2.0

195 53 5
                                    

Taehyun bingung, kenapa sampai sekarang masih ada saja yang menganggap remeh dirinya? Kenapa masih ada yang menyepelekan kemampuannya? Padahal, ia bisa saja bertindak brutal.

Di atap salah satu rumah, tengah malam, setelah urusannya dengan Sunoo selesai. Ia menghela napas kasar, menghisap batang nikotin yang ia dihimpit kedua jarinya. Taehyun mendongak menatap langit, memejamkan mata membayangkan wajah adiknya yang sudah lama meninggal.

Apa kabar? Tentu baik, ia sudah masuk Surga sekarang. Adik Taehyun adalah anak yang sangat baik, berbanding terbalik dengan Taehyun sekarang. Katakanlah, Taehyun memang merindukan sosok perempuan kecil itu. Namun, ia tidak akan bisa bertemu dengan adiknya.

Kenapa? Bodoh, Taehyun tidak mungkin masuk Surga.

Andai dirinya tidak melakukan semua ini, kemungkinannya masuk ke dunia yang sempurna itu akan lebih besar. Untuk sekarang, sudah terlalu jauh Taehyun tenggelam, sudah tidak bisa diperbaiki lagi, sudah tidak ada harapan untuk bertemu sang adik.

Jadi, mau membunuh atau tidak, Taehyun akan tetap pergi ke Neraka nantinya, 'kan?

"Kalau aku nego pengen ke Surga, kayanya enggak mungkin," monolognya sambil membuka mata.

Di antara bintang-bintang, ia yakin ada sang adik di sana, juga orangtuanya.

"Woi!" Seseorang berteriak dari bawah secara mendadak, menyorotkan lampu senter ke arah Taehyun yang masih santai duduk.

Taehyun kembali menghela napasnya, "Yang bener aja, orang malem-malem tidur, bukan lari-lari."

Dor

"Sialan!" umpat Taehyun karena terkejut, "meleset, woi!"

•••

Paginya, setelah pemakaman sang nenek, borgol melingkar di pergelangan tangan Jungwon. Sidik jarinya tertinggal di seprai milik Jay, ternyata pihak polisi kini menjadi semakin teliti.

Sunoo? Ia sudah masuk sel tahanan dari semalam karena ada rekaman bahwa ia mengakui kesalahannya. Tentunya setelah memar sana-sini dan kepalanya bocor, ternyata Taehyun sedikit berguna.

"Sedikit enggak nyangka, tapi ini hukuman buatmu," ujar Soobin sambil memegang bahu Jungwon yang akan segera dibawa ke dalam sel tahanan, "maaf."

Jungwon tersenyum kecil, "Tunggu aku." Lelaki berlesung pipi itu berlalu, mengikuti salah satu anggota polisi yang menariknya.

Ada dendam yang masih terselip, Soobin tahu itu dan ia juga mengingat perlakuan salahnya dulu. Namun, ia berharap Jungwon dapat merenungkan kesalahannya juga dan menerima maaf dari Soobin.

"Taehyun itu mantan atlet lari apa gimana, sih?" Jake yang berada di sebelahnya berujar frustasi, membuat Soobin terkekeh pelan dan menggeleng.

"Mulai sekarang, kamu harus hati-hati."

"Kapan aku lalai?"

Soobin mendadak menunjukkan wajah serius, menatap lawan bicaranya sedikit menunduk, "Beomgyu bukan orang yang bisa kita remehin, Jake. Pertama Kakakku, terus Ni-ki, Neneknya Jungwon, dan hampir Sunoo."

Jake bergeming, perkataan Soobin ada benarnya juga. Sedikit rasa takut mendadak melingkupi bulu romanya, Taehyun tidak akan membunuhnya, 'kan? Setelah dipikir-pikir, nenek Jungwon saja ia bunuh, apalagi Jake.

Astaga, merinding.

Sunoo dan Jungwon kini dipenjara, hanya tersisa dirinya dan Soobin yang berurusan dengan Taehyun. Perlu kalian ketahui, itu hanya sepengetahuan Jake.

"Dah, sekarang kita mulai lagi."

Jake mengangguk mengerti, keluar ruangan diikuti beberapa polisi lain dan mulai patroli. Mereka masih mencari Taehyun, lelaki yang lihai bersembunyi itu sangat susah ditangkap, bahkan ini sudah lebih dari seminggu.

Selama itu Taehyun bertahan hidup dengan apa? Tentunya banyak laporan perampokan di beberapa rumah.

Soobin meregangkan ototnya, ia juga lelah, tapi Taehyun tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setidaknya, harus ada hukuman yang setimpal, perlakuannya pada daerah sekitar benar-benar merajalela.

Soobin mendongak setelah duduk di kursi kerjanya, memejamkan mata dan berkata, "Do'ain aku dari atas sana, Kak."


















Bersambung ....

















__________________
Harapanmu, endingnya gimana?

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang