1.3

201 56 12
                                    

Mau tidak mau, suka tidak suka, ketika Yeonjun ternyata kehilangan nyawanya, Sunghoon harus membawa Soobin untuk tinggal bersama dengannya. Pria bermarga Choi itu belum juga bangun dari malam, membuat Sunghoon agak sangat sedikit khawatir tentang keadaannya.

Namun, dokter bilang Soobin hanya terkejut.

Bagaimana tidak? Yeonjun baru saja sadar, belum genap 1 minggu sudah meninggalkannya. Terlebih ketika Ni-ki berteriak bahwa Soobin pingsan, posisi pingsannya sangat tidak mengenakkan karena kepala terbentur kursi batu yang menjadi hiasan di depan rumah Taehyun.

"Belum bangun juga?" Seorang wanita datang, menanyakan keadaan Soobin sambil menaruh telapak tangannya di bahu Sunghoon.

Sunghoon enggan menjawab, masih kesal karena dengan begini Soobin akan mengambil semua kasih sayang orang tuanya.

"Kamu makan dulu."

Bagai tersetrum listrik, hati Sunghoon terlonjak. Sudah lama sekali sang bunda tidak menyuruhnya makan, tidakkah ini aneh? Sunghoon menoleh dengan wajah kebingungan.

"Aku makan bareng Soobin aja, nanti."

"Serius?" Wanita itu duduk di ujung ranjang dengan senyuman hangatnya, "kita enggak tau kapan Soobin bangun."

Berpikir sejenak, Sunghoon memakukan pandangannya ke arah Soobin. Kalau Soobin terus seperti ini, apa perhatian kedua orang tuanya akan kembali?

"Ayo." Pemuda itu memilih setuju, beranjak dari duduknya dan mengikuti sang bunda untuk pergi makan bersama.

Sedikit ia berharap, Soobin tidak bangun lagi. Karena dengan begitu, perhatian orang tuanya akan terpaku padanya, 'kan?

Beberapa menit berselang, di kamar Sunghoon yang sepi, Soobin menunjukkan pergerakan. Kelopak matanya bergerak tidak nyaman dengan wajah berkerut yang tidak memiliki ekspresi. Perlahan, mata itu terbuka sempurna, menangkap cahaya mentari yang masuk melalui jendela.

Tidak terburu, Soobin duduk santai dengan mata kebingungan. Di kepalanya memang berputar jelas mengingat bahwa sang kakak telah tiada, tapi bukan itu yang membuatnya bingung. Kakaknya pasti menjadi korban pembunuhan, 'kan? Hanya ada satu nama yang terlintas di pikirannya.

"Beomgyu."

•••

Taehyun baru saja sampai di rumah Kai, selesai memberikan kesaksian di kantor polisi atas meninggal 2 orang di rumahnya. Ia tidak sendiri, ada Jungwon dan Sunoo yang juga menjadi tersangka pembunuhannya

Taehyun mengatakan segalanya, segala peristiwa yang ia rancang di dalam kepala. Ia mengaku mengantar Yeonjun ke halaman belakang saat itu, dan tidak ada sama sekali jejak sang pembunuh di rumah Taehyun.

Sebenarnya, ada secuil rasa senang karena ia berhasil membunuh penghianat, setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya Taehyun berperan menjadi malaikat maut Yeonjun.

"Mau jalan-jalan?"

"Hah?"

Mendengar pertanyaan dari Kai, membuat Taehyun cengo. Kai mengajaknya jalan-jalan? Dalam rangka apa?

Sementara Kai sendiri merasa dirinya harus membawa Taehyun mencari udara segar, ia yakin Taehyun merasa terpukul karena rumahnya menjadi tempat kejadian perkara yang tidak diinginkan.

TKP pembunuhan.

"Jalan-jalan, beli apa gitu."

Taehyun yang saat itu sibuk dengan ponselnya bergeming, ini Kai mau membuatnya sedikit senang atau bagaimana?

"Tapi, pake uangmu."

"Yeu!"

Sudah Taehyun duga, Kai tidak akan sepenuhnya serius tentang rencananya itu. Kalaupun jalan-jalan nanti, pasti uang Taehyun-lah yang akan habis. Karena apa? Ya, Taehyun yang akan membayar segalanya.

"Mau enggak?"

Taehyun menggeleng, "Mending tidur."

Lelaki itu beranjak dari duduknya, melangkah ke arah kamar Kai dan segera membanting tubuhnya di satu-satunya kursi panjang yang empuk. Ia masih punya etika untuk tidak seenaknya tidur di ranjang Kai.

Baru saja Taehyun akan terlelap, Kai mendadak datang dan mengguncang tubuhnya.

"Hyun!"

"Apa?!" Habis sudah kesabaran Taehyun, membuat matanya melotot dan Kai ciut. Lagipula, kenapa anak itu terus mengganggunya? Apa tidak ada kerjaan lain?

"Ada Soobin ke sini!"


















Bersambung ....

















________________
Jangan berekspektasi terlalu tinggi

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang