008

140 36 0
                                    

Negeri Sihir kembali berguncang, menggemparkan seluruh warga. Beberapa pria datang ke perbatasan untuk melihat kedatangan Pangeran dari kerajaan Ancalayaksa.

"Yang Mulia, apakah pangeran akan segera tiba?"

Ellisha tersenyum lebar menampakkan deretan giginya yang rapi. Jubah Ellisha mulai di penuhi warna putih akibat salju yang turun. Sudah 17 tahun lamanya salju tidak turun di negeri ini, atau lebih tepatnya sejak negeri berduka atas kepergian Axel ke dunia manusia.

Di Negeri ini, Axel di kenal dengan julukannya sebagai Pangeran Ancalayaksa. Axel adalah satu-satu cucu laki-laki dari keturunan Dominic. Semua cucu Dominic berjenis kelamin perempuan. Berbagai macam ritual penyambutan calon pangeran selalu di lakukan oleh keluarga kerajaan agar dapat melahirkan anak berjenis kelamin laki-laki. Namun, semua usaha yang mereka lakukan sia-sia. Hanya Axel satu-satunya harapan untuk meneruskan kerajaan Ancalayaksa ini.

Semua orang menutup matanya saat sinar terang menyorot ke arah perbatasan. Beberapa dari mereka menghadap ke bawah agar cahaya itu tidak membutakan mata mereka.

Akhirnya Axel dan keempat temannya berhasil masuk ke dalam Negeri sihir tempat kelahiran Axel. Mereka berenam belum juga membuka kedua mata mereka karena cahaya yang menyorot terlalu terang.

Jemari Ellisha dengan lembut mengusap permukaan wajah putranya. Hal itu membuat sang empu sedikit terkejut. Senyum lebar tercetak di wajah Ellisha saat kedua maniknya berhasil berkontak dengan kedua manik Axel.

Axel melihat wajah Aluna yang terlihat luka dan nampak bingung. Seorang pria yang berada di barisan warga Negeri sihir menyinggung kan senyumnya, menatap tajam ke arah Axel lalu pergi begitu saja.

"Salam teruntukmu Yang Mulia"

Axel menoleh saat mendengar seorang Pria berdiri di sampingnya. Kata-kata manusia serigala saat mereka masih berada di hutan kembali teringat di kepalanya. Ya, kata-kata yang menjelaskan bawa Axel adalah seorang Pangeran.

"Mari saya antar ke dalam keretamu Yang Mulia"

Axel menurut, laki-laki itu berjalan ke arah sebuah kereta kuda yang berukuran cucup besar. Tak hanya Axel ke empat temannya dan juga manusia serigala itu juga ikut bersamanya. Sementara Ellisha mengikuti putra semata wayangnya.

###

Rendra dan Astria sampai di rumahnya, mereka masuk ke dalam rumah sambil membawa barang-barang mereka. Kedua mata mereka membulat saat melihat beberapa anggota kepolisian dan juga warga setempat yang berada di dalam rumah.

"Ada apa ini?"

Salah satu anggota polisi menoleh, pria itu mendekat ke arah Rendra untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Langkahnya terhenti saat Ibunda Aluna menampar Astria dengan keras.

"Dimana putriku!!" Bentak Wilona, Ibunda Aluna,

Wilona berteriak histeris, wanita setengah baya ini sangat merasa kehilangan putri semata wayangnya. Ia merasa bersalah telah mengekang Aluna selama ini hingga Aluna pergi tanpa memberi tahu padanya.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Rendra,

Hans, Ayahanda Aluna menunjukan surat yang Axel dan teman-temannya tinggalkan. Saat selesai membaca, buru-buru Rendra dan Astria masuk ke kamar mereka.

"Sialan, Peta itu hilang" gumam Rendra,

Astria segera mencari peta dan juga liontin yang mereka letakan di dalam lemari. Mereka yakin sudah mengunci pintu lemari dengan rapat.

"Apa anak penyihir itu sudah tau kebenarannya?" Tanya Astria,

Rendra menggelengkan kepalanya, "tidak mungkin" jawabnya.

Polisi menangkap Astria dan Rendra, mereka memborgol orang tua angkat Axel, saat menemukan bukti terkait kekerasan yang Axel alami. Beberapa warga setempat juga memberikan saksi pada kepolisian. Mereka mengaku sering mendengar dan melihat ketika Rendra memukuli Axel membabi buta.

###

Dominic menatap bergantian ke arah Axel dan Ellisha. Dahinya berkerut, seolah tengah memecahkan teka-teki tersulit dalam hidupnya. Pria ini menatap ke arah kedua manik Axel.

"Sejak kapan ini berubah?" Tanya Dominic,

"Saat saya hendak menolong Aluna, Yang Mulia"

Dominic menatap ke arah Aluna, gadis itu bukannya menunduk malah menatap tajam Dominic. Axel yang melihat itu sontak mendorong kepala Aluna agar menunduk.

"Dia raja" bisik Axel pada Aluna,

Teth berjalan ke arah Dominic, pria ini memberi salam sebelum akhirnya membisikan sesuatu pada telinga dominic. Pria ini memeluk Axel saat dia selesai meyakinkan dirinya bahwa yang dihadapannya saat ini adalah Axel, dengan bisikan yang Teth katakan padanya, Dominic semakin yakin bahwa laki-laki di hadapannya ini memang benar cucunya.

Sudah lima kali Dominic di tipu oleh para penyihir jahat. Kebanyakan dari mereka berasal dari negeri Grasi di sebrang Negeri ini. Mereka berusaha mengambil tahta kerajaan Ancalayaksa dari Dominic dan keturunannya. Beruntungnya Dominic segera mengetahui kebohongan mereka.

"Kalian siapa?" Tanya Dominic pada lima orang yang berdiri berjejeran di belakang Axel.

"temen Axel, kenapa tanya-tanya!" ucap Aluna,Axel terkejut dengan keberanian Aluna. Gadis polos itu berani bersuara tinggi di depan raja negeri ini.

"Ngegas mulu" gumam Arga,

Suara derap langkah kaki melesat masuk ke dalam beberapa pasang telinga di ruangan ini, Aluna spontan bersembunyi di balik tubuh Axel saat melihat seekor harimau yang tengah berjalan mengelilingi mereka.

"Yang Mulia bukankah ini terlalu berlebihan?" Tanya Ellisha,

Dominic berjalan ke arah putrinya perlahan-lahan. "Kita sudah sering di bohongi. Kali ini kita akan menguji Axel" ucap Dominic

Axel menyeritkan dahinya, menguji dirinya dengan harimau? Laki-laki ini semakin tidak mengerti dengan pola pikir sang raja. Mungkin saja Axel akan di jadikan tumbal oleh sang raja, yang mereka persembahkan untuk alam. Seperti yang ada di film-film.

NiscalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang