007

175 41 1
                                    

"bagaimana bisa, kau membiarkan putriku datang ke perbatasan" Dominic terlihat khawatir pada putri sulungnya yang sedang sakit. Gurat wajahnya sangat menunjukkan bahwa sang raja khawatir saat ini.

"Maafkan hamba yang mulia" ucap Teth,

Lin nama cucu dari Dominic anak dari Vallisha adik kandung Ellisha. Gadis itu berlari dengan jubah kuning yang melekat di tubuhnya. "Yang mulia apakah pangeran akan datang?" Tanyanya,

Dominic tersenyum, pria paruh baya ini mengusap pipi cucu satu-satunya. "Iya Putri kecil, tunggu saja. Pangeran Axel akan segera tiba"

Langkah Williard tergopoh-gopoh diiringi dengan suara derap langkah kaki yang menggema di koridor kastil Havara. Pria ini berlutut di hadapan sang Raja sembari menetralkan deru napasnya.

"Salam teruntuk Anda, Yang Mulia"

Dominic menatap ke arah Williard, "apa yang membuatmu datang jauh-jauh dari kastil Flemish ke mari Williard?" Tanya Dominic,

"Pangeran Axel, keturunan dari pangeran Axel akan menjadi penerus dari kerajaan Ancalayaksa dan ..."

Dominic menaikan alisnya, "dan apa?" tanyanya,

Williard tersenyum lalu membisikan sesuatu di telinga Dominic. Entah apa yang dibisikkan olehnya tapi itu berhasil membuat Dominic membulat matanya tak percaya.

"Jangan beritahukan siapapun termasuk putri sulungku" ucap Dominic,

Williard adalah seorang Alchemist terbaik di kerajaan Ancalayaksa. Alchemist adalah julukan untuk penyihir yang ahli dalam membuat ramuan. Kerajaan Ancalayaksa ini memiliki 6 Kastil berbeda. Setiap kastil memiliki nama dan kegunaan masing-masing.

Kastil Havara Kastil utama kerajaan Ancalayaksa. Raja, Menteri utama, berserta anggota parlemen berada di sana. Pertemuan penting juga diadakan di sana. Selanjutnya ialah kastil Croppea, Yaitu kastilnya para sorcerer, di sana akan ada pimpinan dari sorcerer yg mengatur semuanya. Sorcerer sendiri merupakan julukan untuk penyihir yang dapat menguasai berbagai elemen seperti air, api, es dan yang lainnya tanpa harus merapalkan mantera. Selanjutnya ada kastil Horst Yaitu kastilnya para enchanter, penyihir yang dapat mengendalikan pikiran lawannya dan juga memberikan ilusi dan halusinasi. Lalu ada kastil Flemish Kastilnya para Alchemist, lalu ada kastil Eltz Kastilnya para wizard, penyihir yang mempunyai keahlian hanya satu bidang dan mendapatkan kekuatan dengan cara belajar. Sebagian besar mereka yang berada di kastil Eltz adalah siswa lulusan akademi sihir. Yang terakhir ada kastil Elysee Kastil utama tempat tinggal ratu dan juga putri kerajaan.

###

Axel mengangkat serigala itu menggunakan kekuatan sihir tanpa ia sadari. Beruntung tak ada manusia yang melihat kejadian ini, selain teman-temannya. Axel menurunkan serigala itu saat Aluna memeluk lengannya. Laki-laki ini lebih merasa tenang dari pada sebelumnya. Entah apa yang terjadi pada Axel. Rambut dan maniknya masih berwarna biru tidak kembali seperti semula.

"Salam teruntuk Anda, Yang Mulia"

Serigala itu entah sejak kapan sudah berubah menjadi seorang manusia. Serigala itu mengenakan jas layaknya manusia pada umumnya. Axel tersentak saat melihat pria ini berlutut padanya.

"Apa maksud lu?" Tanya Axel,

"Maafkan atas kelancangan hamba yang telah melukai teman Yang Mulia"

Teman-teman Axel dan juga Axel merasa tidak percaya dengan apa yang serigala ini katakan. Yang Mulia? Yang benar saja, memikirkan bahwa Axel ada seorang keturunan penyihir saja sudah membuat kepala mereka berdenyut terus menerus. Dan sekarang ada seekor serigala yang memanggil Axel dengan sebutan Yang Mulia.

"Gw ini Raja?" Tanya Axel blak-blakan,

"Lebih tepatnya putra mahkota kerajaan Ancalayaksa"

Perkataan serigala itu berhasil membuat Axel dan teman-temannya membuka mulut mereka secara spontan. Putra mahkota? Axel? Sungguh Axel tidak menduga hidupnya akan menjadi seperti ini. Axel menghela napasnya perlahan. Laki-laki ini berjalan kearah serigala itu.

"Kalau gitu bantu gw sama temen-temen gw masuk ke dunia sihir" titah Axel, kini perkataan lebih terdengar sebagai titah seorang Putra Mahkota dari pada sebagai pernyataan.

"Baik Yang Mulia, segera saya laksanakan"

Serigala itu mulai berkeliling kesana kemari dengan tujuan menemukan pohon Pinus yang mirip seperti gambar yang tertera pada peta itu.

Mereka mengikuti sang serigala. Aluna menghentikan langkahnya saat melihat bekas api unggun yang ada di dekatnya. Gadis itu terlihat senang melihatnya. "woaaaahhh apa ini?"

Danu melangkah mendekat ke arah Aluna, "kalo bahasa di kampung gw, mau tau ngga namanya?" tanyanya,

"Apa kak?" Tanya Aluna dengan excited, gadis ini baru pertama kali melihat api unggun seperti itu.

"Di Jawa namanya Pawon" ucap Danu

Axel dan Arga saling menatap, mereka mencoba mencerna kata temannya itu. "Pawon yg buat masak ngga si njir?" Tanya Axel yang di ikuti anggukan oleh Arga.

Danu terkekeh, "iya juga ya" ucapnya,

Sepasang manik berwarna amber milik manusia serigala itu mengamati setiap pohon yang dilewatinya. Keadaan sunyi karena Axel dan teman-temannya tidak lagi berbicara atau sekedar bersenda gurau. Langkahnya terhenti saat melihat pohon Pinus yang mereka cari. Pohon Pinus dengan simbol kerajaan.

"Yang Mulia, kita sampai"

Ucapan serigala ini membuat Axel menatap ke arahnya. Kedua manik biru Axel menatap ke pohon yang menjulang tinggi di hadapannya. "Kita harus apa sekarang?" Tanya Axel,

"Yang Mulia harus merapalkan mantra untuk membuka portalnya"

Axel mengangguk, laki-laki ini mengambil peta yang berada di sakunya lalu membaca mantra yang ada pada peta tersebut. Serigala itu terus menatap ke arah Aluna. Gadis itu berhasil menarik perhatiannya. Setelah membacanya sekilas, Axel memutuskan untuk langsung merapalkan mantra itu.

Cahaya menyorot terang setelah mantra itu di rapalkan. Angin berhembus dengan kencang seolah mantra itu sangat kuat. Aluna yang melihat ini semua sontak berpegangan tangan pada Axel. Gurat wajahnya menandakan gadis ini ketakutan.

NiscalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang