Dominic menatap jeruji besi yang berada di hadapannya. Setelah aksi pembunuhan penjaga perbatasan dan percobaan pembunuhan putra mahkota. Kini sebuah kasus baru melanda kerajaannya. Pagi tadi, kurang lebih seratus lima puluh dua tahanan kerajaan, melarikan diri tanpa jejak. Beberapa petinggi kerajaan berpendapat bahwa hal ini bisa terjadi karena adanya orang dalam yang berkhianat. Dominic juga berpikiran sama dengan mereka.
"Yang Mulia, sepertinya kita harus menyelidiki semuanya secara terperinci. Saya akan memberi tahukan beberapa petugas keamanan di pulau ini untuk melakukan patroli" ucap Teth,
Dominic mengangguk, "baiklah, lakukan dengan cepat, Pastikan tidak ada dewan yang tidak hadir dalam pertemuan nanti" ucapnya,
"Baik Yang Mulia"
Setelah percakapan itu Teth pergi meninggalkan Dominic. Pria ini bergegas melaksanakan tugas yang diberikan oleh Rajanya.
Dominic membalikan tubuhnya saat indera pendengarannya menangkap suara deritan pintu besi. Rupanya Axel. Laki-laki itu merendahkan tubuhnya beberapa saat, untuk memberi hormat pada Dominic.
"Masuklah"
"Salam teruntukmu Yang Mulia" jeda Axel,
"Aku memohon ijin untuk meminta akses terkait kasus yang belakangan ini melanda pulau ini Yang Mulia" ucap Axel,
Setelah ia berpikir panjang semalaman akhirnya ia memutuskan untuk ikut mencari tau kebenaran di balik kasus yang tengah beredar ini. Mungkin jika di biarkan target selanjutnya bisa saja Aluna. Itulah yang Axel khawatirkan. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh gadisnya itu.
"Kalau begitu, bertarunglah denganku"
Kedua manik Axel membulat, "Maksud Yang Mulia?"
"Aku yakin kau cukup pintar Pangeran. Cepat ikuti aku. Kita akan mencari tau, apakah kau layak ataukah tidak" ucap Dominic sebelum akhirnya pergi.
Axel tidak mau melewatkan kesempatan ini, ia langsung mengikuti Dominic berjalan. Entah ke arah mana mereka akan menuju, yang pasti demi keselamatan kerajaannya dan juga Aluna, Axel akan melakukan apapun.
Axel sampai di halaman belakang. Tempat terbuka yang cocok untuk beradu kekuatan. Kedua maniknya menatap ke arah Dominic yang berjongkok sambil menempelkan tangannya pada rerumputan hijau.
"L'elemento terra e l'elemento terra si uniscono" ucap Dominic, merapalkan mantra sihirnya.
Sebuah batu panjang dengan bola kristal di atasnya muncul dari dalam tanah. Axel menerjapkan matanya beberapa kali, ia tak percaya ternyata ada juga sihir seperti itu.
Axel berjongkok, ia meletakan tangannya di atas tanah. Laki-laki ini menarik napas panjang sembari menutup matanya.
"L'elemento terra e l'elemento terra si uniscono"
Axel merapalkan mantra yang dirapalkan oleh kakeknya, Dominic. Saat mantranya selesai di rapalkan, batu panjang dengan bola kristal itu kembali turun ke tanah. Dominic yang melihatnya sontak mengerutkan dahi.
"Apa yang kau lakukan?"
Axel diam sejenak, ia sadar apa yang ia lakukan pasti membuat kesal Dominic. Bagaimana tidak, pria itu sudah siap menjelaskan perihal kegunaan bola kristal itu. Namun, Axel malah merapalkan mantra dan membuatnya turun kembali ke tanah.
"Rapalkan lagi" titah Dominic. Mau tak mau Axel menurutinya. Laki-laki ini segera merapalkan kembali mantra itu dan bola kristal itu kembali ke permukaan.
"Tempelkan tanganmu pada permukaan bola ini. Kita akan lihat seberapa kuat kekuatan sihir yang kau warisi dari kerajaan"
Telapak tangan Axel menyentuh permukaan bola itu. Perlahan sebuah cahaya berkilau di dalam bola itu, warnanya berganti seiring kedipan mata Dominic. Awalnya berwarna biru lalu menjadi abu-abu dan terus berganti hingga delapan warna.
Dominic terkejut saat cucunya menguasai delapan kekuatan dalam tubuhnya. Biasanya pada dunia sihir ini, Raja atau penguasa tertinggi akan memiliki lima warna sihir, namun Axel dapat mencapai delapan warna. Ini pertama kalinya dalam sejarah, Ada seorang penyihir yang menguasai delapan kekuatan sihir sekaligus.
"Ada apa Yang Mulia?" Tanya Axel,
"Baiklah, kau boleh ikut serta dalam kasus ini. Tapi jaga dirimu, banyak pesaing kerajaan yang menginginkan nyawamu melayang" seru Dominic lalu pergi begitu saja meninggalkan Axel yang tengah bergelut dengan pemikirannya sendiri.
###
Axel bersama Ellisha berjalan menyusuri koridor Castlegar Academy menuju ruang kepala sekolah. Hari ini Ellisha akan mendaftarkan putranya untuk mendapatkan bimbingan kebangsawanan di Castlegar Academy.
Bangunan mewah dengan standarisasi yang sesuai dengan kerajaan, membuatnya terkesan mewah dan elegan. Tidak salah jika tempat ini memiliki predikat sekolah sihir dan bangsawan terbaik di negeri ini.
Gema tapakan kaki Axel membuat beberapa penyihir penguasa elemen Air dan Api menatap ke arahnya. Mereka sangat peka dengan kehadiran penyihir lain yang berada di sekitarnya.
Setiap ruangan yang Axel lewati berubah menjadi sunyi. Semua itu tak lain karena rumor konyol mengenai Axel yang beredar. Axel di rumorkan sebagai seorang pangeran mahkota yang kasar dan juga beringas. Siapapun yang bertatapan dengan Axel akan membeku menjadi es untuk selamanya. Tentu saja hal itu tidaklah benar. Rumor itu di sebarkan agar citra sekolah tidak rusak akibat ulah siswa dan siswi yang terlalu senang membuat gaduh.
Brakkkk
Seorang gadis berambut putih menabrak tubuh Axel dari depan, gadis itu terjatuh bersama buku-buku yang ia bawa tadi. Tak hanya gadis itu, Axel pun jatuh terjungkal ke bawah."Apa yang Anda lakukan!" Triak Teth sembari menodongkan pedang ke arahnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Niscala
Fantasy( Dalam proses REVISI. Revisi baru sampe bagian 3 ) Kisah seorang pewaris terkahir kerajaan sihir yang sengaja di tinggalkan orang tuanya di dunia manusia demi menyelamatkan anaknya dari keserakahan penyihir jahat. Selama 17 tahun lamanya Axel di ra...