Happy Reading Guys🖤
Don't forget to follow, vote, and comment on this story!
******Alissya mengerjapkan matanya saat merasakan cahaya matahari mengenai wajahnya. Tangan gadis itu seketika terangkat untuk menutupi cahaya yang menyilaukan matanya. Saat ia berbalik, Alissya mengerutkan keningnya saat tidak melihat keberadaan Evan. Ia menatap jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Alissya pun beranjak dari tidurnya dan menyisir rambut panjangnya dengan jemarinya.
"Kemana dia pergi sepagi ini?" Gumam Alissya dengan suara khas bangun tidur.
Akhirnya Alissya memutuskan untuk turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia melepaskan seluruh pakaiannya dan berjalan masuk ke dalam bathtub yang telah berisi air hangat.
"Kenapa kau tidak mengajakku Queen?" Alissya terlonjak kaget saat mendengar suara Evan.
"Evan! Pergi dari sini!" Teriak Alissya sambil membelakangi pria itu.
Saat itu juga Evan terkekeh pelan melihat tingkah Alissya. Namun bukannya keluar, pria itu melepas semua pakaiannya lalu berjalan masuk ke dalam air untuk mendekati Alissya. Tubuh Alissya menegang saat jarak antara mereka sangat dekat. Ia berusaha menjauh, tetapi semua itu percuma. Karena saat ini punggungnya telah menyentuh dinding bathtub.
Evan tersenyum, lalu menarik tangan Alissya hingga gadis itu menabrak dada bidang pria itu. Pandangan mereka bertemu. Evan tersenyum saat melihat kegugupan di mata Alissya. Perlahan tangan pria itu menarik dagu Alissya dan mendekatkan wajahnya dengan gadis itu. Namun Alissya dengan cepat memalingkan wajahnya.
"Sebaiknya kau cepat membersihkan dirimu Evan. Bukankah kau ada pertemuan pagi ini?" ujar Alissya gugup membuat Evan terkekeh pelan.
"Tapi aku ingin berlama-lama seperti ini denganmu Queen." ujar Evan sambil memeluk tubuh Alissya dari belakang. Evan menyandarkan kepalanya di bahu Alissya dan menghirup aroma tubuh gadis itu yang sangat memabukkan baginya.
Hening. Tidak ada satupun suara yang terdengar. Mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Bahkan kini Alissya tidak merasa gugup sama sekali. Malah ia merasa nyaman saat berada di dekat pria itu.
"Apa yang akan kalian bahas pada pertemuan nanti?" Tanya Alissya membuat Evan yang semula memejamkan matanya, seketika terbuka.
"Membahas tentang kita." Ujar Evan singkat, namun membuat Alissya mengerutkan keningnya bingung. Evan yang mengetahui kebingungan Alissya langsung tersenyum.
"Kita akan menentukan hari penobatanmu sayang."
Sontak Alissya membulatkan matanya terkejut. Jika ia akan dinobatkan menjadi Ratu Kerajaan Demon, dengan begitu semua orang akan mengenal dirinya. Alissya sangat takut jika banyak orang yang tidak menerimanya sebagai Ratu di kerajaan itu. Apalagi dia tidak memiliki kekuatan apapun, berbeda jauh dengan ibu mertuanya yang memiliki kekuatan yang sangat hebat. Evan mengerutkan keningnya saat melihat raut wajah Alissya yang berubah sedih. Saat itu juga ia membalikkan tubuh Alissya untuk menghadap ke arahnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Evan dengan lembut sambil mengusap wajah gadis itu.
Alissya menggelengkan kepalanya, "Aku hanya gugup." Ujar Alissya singkat.
'Aku takut jika semua orang tidak menerimaku. Seperti mereka yang berpikir jika aku memanfaatkanmu untuk menjadi seorang ratu.' Batin Alissya yang enggan mengatakannya pada Evan. Namun siapa sangka jika pria itu dapat mendengar isi hati gadis itu dengan jelas.
Evan menarik Alissya ke dalam pelukannya dan mengecup kening gadis itu dengan lembut.
"Kau tidak perlu takut sayang. Ada aku yang akan selalu ada di sampingmu." Ujar Evan membuat Alissya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted Queen || COMPLETED ✔️
Fantasy[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjadi penerus kerajaan Demon, King of Demon. Evan, seorang pria yang sangat dingin membuat siapapun akan segan untuk berbicara kepadanya. Evan t...