1.7

185 51 4
                                    

Sunoo baru saja datang bersama Jake, keduanya membulatkan mata setelah melihat apa yang terjadi. Jake mendapatkan panggilan telepon dari Soobin, membuatnya yang saat itu sedang bersama Sunoo datang ke rumah Kai.

Ada 2 jasad ditemukan, dan Taehyun menghilang, begitu katanya. Lelaki yang diduga pelaku pembunuhan itu membiarkan ponselnya berada di sana, karena dia tahu kalau dirinya terancam. Salahnya sendiri malah menelepon Jungwon dan berlagak tidak akan terjadi apa-apa, padahal sudah jelas dia akan menjadi tersangka utama.

Benar-benar Choi Beomgyu, pikir Soobin.

Soobin sendiri tengah ikut menelusuri kasus, walau sebenarnya ia masih lupa-lupa ingat tentang kehidupannya, tapi sesuatu dalam dirinya memaksa otaknya berpikir.

Ngomong-ngomong, Jungwon dan Sunoo yang jelas-jelas merencanakan semuanya tidak menyangka keadaannya akan seperti ini. Ni-ki meninggal, dan itu bukan salah satu rencana mereka. Omong kosong, mereka terlalu menyepelekan Taehyun.

Soobin juga melupakan rencananya, semua orang jadi tahu bahwa ingatannya sudah kembali, mengecewakan. Sunghoon juga ada di sana, dipaksa mengantar Soobin ke TKP karena pria bermarga Choi itu memaksa untuk datang.

"Jadi, Taehyun itu Beomgyu?" tanya Jake dengan hati-hati.

Soobin dengan berkas-berkas di tangannya mengangguk, "Iya, dan kita harus cari dia sebelum banyak korban berjatuhan."

"Kak Soobin kalau lagi serius keren, ya," celetuk Sunoo sambil melihat ke arah Soobin dengan serius.

Soobin terkekeh, "Aku emang keren mulu, sih."

"Halah males, sombongnya mulai." Jay mendengus sambil menyiapkan pistol yang akan ia bawa untuk mencari Taehyun.

"Yaudah, kita berangkat sekarang."

•••

Jungwon baru saja sampai di rumahnya, ia membanting tubuh ke sofa dan memejamkan mata erat. Kecewa, karena rencananya Ni-ki jadi mati di tangan Taehyun. Jungwon kira kemampuan Ni-ki bisa lebih dari ini, bisa melebihi Taehyun dan membunuh pemuda itu, tapi ia salah. Taehyun tidak bisa disepelekan.

Mulai sekarang, langkahnya akan ia perhatikan, rencananya akan ia pikirkan matang-matang, bersama Sunoo. Si tembam itu terlihat bersemangat sekali, ditambah dendam mereka yang semakin kuat karena Ni-ki terbunuh.

Tlak

"Ini, minum dulu."

Jungwon tersentak, seseorang menaruh secangkir teh di atas meja kaca. Ia membuka mata, mendapati  neneknya datang dengan senyum kecil yang menghangatkan.

Seketika terlintas di pikiran Jungwon, kalau ia mati terbunuh, siapa yang akan jadi penopang hidup sang nenek?

"Makasih, Nek."

Kerutan di wajahnya semakin tercetak kala ia tersenyum, wanita tua itu mengangguk dan membenarkan posisi, "Cucu Nenek kayanya capek banget, mau Nenek bikinin apa?"

Jungwon terkekeh dan meletakkan cangkir yang kini tehnya berkurang, "Enggak usah, Nek. Jungwon anter ke kamar, yuk!"

Jungwon beranjak dari duduknya, memapah sang nenek yang padahal masih bisa berjalan sendiri. Memang, sebegitu sayangnya ia pada neneknya, terlebih karena kedua orang tua Jungwon yang menghilang entah kemana, meninggalkan Jungwon yang saat itu berusia 6 tahun di pangkuan neneknya.

Kini, Jungwon sudah besar, keadaan berbalik. Jungwon yang menjadi tulang punggung, menghidupi neneknya dengan uang pas-pasan dari kerja serabutan.

"Nenek jangan keseringan jalan, 'kan katanya lututnya sakit." Jungwon mendudukkan wanita tua itu di ujung ranjang, berjongkok dan memegang kedua tangan keriput yang berada di pahanya.

"Kamu beneran enggak capek? Nenek bikinin cemilan, ya?" Suaranya keluar dengan susah payah, tangannya bergetar mengusap kepala Jungwon sayang.

Jungwon menggeleng, "Enggak, kok. Nenek tidur aja, istirahat."

Lelaki berlesung pipi itu membantu neneknya merebahkan tubuh, memberikan posisi nyaman untuk terlelap. Beberapa menit kemudian, dengan usapan di anak rambut, sang nenek tertidur.

Jungwon tersenyum, senang melihat neneknya dapat istirahat dan tidur lelap begini. Ia berdiri, menghela napas pelan sebelum akhirnya pergi keluar dari kamar sang nenek, mengabaikan seseorang yang berada tidak jauh dari rumahnya, mengintip melalui jendela.

"Sayang banget aku enggak punya Nenek."

















Bersambung ....

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang