1.5

190 50 5
                                    

Kebetulan, Sunghoon diberikan libur dari pekerjaannya beberapa hari karena salah satu keluarganya meninggal dunia. Sebenarnya, itu tidak diperlukan, tapi Sunghoon ingin setidaknya istirahat mendengar keluh kesah seseorang. Ya, ia adalah salah satu psikolog di rumah sakit.

Lelaki itu tengah termenung, pikirannya tidak kosong, hanya saja memikirkan Soobin yang mendadak pergi keluar rumah setelah bangun tanpa alasan.

Bisa dibilang, Sunghoon tengah menunggu lelaki itu, untuk memastikan. Penantiannya membuahkan hasil, Soobin pulang menggunakan taksi dan masuk ke halaman rumah. Lelaki itu melangkah tanpa melirik Sunghoon, bahkan wajahnya terlihat cuek dan malas bertegur sama dengan Sunghoon.

Menyadari ada yang aneh, Sunghoon mencekal pergelangan tangan Soobin yang berlalu di sebelahnya.

Soobin menatapnya kesal, "Apa?!"

"Kamu udah inget semuanya, 'kan?"

Sunghoon berbalik, menemukan wajah kesal Soobin yang sudah lama tidak ia lihat. Soobin mendelik kesal dan menghempas tangan Sunghoon.

"Saranku, jangan sambunyiin hal ini." Entah kerasukan apa, Sunghoon memberi saran yang baik.

Lawan bicaranya bergeming, ia membenarkan posisi menghadap Sunghoon dan menatap pemuda itu.

"Iya," jawab Soobin, "tapi tolong, jangan kasih tau siapa-siapa."

Niatnya ingin mengistirahatkan diri mendengar cerita keluh kesah pasien, sepertinya urung ketika Soobin mulai menunjukkan wajah lemasnya. Soobin butuh dirinya, sebagai seorang psikolog, Sunghoon tidak mungkin sejahat itu menolak permintaan Soobin.

"Kenapa?"

"Kamu mau bantu aku?"

•••

Kaki jenjang melangkah menyusuri trotoar yang cukup sepi, bahkan kendaraan hari ini tidak banyak yang melintas. Jungwon bersenandung sambil mengedarkan pandangannya, menyembunyikan isi pikirannya yang menyusun sebuah rencana.

Rencananya, hari ini ia akan pergi menjenguk Soobin di rumah Sunghoon. Setidaknya, Jungwon harus tahu keadaan Soobin sekarang seperti apa. Semoga saja, belum bangun dan masih terlelap dan menghabiskan sisa napas yang ada.

Rumah Soobin cukup jauh, tapi Jungwon sengaja berjalan kaki. Toh ia juga harus menjaga staminanya, sedikit olahraga kecil melangkahkan kaki bisa membuat keringat keluar.

"Jungwon?"

Tidak disangkanya, ia bertemu dengan seseorang yang dikenal. Jungwon menampilkan wajah terkejutnya, kemudian tersenyum kecil diikuti orang tersebut.

"Kak Jay? Mau kemana?" tanya Jungwon setelah keduanya berjalan beriringan.

"Jenguk Soobin."

"Wah! Sama, dong!" Jungwon memekik senang, meraih pergelangan tangan Jay dan menarik pria itu agar melangkah lebih cepat.

"Bareng!"

"Iya-iya, Won!"

Keduanya berjalan—setengah berlari—beriringan hingga menghabiskan sisa jalan trotoar. Jungwon sendiri terlihat paling semangat, berbeda dengan Jay yang hanya bisa terkekeh maklum dengan teman dari sahabatnya, sudah terbiasa.

Mereka sering berkumpul, ya. Jay dan Heeseung juga selalu diajak, tapi mulai saat ini, Heeseung tidak dapat kembali bergabung.

Sampai di depan halaman rumah Sunghoon, mereka dapat melihat kedua remaja tengah mengobrol serius di teras. Gerakan mulut keduanya tidak dapat terbaca, tapi mereka tahu ada yang aneh di sana.

Sejak kapan Soobin sedekat itu dengan Sunghoon sampai keduanya berbicara tanpa bertengkar begitu?

"Bin!"

Soobin menoleh, ia yang tadinya terduduk langsung berdiri dan melambaikan tangannya, "Jay! Sini, masuk!"

Sunghoon tetap di tempatnya, melihat Jay dan Jungwon masuk dengan mandiri. Soobin berdiri sambil tersenyum cerah, berbeda sekali dengan wajah seriusnya yang ia tunjukkan pada Sunghoon.

"Tumben, mau ngapain?"

Tumben?

"Jenguk kamu, tapi kayanya udah sembuh, deh," ujar Jay dengan tatapan menelisik disertai senyum kecil. Ia senang, tentu. Sahabatnya telah bangun dan pulih sampai bisa berdiri di luar rumah seperti ini. Sunghoon mengurusnya dengan baik.

Soobin terkekeh, "Aku cuma lemes dikit, gapapa."

"Serius, Kak?" Jungwon bertanya, "mukamu pucet, loh."

"Pucetnya masih keliatan? Padahal tadi udah pake foundation," kata Soobin bercanda sambil menggosok-gosok wajahnya tak berperasaan.

"Ayo, masuk." Sunghoon yang tadi terdiam akhirnya berdiri, masuk duluan ke dalam rumah diikuti ketiga pemuda lainnya.

Drtt drttt drttt

"Eh, bentar!" Jungwon merogoh sakunya, merasakan getaran dari ponsel.

Seseorang melakukan panggilan masuk, itu dari nomor tak dikenal, ia mengerutkan keningnya. Mungkin dari Ni-ki yang menggunakan ponsel Taehyun? Bisa saja. Pemuda berlesung pipi itu menyambungkan panggilannya, menekan tombol loudspeaker agar teman-temannya yang lain bisa mendengar.

"Halo? Won? Bisa ke rumah Kai?"

















Bersambung ....

















________________
Awali pagimu dengan sus sana-sini

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang