axel menunjuk pada mobil angkutan umum yang tengah menunggu penumpang. Mereka mencari aman dengan menaiki angkutan. Setelah Farrel selesai melancarkan aksinya mereka berlima masuk kedalam angkutan umum. Mereka akan mulai berjalan ketika sudah sampai di hutan Pinus. Itu akan menghemat energi mereka hingga malam nanti.

"Axel kenapa tempat duduknya begini?" Tanya Aluna,

Axel menggaruk kepalanya yang tak gatal. Laki-laki ini bingung harus menjawab apa pada gadis polos bernama Aluna ini.

"Karena biar orang bisa ngobrol hadap-hadapan" ucap Arga,

Axel menghela napasnya, akhirnya Arga bisa membantunya menjawab pertanyaan Aluna. Tak terasa mereka sudah jauh dari kediaman mereka. Jujur saja Axel merasa bertanggung jawab terhadap keempat orang yang bersamanya. Bagaimana tidak, mereka begini karena membantunya mencari tau keberadaan orang tua Axel.

NiscalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang