12:00
Suara bel pulang sudah berbunyi dari tadi tapi Chenle tidak melihat Axleo di baris anak-anak yang lain. Rasa cemas mulai menjalar di diri Chenle. "Chio di mana yah kok belum keluar," gumah nya yang mulai cemas.
Chenle memutuskan untuk menunggu sebentar lagi kalau tidak keluar-keluar mungkin ia akan bertanya pada wali kelas Axleo nanti.
Sekitar lima menit Chenle menunggu Axleo tetap tidak ada sama sekali biasanya anak itu akan semangat sekali kalau sudah bel pulang tapi keluar dari kelas aja tidak ada.
Dengan cepat Chenle berlari ke arah kelas Axleo di sana ia hanya melihat wanita cantik yang sedang membersihkan kelas Axleo. "Permisi," sapa Chenle pelan.
"Ahh iya ada apa?" tanya Jisoo selaku wali kelas Axleo.
"Maaf, apa kau melihat anakku? Maksud ku Axleo Park," Jisoo yang mendengar itu hanya mengangguk.
"Ada tapi tadi Axleo sudah di jemput katanya pamannya atau papa sih saya kurang tau, maaf"
"Hiks,kau benar-benar tidak melihat anakku," tanya Chenle sekali lagi tapi kali ini dengan suara tangis.
"Ku mohon tenang sebentar," Jisoo menyuruh Chenle untuk duduk di kursi di depan kelas dan menyerah kan air mineralnya.
"Maaf aku kira itu bener-bener paman nya," sesal Jisoo, kini sudah memeluk tubuh Chenle yang terisak dan memanggil nama Axleo.
"Aku takut anakku kenapa-kenapa"
"Coba kau pulang dan lihat di rumah apa ada atau tidak ada jika tidak ada kau bisa menghubungi ku," balas Jisoo dan menyerahkan nomornya pada Chenle dan sebaliknya.
"Terimakasih," ucap Chenle dan berjalan ke arah gerbang sekolah.
Ia duduk di depan gerbang dengan suara tangisnya. Orang-orang yang berlalu-lalang melihat Chenle aneh tapi ia sama sekali tidak yang penting sekarang Axleo itu saja yang ada pikiran.
"Apa aku harus telpon Jisung hyung," gumah Chenle.
Tapi Chenle takut Jisung akan marah dengannya tapi ia juga takut kalau ia tidak menghubungi Jisung maka akan terjadi sesuatu pada Axleo. Dengan berani Chenle menghubungi Jisung.
"Halo," sapa Chenle saat telpon sudah tersambung.
"Hmm, kenapa?"
"Hiks,hyung maafkan aku hyung hikss"
"Hai baby kau kenapa? Sayang, hai kau kenapa?"
Rasa Chenle ingin membunuh dirinya sendiri, Jisung sangat baik dengan tapi ia tidak bisa menjaga anaknya Jisung yang sudah ia anggap anaknya sendiri.
"Maafkan aku hyung, Leo hilang hyu-..."
"APA? KAU GILA? KAU TIDAK MENJAGA ANAKKU"
"Hyu--...," Belum sempat Chenle menjelaskan Jisung sudah menutup telponnya.
Chenle memutuskan untuk pulang ke mansion Jisung nanti ia akan menjelaskan pada Jisung dan kedua orang tua Jisung itu pasti.
Chenle berjalan dengan lunglai ke mansion Jisung dengan tangisnya yang belum-belum mereda juga. "Hikss tuhan tolong lindungi anakku hikss," gumah Chenle yang di dengar oleh dirinya sendiri saat sudah sampai di gerbang mansion Jisung.
Chenle berjalan masuk kedalam mansion tapi kenapa sangat sepi biasanya ada penjaga atau tidak para pelayan yang membereskan mansion tapi ini tidak ada sama sekali.
Mungkin mereka pergi mencari Axleo batin Chenle asal ia memutuskan untuk naik ke lantai atas untuk menemui Jisung mungkin menjelaskan semuanya tapi saat membuka pintu Chenle di kagetkan dengan Axleo yang ada di gendongan Jisung.
"Chio hiks"
05:49
Jisung dari tadi terus mondar-mandir saat menerima telpon dari Chenle ia ingin pergi ke sana tapi ia takut rencana yang ia dan Axleo susun akan hancur kerena kecerobohan dirinya.
"Daddy"
"Hmm?"
"Buna kenapa belum sampai-sampai juga," tanya Axleo yang sama cemasnya dengan Jisung."Daddy juga tidak tau mungkin masih di jalan," balas Jisung asal agar Axleo tidak cemas.
"Daddy aku takut," Jisung yang mendengar itu hanya tersenyum lembut dan menggendong Axleo.
"Buna pasti pulang ini kan rumah Buna ehh," Jisung dan Axleo saling berpandangan saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah kamar Jisung.
Ceklek
Jisung dan Axleo melihat ke arah pintu kamar di sana ada Chenle dengan tubuh yang lesu dan air mata yang terus mengalir. Jisung yang melihat itu merasa kasihan dengan pujaan hatinya apa ia terlalu berlebihan tapi menurut Jisung ini biasa-biasa saja.
"Chio"
Jisung yang melihat itu langsung saja merentangkan tangannya agar Chenle berlari untuk memeluk dan bener saja Chenle bener-bener berlari dan memeluk tubuh jangkung Jisung yang masih menggendong Axleo.
"Chio baik-baik aja kan sayang? Ada yang sakit? Di mana? Mana yang sakit kasih tau Buna? Chio tadi siapa uang ketemu? Terus orang yang bawa Chio mana?"
"Buna tenang dulu," Axleo mulai lelah dengan pertanyaan Chenle yang berturut-turut membuat ia bingung.
"Tapi kata Jisoo-...," Perkataan Chenle terpotong saat Jisung menyerahkan cincin dengan inisial J di tengah-tengah.
"Hyung?" Chenle menatap Jisung dan Axleo berganti meminta penjelasan.
"Marry me," ucap Jisung dengan rona marah di kedua pipinya.
"Hyung," tangis Chenle semakin menjadi-jadi ia memeluk Jisung dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jisung.
Jisung dan Axleo saling bertatapan bingung, apakah Chenle menerima Jisung atau tidak sih ini kenapa juga pakai acara nangis pikir keduanya bingung.
"Jadi, Buna tidak mau jadi sama Daddy Jisung?" tanya Axleo yang di balas gelengan dari Chenle.
"Mau," cicitnya pelan tapi masih di dengar Jisung maupun Axleo.
Jisung dan Axleo yang mendengar itu langsung tersenyum cerah antar percaya dan tidak sama sekali. "Aku mencintaimu," ucap Jisung dan mengecup bibir Chenle saat Chenle mendongak ke arahnya.
"Aku juga mencintaimu hyung," balas Chenle malu-malu.
"Aku juga mencintai Daddy sama Buna," Jisung dan Chenle yang mendengar itu tertawa kecil dan mencium pipi tirus milik Axleo bersama-sama.
Tbc
.
.
.
Mohon maaf kalau akhirnya
gak jelas soalnya aku bingung kasih
end nya gimana:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda keren [DUREn] •• Chenji •• Jichen
FanficPark Ji-Sung seorang CEO kaya-raya nomor satu di Asia Timur yang terkenal dengan sifat cuek dan dingin. Jisung di beri paras yang tampan membuat wanita-wanita dan pria-pria manis dan cantik di luar sana banyak yang mengincar Jisung. Tapi tidak ada y...