016

87 17 16
                                    

Axel mengatur napasnya yang tersengal-sengal, kedua kakinya terasa lemas, ia tidak dapat lagi berlari mengejar gadis itu. Entah berada dimana gadis itu sekarang. Mungkin ia tengah membuat masalah baru.

Kedua manik Axel tanpa sengaja menangkap sorot cahaya berwarna merah. Segera ia melangkahkan kakinya, melewati sulur pepohonan. Rupanya cahaya itu berasal dari Aluna yang tengah di serang oleh gadis yang ia kejar tadi. Axel mengeratkan jemarinya. Untuk saat ini Aluna bisa menghindar dari serangan gadis itu.

Tatapan mata Axel beralih, laki-laki ini menyapu ke sekeliling Aluna. Banyak pengawal dan prajurit kerajaan yang berjaga di sana, namun mengapa tidak ada satupun yang melawan gadis itu atau setidaknya menyembunyikan Aluna.

"Yang Mulia" salah satu pria terkejut dengan keberadaan Axel yang tiba-tiba.

Sorot mata Axel berubah tajam saat ia melihat setetes cairan kental berwarna merah yang meluncur dari pelipis Aluna. Irisnya berubah menjadi biru. Seberkas cahaya muncul dari telapak tangannya. Dengan sekali serangan Axel berhasil membuat gadis itu terlempar.

Rupanya lemparan Axel mampu membuat jubah yang menutupi gadis itu tersibak. Axel membulatkan matanya saat menyadari gadis itu adalah gadis yang sama yang menabraknya di Academy.

"Bitch" gumam Axel.

Sebuah tongkat sihir dengan panjang 40cm muncul dihadapan gadis itu. Dengan cepat ia menyerang, namun serangannya berhasil di tangkis oleh Axel.

"Calm bro"

Axel melipat lengan bajunya, sebuah tongkat sihir berwarna biru dongker berada di tangannya. Ia terkejut dengan apa yang terjadi. Ternyata ia juga bisa menggunakan sihir yang sama seperti gadis itu. Padahal awalnya ia hanya ingin melipat lengan bajunya agar tidak menyusahkan dirinya dalam pertarungannya kali ini.

"Yang Mulia, hati-hati" ucap Aluna sembari menetralkan kembali degup jantungnya,

Ellisha membawa beberapa pelayan untuk membantu Aluna masuk ke dalam. Ellisha tidak ikut serta dalam pertarungan ini, ia tidak memiliki kekuatan sihir seperti dulu.

"distruggilo, o mia forza"

Gadis itu merapalkan mantra sihirnya. Sebuah bola cahaya meluncur kepada Axel yang berdiri tak jauh darinya. Dengan sigap Axel membalas serangan gadis itu. Kini kedua bola bercahaya itu saling bertabrakan menimbulkan suara dan cahaya terang akibat benturan itu.

Ketiga teman Axel yang berada di sana kembali terheran-heran untuk kesekian kalinya.

"Itu Axel?" Tanya Farrel,

Danu menepuk pipi Farrel dengan cukup keras, "lu pikir siapa? Dadang? Ngadi-ngadi lu. Jelas-jelas itu Axel" cloteh Danu,

Serangan gadis itu tak sengaja mengenai pot bunga di sebelah Farrel dan Danu, membuat kedua teman Axel ini terpelonjak.

"Kayanya mending kalian diem deh" seru Arga,

Teth berlari tergesa-gesa menuju tempat Axel berdiri. Terdapat darah Dominic pada jemari pria ini. Gadis itu berhenti menyerang kala maniknya menangkap seseorang berjalan ke arah Axel.

"Yang Mulia" ucap Teth memberi salam,

Axel berhenti mengayunkan tongkat sihirnya. Atensinya terfokus pada Teth. "Ada apa?" Tanya Axel,

Teth mendekatkan dirinya pada Axel, pria ini membisikan sesuatu di telinga Axel. "Yang Mulia sangat kritis, tabib mengatakan usia beliau tidak lama lagi. Beliau meminta Pangeran untuk datang ke kamarnya" bisik Teth.

Kedua mata Axel membulat, jemarinya mengerat. Maniknya menatap tajam ke arah gadis di hadapannya. Dengan sekuat tenaga Axel mengarahkan serangannya pada gadis itu. Hingga membuat dia tersungkur tak berdaya. Beraninya gadis ini mencoba membunuh kakeknya. Padahal baru saja Axel bertemu dengannya.

"Bawa dia ke penjara bawah tanah" titah Axel,

"Baik Yang Mulia"

Axel berjalan untuk menemui sang Raja. Ia tidak mau kehilangan waktu berharganya bersama Dominic. Baru saja ia menemukan keluarganya kenapa semua hal ini terjadi padanya?

###

Axel memberi hormat pada Dominic yang tengah terbaring lemah di ranjangnya. Kedua irisnya mentap sendu ke arah Dominic. Tubuh pria itu terlihat pucat.

"Teth..." Panggil Dominic dengan lemah,

Pria bernama Teth ini melangkah mendekat ke arah Axel. Ia membawa sebuah gulungan kertas tebal yang terbuat dari kulit binatang sihir.

"Apa ini?" Tanya Axel,

Dominic meraih tangan cucunya, "kau bukan lagi seorang putra mahkota" jeda Dominic.

Ellisha dan semua orang yang berada di sana sontak terkejut. Apa maksud Dominic? Axel bukan lagi putra mahkota? Lalu siapa yang akan menggantikan posisinya?

"Mulai sekarang, dengan di saksikan seluruh anggota keluarga kerajaan di dalam ruangan ini, kau Axel akan aku angkat sebagai Raja Kerajaan Ancalayaksa untuk menggantikan posisiku"

Axel membulatkan matanya, ia mengangkat wajahnya dengan tak percaya bahwa dirinya akan menjadi raja secepat ini. Axel menatap ke arah Ibunya yang berdiri di ujung sana. Ellisha mengirim sinyal pada Axel agar Axel menerima perkataan Dominic. Tak ada pilihan lain selain menerima.

Axel berlutut di samping ranjang kakeknya. Ia menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat pada Dominic. "Suatu kehormatan bagiku Yang Mulia" ujar Axel,

Teth membantu Dominic untuk duduk, perlahan Dominic mengeluarkan sebuah tongkat sihir yang ukurannya lebih besar dari pada tongkat milik Axel. Pria ini menepukan ujung tongkatnya pada bahu Axel beberapa kali.

'ini gw harus gimana? Plis gw belum baca tutorial menerima posisi ini' batin Axel,

Sebuah mahkota raja terbentuk di kepala Axel melalui pancaran cahaya yang berputar di atas tubuh Axel. Akhirnya secara resmi dan disaksikan oleh seluruh anggota kerajaan, Axel diangkat menjadi Raja kerajaan Ancalayaksa.

NiscalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang