Bulir air mata berhasil turun membasahi pipi Aluna. Beberapa kali ia mencoba membuka pintu besar yang ada di hadapannya, namun pintu itu tak kunjung terbuka. Kedua lututnya menyangga dagu, bersamaan dengan tangannya yang memeluk kaki. Meski Aluna tidak mengerti alasan mengapa dirinya berada di ruangan ini, Aluna tetap berusaha menenangkan dirinya.
Kepala Aluna berdenyut menyakitkan, pandangannya buram, paru-parunya terasa sakit setiap kali ia menarik napasnya. Sudah lebih dari lima jam ia berada di ruangan dengan adegan yang sama. Gadis ini mematung kala indera pendengarannya menangkap suara derap langkah kaki seseorang.
"Makan ini"
Hembusan angin dan sorot cahaya lampu menerpa Aluna ketika pintu di hadapannya terbuka. Tenggorokannya tercekat saat mengetahui siapa orang yang masuk dan membawakan makanan untuknya. Sulit di percaya namun ini kenyataannya. Orang yang kita percaya sekalipun dapat mengkhianati kepercayaan kita padanya.
###
Nyaris seluruh benda di dalam kamar Axel hancur tak bersisa. Beberapa di antaranya adalah warisan dari mendiang Raja-raja kerajaan Ancalayaksa. Laki-laki ini bisa dibilang hampir kehilangan akalnya setelah ia kembali dari perbatasan. Beberapa pelayan dan juga pengawal kerajaan tidak berani menghadapi Axel untuk saat ini.
Suara decitan dari pertemuan antar sepatu dan lantai di lorong kerajaan membuat Axel terganggu. Entah siapa yang berjalan sambil menggesekkan sepatunya.
Pintu kamar Axel terbuka, menampilkan sosok Axelin yang berdiri dengan gaun merah mudanya. Gadis ini mengetuk pelan pintu kamar Axel sebelum akhirnya berjalan masuk tanpa dipersilahkan oleh sang Raja.
"Apa kamu tidak tau tata Krama masuk ke dalam kamar seseorang?" Seru Axel,
Gadis bernama Axelin ini berdiri di ujung karpet berwarna biru. Menundukkan kepalanya menatap ke ujung sepatu, ia merasa bersalah untuk beberapa hal.
"Keluar" ucap Axel datar,
Axelin menatap Axel melalui manik coklatnya. Ia sedikit membungkuk untuk memberikan hormat pada Axel. "Maaf atas kelancangan ku, Yang Mulia. Aluna--"
"Apa kalian sudah menemukannya?" Belum selesai Axelin berucap, Axel sudah menyambarnya dengan pertanyaan.
"Maaf Yang Mulia, kami tidak dapat menemukan Aluna" jeda Axelin,
"Dalam keadaan hidup"
Axel membulatkan matanya, laki-laki ini spontan mencekik leher Axelin. Maniknya sudah berkaca-kaca, namun pertahanannya masih kokoh. Ia tak meloloskan air mata itu jatuh ke pipinya.
"Jaga ucapanmu Putri Axelin" ucap Axel penuh penekanan.
Jasad wanita yang tertutupi kain di bawa ke hadapan Axel saat itu juga. Kedua mata Axel menatap tajam ke arah tubuh itu. Tubuh tanpa nyawa itu membuat Axel menjatuhkan air matanya. Surai berwarna putih menjuntai ke lantai, membuat Atensinya teralihkan.
"Fuck" umpat Axel,
Beberapa pengawal dan juga Axelin mundur beberapa langkah dari Axel. "mantra apa yang tengah Yang Mulia rapalkan saat ini?" Teth bertanya dengan wajah polos kepada Axel, Danu menyikut Teth agar pria itu diam.
"Dia bukan Aluna, jangan coba-coba menipuku dengan membawa jasad orang lain" Seru Axel,
Axel tersenyum tipis pada Axelin sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka yang membuat Drama.
Lorong nyaris kosong saat Axel melangkahkan kaki menuju gerbang utama. Kemana semua pelayan dan pengawal pergi? Manik Axel tak sengaja melihat kelopak bunga mawar biru. Mawar biru yang identik dengan Aluna.
"Gadis itu ada di sini" gumam Axel,
###
Ellisha menunggangi kudanya menuju perkemahan militer di dekat perbatasan. Ia berhenti ketika melihat seorang remaja laki-laki yang tengah menunduk menggigil kedinginan.
"Ambilah ini, makan dengan perlahan agar perutmu tidak memuntahkannya"
Laki-laki itu mengambil makanan yang Ellisha berikan. Dia tersenyum pada Ellisha, tak lupa ia memberi hormat padanya.
Ellisha turun dari kuda putihnya. Wanita ini memberikan beberapa keping emas pada remaja itu. Entah apa yang Ellisha lakukan sebenarnya.
"Terimakasih atas kerja kerasmu anak muda" ucap Ellisha sambil tersenyum.
"Tentu Yang Mulia, kabari aku bila kau membutuhkan yang lain" Percakapan mereka begitu intens seperti sudah mengenal sejak lama.
Tanpa mereka sadari seorang pria tengah melihat dan mendengar interaksi mereka berdua. Pria ini memakai tudung berwarna coklat dengan aksen perak di bagian bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niscala
Fantasy( Dalam proses REVISI. Revisi baru sampe bagian 3 ) Kisah seorang pewaris terkahir kerajaan sihir yang sengaja di tinggalkan orang tuanya di dunia manusia demi menyelamatkan anaknya dari keserakahan penyihir jahat. Selama 17 tahun lamanya Axel di ra...