0.2

342 67 27
                                    

Menyenangkan, Taehyun kembali bertemu dengan korban terakhirnya. Ternyata Soobin terlihat baik-baik saja, atau mungkin sedang dalam masa pemulihan?

Kemana Yeonjun?

"Hush, kenapa bengong?"

Taehyun tersentak, ia lupa kalau Kai masih ada di rumahnya. Lelaki blasteran itu akan pulang nanti malam, atau tembus hingga menginap dan pulang besok pagi, mungkin siang?

"Jangan-jangan kamu kasmaran."

"Ketemu cewek aja enggak."

"Cowok misalnya."

Plakk

"Masih normal."

Tamparan Taehyun itu bisa dibilang sepadan dengan pukulan superhero, untungnya ia tidak menggunakan tenaga maksimal, kalau iya bisa habis gigi Kai.

"Bercanda," ujar Kai disertai delik matanya karena tidak terima ditampar demikian.

Hening beberapa saat, hanya ada suara kunyahan kripik yang hampir habis satu toples.

"Kenal pelayan yang tadi?"

Taehyun berceletuk, menarik atensi Kai hingga pemuda blasteran itu menoleh dan mengangkat alisnya. Ini percakapan yang berbeda, setahunya Taehyun tidak suka bergosip.

Kai mengangguk, "Kenal, mantan aku."

"Yang cowok, Dodol!"

Tawa khas yang dikenal banyak orang sekitar lingkungan rumah terdengar menggema di ruang makan Taehyun. Kai tertawa bukan karena lucu, tapi karena ia salah, dasar.

"Kenal-kenal, dia mantan polisi."

Mendengar hal itu, Taehyun mengangguk mengerti dan kembali dengan kripik-kripiknya yang tercinta.

"Temenku, tapi amnesia," lanjut Kai sambil ikut serta menghabiskan berlembar-lembar kripik.

Kai itu pemuda lelaki yang tahu banyak hal, terlebih di daerahnya sendiri. Walaupun bisa dibilang tidak berguna, Kai tetap memiliki keahliannya sendiri, mudah mengingat.

"Kok bisa?"

"Tragedi, biasalah."

Taehyun ber-oh ria, seakan-akan baru mengetahui hal tersebut. Padahal dirinyalah yang membentur-benturkan kepala Soobin hingga terjadi gangguan ingatan.

Ternyata pesan yang ia kirim pada Yeonjun, dikabulkan. Soobin tidak mati, hanya amnesia.

"Dia lupa semuanya?"

Kai kembali mengangguk, "Bahkan alfabet, angka, sama Kakaknya aja dia lupa."

Mengenaskan sekali, amnesia sampai lupa dengan ilmu dasar seperti itu? Duh, Taehyun harus segera melihat tulisan Soobin.

"Kakaknya kemana?"

Mendengar pertanyaan Taehyun, Kai mendekat dengan antusias. Ia suka pembahasan ini, agak berwarna ketimbang pembahasan yang biasanya mereka obrolkan.

"Gini, waktu dia ditemuin di rumah dengan keadaan yang wahh parah, Kakaknya kecelakaan dan koma sampe sekarang!" Nada Kai meninggi, seperti seorang pengacara yang tahu kalau dirinya akan menang.

"Gara-gara?"

"Tabrakan, mereka digangguin buronan."

Maksudnya, Taehyun?

•••

Hari sudah gelap, ruangan dengan nuansa putih elegan itu kini diterangi lampu indah yang menggantung di tengah, terhitung sudah 3 bulan tubuh lemah yang semakin kurus berbaring dengan mata tertutup. Yeonjun koma, dan Soobin yang sama sekali tidak mengingatnya harus menjadi pilar kokoh untuk sang kakak.

"Kak? Bangun, aku butuh Kakak."

Lelaki jangkung itu menangkup dagunya, memiringkan kepala dan bergeming menatap Yeonjun dengan wajah kebingungan yang bercampur sedih.

Walaupun ia tidak mengingat Yeonjun, tapi ia merasa sedih entah apa sebabnya, mungkin hanya iba?

Percuma, seperti hari-hari sebelumnya, Yeonjun tetap terdiam.

Setelah kecelakaan, keadaannya kritis dan berujung koma, hampir seluruh mobilnya hancur karena tabrakan tak terduga dari kendaraan beroda 4 dengan tinggi 3 meter, bis. Untungnya, Yeonjun masih hidup.

Rumah sakit menanggung biaya kesehatannya, toh ia adalah sosok penting yang menjaga kawasan kota, sosok yang kini butuh penanganan serius karena tak kunjung bangun dari tidur nyenyaknya.

"Serius kamu Kakakku? Kok enggak mirip?"

Soobin sempat tak sadarkan diri ketika ditemukan di rumah mereka, saat bangun dirinya dinyatakan amnesia. Orang-orang di sekitarnya bilang bahwa ia adalah adik dari pemuda yang berbaring ini, rekan polisi dari kakaknya yang kini sedang lemah.

Namun, kehilangannya ingatan Soobin membuat ia tidak bisa kembali menjadi polisi, memilih menjadi pelayan di salah satu tempat makan untuk menyambung hidup.

Ia sudah menggeledah bangunan yang katanya rumahnya, tapi tidak ada uang sepeser pun.

"Amnesia-ku, bisa sembuh enggak, ya?"

"Why not?" Suara lain mengejutkan Soobin, membuat pemuda itu menoleh dan mendapati seorang lelaki dengan topi hitam berada di belakangnya, di depan pintu masuk ruangan.

"I'll try my best, amnesia-mu enggak permanen, cuma sedikit parah." Lelaki itu berdiri di samping Soobin dan tersenyum kecil.

Soobin ikut tersenyum, "Thanks, Jake."
















Bersambung ....

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang